Contents
The Mono
6. The Battle Continues
Nun jauh disana orang yang sedang dibicarakan di kampus, Mono, juga yang sedang berusaha menyelasaikan masalah perusahaannya, mengembalikan tiga puluh persen sahamnya dengan melakukan sidang di pengadilan tata usaha di London dan mau tidak mau dia harus menyewa pegacara untuk menyelesaikan kasus ini. Ada lima pegacara untuk membelanya, empat dari Inggris dan satu dari Singapura. Jangan tanya biaya yang dikeluarkan Mono, mereka pengacara internasional, sangat ahli dalam menyelasaikan masalah – masalah yang sedang dialami perusahaan Mono, tidak apa – apalah yang penting masalah ini bisa selesai, dia pikir tiga puluh persen saham dia setara dengan uang senilai satu setengah tliryun rupiah atau senilai seratus limapuluh juta Dollar US, dan yang paling penting adalah nama baik perusahaan dia dan keluarganya terjaga.
Tidak terasa sudah lebih dari dua bulan kasus dia masuk diruang sidang, belum termasuk usaha dia sewaktu di pasar saham Singapura, di hotelnya tempat dia dan timnya menginap di London, teringat dia kampusnya, teringat ibu Siti, ibu Cut, ibu Tati, Santoso, Rani, Randy dan terutama Bunga dan Dini, bagaimana kabar mereka semuanya. Sewaktu dia pergi, dia pergi begitu saja, teringat dia akan kepanikan dia dan keluarganya dalam menghadapi masalah ini, namun dia teringat juga, dia punya jadwal mengajar dan bimbingan mahasisa yang harus dia tinggal dalam menghadapi masalah ini. Bagaiama kabar mahasiswanya?, dalam hati dia berpikir, ia akan bertemu dengan semuanya untuk menjelaskan masalah ini setelah kasus ini selesai, sekarang pertanyaanya adalah, Beranikah dia menghandapi semuannya?, menghadapi selain mahasiswanya juga ibu Siti, ibu Cut, ibu Tati, Santoso, Rani, Randy dan terutama Bunga dan Dini?, pusing.
Esoknya Mono menghubungi anak buahnya di Eracon di Bandung, bertanya bagaimana keadaan disana dengan bapak Ir. Toni, Kepala Proyek di Bandung, berikut keadaan proyeknya dan keadaan kampusnya,
Pak Toni menjawab,”di Bandung semuannya baik – baik saja pak, mall kita sudah ramai pengujung, apartment dan ruko semua sudah terjual pak, sekarang di belakang akan dibangun cluster – cluster buat perumahan, dan Alhamdulliah izin dari Pemda sudah keluar pak”.
“Baguslah”,jawab Mono singkat
“bapak bagaimana kabarnya, kami selalu ingat bapak, dan berdoa agar masalah bapak bisa cepat selasai”, tanya pak Purwanto.
“saya baik – baik saja, bagaimana kabar kampus?”, Mono balik tanya
“kampus saya lihat baik – baik saja pak, banyak mahasiswa datang bertanya keadaan bapak, bahkan ada mahasiswa yang datang meminta tanda tangan bapak untuk skrpisinya”.kata pak Toni
“waduh sebegitunya, kenapa mereka tidak mengganti Dosen pembimbing saja?”, kata Mono,
teringat tugas membimbing skripsi mahasiswanya yang harus diselesaikan.
“saya juga bertanya yang demikian pak, kata mereka, lebih baik dengan bapak, menjelaskan pelajaran enak, punya banyak pengalaman dan yang punya Eracon”.
“pantes, terus bagaimana?”, Tanya Mono
“saya tidak tahu pak, saya hanya suruh mereka untuk membantu kerjaan saya di cluster – cluster perumahan yang baru, mereka orang yang pintar dan rajin dan mereka berlatar belakang Teknik Sipil, pak”,jelas bapak Toni.
“baguslah pak, mereka adalah orang – orang yang pandai, bilang saja, kalau saya pulang nanti, saya akan melanjutkan membimbing mereka,
insya Allah", Mono menjelaskan, tambah lagi satu alasan untuk kembali ke Bandung, kasihan mereka tidak tahu masalah yang terjadi tapi terbawa - bawa.
Beberapa hari kemudian pengadilan memutuskan, bahwasanya mengembalikan saham yang tiga puluh persen kepada Bank di London dan dalam waktu satu bulan untuk menghindari leleng Mono harus mencari investor lain untuk mengembalikan dana Bank. Mono langsung teringat akan teman dia yang pernah kuliah di Amerika sesama pengusaha, dia pengusaha bidang kontraktor dari Dubai, Abdullah Hisyam, dia langsung menghubungi Abdullah, dan menceratikan semua apa yang terjadi dan kemudian saling berjanji akan bertemu di Dubai esoknya.
Di Dubai di sebuah Hotel disana merekapun bertemu, mereka saling berkenalan dengan masing – masing tim, setelah berbicara singkat merekapun langsung ke pokok permasalahan. Pada intinya Abdullah sangat menyetujui ide investasi di bidang pertambangan terutama batu bara, di negaranya jarang ada pertambangan batu bara, lebih banyak minyak dan gas. Setelah bernegosiasi tentang harga pertama saham dan segenap kosekwensinya, merekapun saling pamit untuk berbicara dengan pemegang saham di perusahaan masing – masing. Bagi mereka akan lebih mudah, karena keluarga mereka adalah pemenang saham di perusahaannya, bagi Abdullah tinggal menyakinkan keluarganya.
Sementara di kampusnya Mono akan ada pemilihan Rektor baru, rencana yang sudah lama dikerjakan, bahkan sewaktu masih ada Mono. Waktu itu Mono menjagokan ibu Prof. Siti untuk menjadi Rektor, selain dia punya pengalaman lama mengajar dan menjabat dikampusnya, Mono punya rencana lain, Eracon dan kampusnya saling berdekatan, Eracom melingkari kampusnya dengan proyek – proyeknya, dia jelas tidak mau ada masalah, Mono sudah kenal ibu Siti dengan baik bahkan nanti kalau ada masalah dengan proyek – proyeknya dia tinggal berbicara dengan ibu Siti tanpa harus melewati birokasi yang lain dan terutama juga untuk sumbangan – sumbangan dalam rangka Customer Social Responsebitiy (CSR) dari Eracom ke kampus Mono yang memang menjadi tanggung jawab setiap perusahaan, belum lagi ada urusan pribadinya dengan Bunga dan Dini, jadi benar – benar urusan yang penting, hampir sama pentingnya dari masalahnya di Pertambangan, Mono untungnya ingat.
Sewaktu berbicara urusan pertambangannya di London dia meminta Papahnya untuk bertemu dengan ibu Siti karena ibu Siti pernah menolak pecalonan dia, setelah Mono menceritakan semua tentang apa yang ia inginkan kepada Papahnya, papahnyapun bersedia bertemu dengan ibu Siti. Beberapa hari berikutnya Papah Mono berangkat ke Bandung dan datang ke kampus Mono, di temani oleh bapak Ir. Toni, mereka langsung mengarah ke Fakultas Manajemen dan Bisnis tempat ibu sekarang menjabat sebagai Dekan, waktu mereka datang ibu Siti sedang rapat Fakultas, sekretaris ibu Siti, ibu Cut yang memberitahu. Tapi Ibu Cut langsung menghadap ke ruang rapat ketika siapa yang datang, bukan saja karena orang tua Mono yang datang tapi karena dia Konglomerat terkenal di Indonesia yang datang. Rapatpun langsung di skors dan merekapun langsung keluar,
“Assalamualaikum, selamat datang kekampus kami”,ibu Siti memberi salam sambil mempersilahkan duduk. Sementara yang lain ikut mengucapkan salam.
“waalaikumsalam, terima kasih bu”, jawab mereka
“maaf kami mengganggu kesibukan ibu, perkenalkan saya Abdullah Mono Papahnya Lesmono, saya dari Jakarta, ada yang kami ingin bicarakan dengan ibu, kapan ibu bisa menyediakan waktu bagi kami untuk berbicara”.
Bu Siti langsung menjawab,”kira – kira, ada apa agenda pak?”.
“ada yang perlu kami sampaikan atas nama keluarga dan terutama Lesmono”, Papahnya Mono menjawab singkat.
Mendengar nama Lesmono dan nama keluarga besarnya pasti ini bukan masalah sepele, dengan agak gugup ibu Siti berkata,
“mungkin sebaiknya kita berbicara di ruang saya saja”,untuk menghindari fitnah ibu Siti mengajak sekretarisnya dan pak Abdullah Mono mengajak pak Ir. Toni
Didalam mereka berempat memulai pembicaraan,
Pak Abdullah memulai,” kami sangat bahagia dapat bertemu dengan ibu Prof. Siti dan juga kampus ini, juga kami memohaan maaf apabila kedatangan kami mengganggu kesibukan ibu Siti”.
“kami yang merasa terhormat atas kedatangan bapak Abdullah ke kampus kami, bagaimana kabar bapak Lesmono? kami semua merasa kehilangan beliau, saya berharap dia baik – baik saya dan saya harap urusannya dia bisa cepat selesai, kami semua seperti keluarga”, ibu Siti menjawab dengan sedikit bergetar, dia harus hati – hati bicaranya, mereka orang – orang kaya di negara ini, belum lagi kampusnya sepertiganya miliknya, jangan sampai salah berbicara.
“terima kasih atas perhatian ibu, dia baik – baik saja bu, urusannya juga hampir selesai, saya juga meminta maaf yang sebesar – besarnya atas kelakuan anak saya, saya baru tahu dia kuliah disini dan menjadi pengajar di kampus ini, kami semuanya tidak tahu, pantas dia jarang pulang, anak itu benar - benar”, kata pak Abdullah
Ibu Siti juga baru mengetahui kalau kelurganya Mono tidak tahu bahwa Mono kuliah dan menjadi pengajar di Institut Teknologi Bandung Indonesia, dia hanya berkata,
“kami juga baru mengetahui bahwa bapak Lesmono adalah anak bapak Abdullah Mono, teledornya kami sampai tidak mengetahuinya, bapak sangat mirip dengan bapak Lesmono, mahasiswa juga tidak tahu, mereka sekarang menunggu bapak Lesmono untuk bimbingan skripsi dan kuliah kerja nyata, bahkan ada kelas yang diisi bapak Mono yang harus dibatalkan, kata mereka lebih baik menunggu bapak Mono pulang daripada mengganti Dosen baru”.
“Masya Allah, begitu banyak PR Mono, saya cuman berjanji Insya Allah kalau Mono sudah pulang saya akan suruh dia ke Bandung”,janji Pak Abdullah
Setelah berbicara lama, pak Abdullah Mono mulai berbicara tentang niatan dia datang ke kampus.
"kampus ini insya Allah akan mengadakan pemilihan Rektor sebentar lagi, walaupun rencana pemilihan sudah lama dikerjakan, kami sekeluarga terutama Mono ingin sekali agar ibu Siti mengikuti pemilihan Rektor tersebut, terutama sekali menjaga hubungan baik yang sudah terjalin antara Ibu Siti dengan keluarga kami terutama Mono dan juga menjaga hubungan baik antara Eracon anak perusahaan Lesmono Energi Group dengan pihak kampus, nanti Insya Allah akan banyak CSR yang dilakukan perusahaan – perusahaan kami dengan pihak kampus, kami sekeluarga juga ingin Ibu Siti yang menghandle bantuan – bantuan untuk mahasiswa dan Dosen tersebut”.
Sejenak ibu Siti terdiam, dia sama sekali tidak tahu bahwa itu yang menjadi alasan pak Abdullah Mono datang ke kampus, Mono memang sudah menjagokan ibu Siti dalam pemilahan Rektor tersebut tapi ibu Siti menolaknya, katanya lebih baik yang lebih senior yang lebih berhak, Sekretaris ibu Siti, Ibu Cut yang juga teman Mono juga terdiam, sekarang ibu Siti punya alasan untuk mengikuti pemilihan itu, alasan yang persis sama seperti yang diungkapkan pak Abdullah Mono.
Sambil agak tertahan ibu Siti menjawab,
“saya akan diskusikan dengan keluarga saya terlebih dahulu, tapi terlebih dahulu, kalau boleh saya ingin berbicara dengan bapak Lesmono”,terlihat ibu Siti agak berair matanya mengucapkan: berbicara dengan bapak Lesmono.
“baiklah kalau begitu, saya akan menghubungi anak saya”,pak Abdullah melihat begitu dalamnya masalah ini.
Anak ini benar – benar
. Pertemuan itupun selesai, setelah meminta maaf sekali lagi, pak Abdullah Monopun langsung pergi menyusul Mono untuk menghandiri pertemuan dengan calon investor yang baru.
Malamnya dengan waktu yang tersisa dalam pemilahan Rektor, Monopun menelepon Ibu Siti, dia sudah sampai dirumah sedang membicarakan keinginan keluarga Mono, disitu ada Bunga dan dokter Dini, suaminya ibu Siti dan kakak – kakaknya bunga. Handphone ibu Siti berdering, Bunga yang melihat langsung memberikan ke ibunya ketika tau Mono yang menelepon, suami ibu Siti secara sigap berusaha menenangkan semuanya,
Mono mengucapkan salam,dan langsung dibalas ibu Siti,
“dimana kamu sekarang? kamu sehat – sehat saja?”,tanya ibu Siti
“saya baik – baik saja bu, saya sekarang ada di London, alhamdullillah masalah kami hadapi sudah selasai, bagaimana dengan ibu, Bunga, Dini, kampus, dan teman – teman lainya?”,menjawab pertanyaan ibu Siti sekaligus bertanya.
“kami semua baik – baik baik – baik saja, yang penting kamu sekarang baik – baik saja, kami selalu berdoa agar masalah kamu bisa selesai dan kamu bisa kembali ke kampus, banyak mahasiswa yang menunggui kamu, tidak mau diganti dosen lain”,sengaja Ibu Siti tidak bertanya masalah yang dihadapi Mono, mungkin sudah terlalu berat baginya.
“insya Allah bu, saya akan usahakan untuk kembali ke kampus, saya mohon maaf saya pergi begitu saja mengingat besarnya masalah yang kami hadapi, tapi masihkah saya diterima di kampus dengan pelanggaran yang sudah saya perbuat”,Mono bertanya.
Sambil tertahan ibu Siti mengatakan,
“kamu selalu diterima di kampus, kami dan kamu adalah sebuah keluarga besar, sekarang banyak orang yang bertanya, kapan kamu akan pulang? Kami mengerti masalah yang kamu hadapi, sekarang kami sekeluarga sedang berkumpul sedang membicarakan usulan Papahmu”.
“Saya harap tidak mengganggu pertemuan ibu, dan saya berharap ibu mau mengikuti saran papah saya”
“kami sedang membicarakan hal itu, kapan kamu akan pulang?”, ibu Siti bertanya lagi.
“secepatnya bu, insya Allah, kalau saya pulang, saya akan menemui ibu”,balas Mono
Ketika selesai Mono menghubungi ibu Siti, mereka melihat di televisi berita di running text tertulis Lesmono Energi Group membagi sahamnya dengan perusahaan kontraktor dari Dubai, dengan perincian Muhammad Lesmono akan menjadi Presiden Direktur, ayahnya menjadi President Komisaris sementara jabatan beberapa komisaris akan diberikan kepada investor dari Dubai.
“alhamdullillah”, kata ibu Siti dan semua yang hadir.
Berita tentang ikut serta ibu Profesors Siti Hadji Syah dalam bursa Rektor Institut Teknologi Bandung Indonesia mau tidak mau merubah rencana kandidat lain, apalagi terdengar santer bahwa keinginan itu didukung oleh keluarga Abdullah Mono, terutama dengan Mono. Dengan kekuatan perusahaan – perusahaan besar Lesmono Energi Group dan BAMEPRO Group maka sudah terlihat kemungkinan yang terjadi. Pemilahan Rektor di Institut Teknologi Bandung Indonesia dilakukan dengan cara Pemilu seperti dilakukan di negara ini,
one man one vote,
dengan peserta pemilihan seluruh sivitas akademika dari Dosen, karyawan dan terutama mahasiswa dan Ibu Sitipun akhirnya keluar sebagai pemenangnya.