Contents
Raja Jatuh Cinta
RASA YANG ANEH
Sebuah perasaan aneh yang tidak bisa dijelaskan merasuk ke dalam hati Raja ketika teringat kejadian yang menimpa Malla. Ketika melihat tubuh gadis itu meringkuk di lantai berdebu, entah kenapa menciptakan sebuah perasaan yang terasa sangat purba di dalam hatinya. Dia tidak tahu ini namanya apa, tapi yang jelas, untuk pertama kalinya dia merasa peduli.
Rasa peduli ini lain seperti ia rasakan terhadap Citra, Nadia, ataupun mantan-mantannya yang bodoh itu. Tapi rasa peduli pada Malla lebih condong ke arah ingin melindungi, memberikan proteksi terhadap gadis berkepang itu. Pertemuan pertama mereka memanglah tidak menyenangkan, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa perasaan peduli ini lambat-lambat memengaruhinya.
“Apa mungkin gue jatuh cinta?” tanyanya pada pantulan bayangan di cermin. “Masa sih gue jatuh cinta sama Malla? Nggak. Gue nggak boleh jatuh cinta sama gadis cupu itu.”
Raja memarkirkan motor begitu sampai sekolah. Adit dan Andre menghampirinya saat Raja masuk ke dalam kelas. Suasana kelas sudah ramai. Liza tersenyum mencuri-curi pandang ke arahnya, dan begitu Raja mengerlingkan mata, gadis itu langsung salah tingkah dan cekikikan.
Nadia langsung duduk di sebelah Raja. Melihat ekspresi Nadia yang ceria, Raja mempunyai dugaan kuat jika kejadian yang menimpa Malla adalah perbuatannya.
“Pagi, Sayang,” Nadia langsung mengelungkan tangan ke lengan Raja.
“Apa-apan sih,” Raja tampak risih. “Pergi dari sini, sebentar lagi Malla datang.”
“Oh, dia nggak akan datang hari ini.”
Dugaan Raja semakin kuat. “Dari mana lo tahu Malla hari ini nggak datang?”
Nadia malah cekikikkan. “Nggak penting gue tahu dari mana, yang pasti hari ini kita bakal terbebas dari cewek dekil itu.”
Raja bangkit dari bangku, dan membawa Nadia ke belakang sekolah, tempat di mana dia menemukan Malla.
“Ngapain kita ke sini, Sayang?” tanya Nadia cemas. “Kalau ada yang mau dibicarakan sebaiknya mencari tempat yang lebih nyaman.”
“Gue cuma mau tanya sesuatu, lo yang mengurung Malla digudang itu?”
Wajah Nadia langsung berubah kalut. “Gue nggak ngerti apa yang lo maksud.”
“Jangan pura-pura tolol,” wajah Raja mengeras. “Lo kan yang ngurung Malla di gudang itu hingga pingsan? Ini gila, Nadia, perbuatan ini sudah masuk tindakan kriminal? Bagaimana kalau Malla sampai meninggal, apa lo mau tanggung jawab?”
Tubuh Nadia langsung bergetar ketakutan. “Gue nggak bermaksud seperti itu, Raja, gue nggak bermaksud mengurung Si Dekil itu di sini.”
“Apa pun alasannya, lo salah,” kata Raja lagi. “Ini salah satu sifat yang gue nggak suka, lo primitif.”
Setelah berkata seperti itu Raja meninggalkan Nadia.
***
Selepas pulang sekolah, Raja memutuskan ke rumah sakit. Begitu sampai, ia berlari menuju ruangan di mana Malla dirawat. Namun begitu sampai di ruangan itu, penghuninya sudah kosong, seorang perawat terlihat sedang mengganti sprei dan sarung bantal.
“Maaf,” kata Raja mendekati suster itu. “Di mana pasien yang kemarin dirawat di ruangan ini?”
“Sudah pulang,” jawab suster itu.
Hatinya sedikit lega begitu mengetahui Malla sudah sembuh.
Ponsel berdering begitu Raja sampai rumah, nama Citra terpampang di layar, sedang malas meladeni cewek itu, Raja mematikan ponsel dan langsung merebahkan tubuh di atas tempat tidur.
***
Tidur Malla gelisah, entah kenapa dia terus teringat dengan siapa sosok yang telah menolongnya. Berbagai macam tebak-tebakan berputar di dalam kepala. Menurut penjelasan ibu, sang penyelamat itu mungkin satu sekolah dengannya.
Malla kembali memejamkan mata, berusaha untuk tidur, jam weker sudah menunjukan hampir tengah malam. Hingga akhirnya Malla tertidur dan bermimpi sangat aneh, dalam mimpi dia sedang berdiri di atas sebuah tebing dengan laut yang menggila di bawahnya. Malla tidak sendiri, karena dia melihat Ingrid dan Nadia menghampirinya. Mereka berjalan menghampiri Malla, dan begitu jarak mereka hanya beberapa centi, Donica mendorong tubuh Malla hingga dia jatuh ke dalam laut dengan ombak yang menggila.
Malla berusaha berenang menuju tepi, namun selalu gagal, gelombang ombak kembali menghantam, sebelum akhirnya dia melihat sebuah makhluk aneh dengan bentuk setengah ikan(setengah manusia, menyerupai Pangeran Duyung yang sangat mirip dengan wajah Raja.
Malla terbangun begitu mendengar pintu kamarnya diketuk dari luar.
Ibu tersenyum hangat begitu Malla membuka pintu kamar. “Ada yang mencarimu, Sayang.”
“Siapa?” tanya Malla penasaran.
“Temanmu,” jawab ibu. “Kami tunggu di bawah ya.”
Tina sedang duduk di ruang tamu ditemani ibu, mereka terlihat sedang bercakap-cakap entah apa. “Baru bangun, Tuan Putri?”
Malla terkekeh. “Ada apa pagi-pagi sudah ke sini? Kangen ya?”
“Lo sakit?” tanya Tina ketika ibu meninggalkan mereka berdua. “Dua hari lo nggak masuk sekolah.”
Malla terdiam, tidak ingin mengatakan kepada Tina apa yang sebenarnya terjadi.”Sedikit demam,” jawab Malla. “Jadi ada berita apa di sekolah?”
“Nggak ada kabar yang spesial, seperti biasa, Nadia dan gengnya selalu membuat masalah.”
“Nggak heran,” Malla mendecakan lidah. “Nadia emang sok ya?”
“Begitulah,” Tina terlihat sangat sebal. “Mentang-mentang anak orang kaya, dia selalu berbuat semena-mena, lo tahu kan, kalau bokapnya penyumbang dana terbesar di sekolah.”
Malla mengangguk setuju. “Ngomong-ngomong, dari mana lo tahu alamat gue?”
“Nggak susah nyari alamat lo,” Tina terkekeh. “Oh ya, sampai lupa tujuan gue ke sini, ini tentang Raja.”
“Raja?” Malla mengerutkan kening. “Maksud lo si Raja Jatuh Cinta?”
Tina mengangguk. “Siapa lagi kalau bukan playboy itu.”
“Nggak biasanya lo ngomongin Raja?” Malla semakin mengerutkan kening. “Lo jatuh cinta sama Raja?”
Tina menjitak pelan kepala Malla. “Jangan ngaco deh, gue sama sekali buka tipe Raja, dia nggak bakal tertarik sama gue.”
“Tuh kan, akhirnya ngaku juga kalau lo itu naksir Raja.”
Tina mengerucutkan bibir. “Kemarin nggak sengaja gue dengar percakapan Nadia dan Raja di belakang sekolah.”
“Sudah pasti mereka sedang bermesraan di situ,” kata Malla dengan nada jijik. “Murahan sekali mereka berdua.”
“Bisa nggak jangan menyela sebelum gue selesai cerita,” Tina mengmembuskan napas dengan sebal. “Ini sama sekali nggak seperti yang lo bayangin. Raja dan Nadia nggak sedang berpacaran, mereka sepertinya sedang membicarakan sesuatu, dan ini ada hubungannya sama lo.”
“Apa?!” Kata Malla terperanjat. “Tapi bagaimana mung(” Tina mengangkat tangan, menuyuruh Malla diam.
“Entah mereka ngomongin apa, tapi gue dengar Raja menyebut-nyebut nama lo, Raja minta penjelasan pada Nadia. Setelah itu gue langsung pergi saat melihat Donica dan Ingrid mencari Nadia.”
Berbagai dugaan berkelebat di dalam kepala Malla. Kenangan di belakang sekolah tidaklah menyenangkan. Malla masih bergidik membayangkan ruangan pengap di belakang sekolah. Sebuah pemahaman lain tiba-tiba berkelebat di kepala, Raja dan Nadia pasti bekerja sama untuk mengurung dirinya sebagai lelucon. Malla bersumpah tidak akan pernah memaafkan Raja jatuh Cinta itu jika dugaannya benar
***
Setelah memarkirkan motor, Raja bergegas menuju kafe yang cukup terkenal di Jakarta.
Citra langsung berdiri dari bangku dan mengamit lengan Raja, membuat beberapa pengunjung tampak mencibir ke mereka.
“Malam, Sayang,” kata Citra dengan suara manja. “Habis ini temani gue nonton ya, ada film yang sangat bagus loh.”
“Gue mau ngomong sesuatu, Citra.”
“Mau ngomong apa, Sayang?” Citra terkikik. “Gue cantik ya?”
“Mulai sekarang jangan deketin gue lagi,” kata Raja tanpa basa–basi. “Gue udah nggak bisa sama lo, gue udah nggak ada rasa lagi sama lo.”
Wajah Citra langsung berubah muram, ia membuka mulut, tapi kemudian menutupnya lagi. “Kenapa?” suara Citra sedikit bergetar. “Kenapa lo mutusin gue, Raja? Gue masih sayang banget sama lo, gue nggak mau putus.”
Bisik-bisik seperti desis api langsung menjalar di kafe itu, beberapa pengunjung penasaran. Bahkan ada seorang pengunjung yang sengaja merekam mereka. Raja yang mengetahui hal itu, bergegas menghampiri pengunjung yang merekamnya dan merebut ponsel, lalu membanting ke lantai hingga ponsel itu hancur berkeping-keping.
Pemuda itu langsung meninju Raja, hingga ujung bibirnya mengeluarkan darah. Raja tidak tinggal diam, dia juga membalas pemuda itu hingga pemuda itu terjatuh menghamtam meja. Perkelahian tidak dapat dielakan lagi, kedua pemuda itu saling pukul. Citra berlari menghampiri sekuriti di depan untuk melerai mereka berdua.
“Berhenti!” Seru sekuriti berbadan besar. “Hentikan perkelahian kalian, atau aku panggil polisi.”
Raja yang sedang memiting tubuh sang pemuda berhenti sejenak, mereka berdua tampak berantakan. Rambut Raja acak-acakan dengan bibir mengeluarkan darah. Sedangkan pemuda itu matanya bengkak dengan hidung mengucurkan darah.