Contents
Ayam Jantan Berkokok Cinta
6. Rezeki Anak Soleh
Kakek Kelinci mengajak Iip Setiawan melompat dinding pagar yang tinggi.
"Lompat dinding ini, Kek?" tanya Iip Setiawan memastikan. Kakek Kelinci mengangguk. Iip Setiawan terbelalak lagi ternyata tidak salah dengar dan ia menggeleng. "Nanti dikira kita mau maling, Kek! Lagian nih ya, dindingnya juga tinggi, Kek! Tuh lebih tinggi dari tinggi badan abdi!"
"Yang penting kita tidak ada niat mencuri! Tinggi dinding ini bukan masalah! Biar Kakek yang duluan loncat!" kata Kakek Kelinci. Kakek Kelinci berusaha memanjat dinding. Iip Setiawan khawatir dengan Kakek Kelinci.
"Hati - hati, Kek! Nanti tulang Kakek bisa remuk semua! Kakek naik saja ke badan Iip!" kata Iip Setiawan.
"Nah begitu, baru Anak Muda yang bertanggung jawab!" kata Kakek Kelinci. Kakek Kelinci naik ke badan Iip sehingga bisa memanjat dinding dan melompati dinding. "Kakek sudah mendarat dengan aman! Ayo sekarang giliran kamu yang loncat! Kami masih muda, kamu pasti bisa!"
"Kek rumputnya saya lempar!" seru Iip. "Saya minta tolong Kakek tangkap tas dan ayam jago Iip! Ojo sampai jatuh!" katanya lagi.
"Ayam berisik begitu kamu pikirkan!" kata Kakek Kelinci.
"Sama seperti Kakek, sayang sama kelinci Kakek! Abdi teh juga sayang Kek sama ayam jago saya, meskipun berisik!" kata Iip Setiawan.
"Iya, iya, saya bantu tangkap tas dan ayam jago kamu! Tidak usah khawatir sama ayam jago kamu! Ayam berisik itu akan Kakek lindungi!" ujar Kakek Kelinci.
Setelah melemparkan backpacknya ia membuka keranjang ayamnya dan melemparnya agar melompat ke sebrang dinding.
"Masya Allah, Subhanallah, Astaqfirullahaladzim!" ucap Kakek Kelinci terkejut saat ternyata Iip membuat ayamnya terkejut. Kakek segera mengejar menangkap ayam itu.
Setelah itu baru ia melemparkan tas ayamnya. Kakek Kelinci memasukkan ayam itu ke keranjangnya.
"Bismillahirrahmanirrahim, Allah hu Akbar!" ucap Iip Setiawan.
Iip Setiawan melompat ke dinding memanjat lalu melompat turun. Ia pun berhasil melompat dengan selamat. Mereka berdua berada di halaman rumah orang.
"Bukan jalan buntu kan? Selalu ada jalan buat orang - orang yang kreatif, yang baik, yang percaya keajaiban, dan yang percaya pada Allah SWT," kata Kakek Kelinci. (Nb : Kakek Kelinci kejadian nyata cuma gak pakai bawa ayam)
"Iya Kek tapi langkah berikutnya biar abdi yang tanglet orang - orang karena abdi teh yakin, pasti ada orang yang mengenal Kakek! Biar kita mendapatkan jalan yang benar bukan jalan yang maksa!" kata Iip Setiawan.
"Terserah kamu Anak Muda yang penting tolong antarkan Kakek pulang dengan selamat!" kata Kakek Kelinci.
Iip Setiawan mengulurkan tangannya ke Kakek Kelinci.
"Ke dari tadi kita belum berkenalan! Saya teh Iip Setiawan, Kek! Saya teh anak pengusaha keripik dan sale pisang merek Temal Temil, Kek!" kata Iip memperkenalkan dirinya. "Kalau boleh tahu Kakek namanya sinten? Biar nanti saya gampang bertanya ke orang - orang."
Kakek Kelinci mengulurkan tangannya menyambut erat tangan Iip Setiawan.
"Panggil saya Kakek Kelinci! Semua orang tahu dan mengenal saya sebagai, Kakek Kelinci!" kata Kakek Kelinci.
"Kakek Kelinci!" ulang Iip Setiawan.
Ayam jantan Iip Setiawan berkokok.
Kukukurikukukurikukukurikukukukuk ... ! Werkudara Bumi Legawa.
"Ayam berisik ini punya nama?" tanya Kakek Kelinci.
"Namanya teh Werkudara Bumi Legawa, Kek!" jawab Iip Setiawan.
"Kamu dari tadi bicaranya aneh, kadang Sunda, kadang Jawa, kadang Indonesia. Kamu teh orang mana?" tanya Kakek Kelinci.
"Saya Sunda, Kek, tapi lama sekolah di Jawa. Bahasanya jadi bingung dan kebiasaan bahasanya, bahasa bingung, Kek!" terang Iip Setiawan.
"Nak Iip, mari kita lanjutkan perjalanan!" ajak Kakek Kelinci.
"Mari, Kakek Kelinci!" jawab Iip Setiawan dengan semangat empat lima. Ia membawa backpack, ayam dan rumput.
Dari samping halaman rumah warga mereka sampai di depan halaman rumah warga. Warga pemilik rumah yang dindingnya mereka lompati itu memergoki mereka.
"Kalian teh siapa?!" tanya warga itu dengan emosi. "Kenapa bisa dari samping belakang rumah saya?! Kalian teh jangan - jangan mau mencuri ya?!" tuduh warga itu dengan kesal hampir marah bahkan seakan mau mengamuk.
"Enak saja menuduh maling!" kata Kakek Kelinci.
"Bukan, kami teh bukan maling, kami hanya tersesat di kebun tebu!" terang Iip Setiawan. "Kami terpaksa melompat dinding belakang rumah anda. Kami minta maaf, kami sungguh terpaksa!" ucapnya. "Apa anda mengenal Kakek Kelinci? Saya teh sedang mencari rumah Beliau ini. Beliau ini adalah Kakek Kelinci. Beliau lali dalan ke rumahnya," terang Iip kemudian.
Warga itu memperhatikan Kakek Kelinci. Akhirnya ia mengenali Kakek Kelinci.
"Saya teh tahu Kakek ini!" serunya. "Kakek ini teh rumahnya di sebelah sana!" tunjuk nya. "Jalan saja ke sana lalu belok kanan lalu terus saja! Cari saja rumah yang banyak kelincinya!" terang warga itu sangat banyak. Iip manggut - manggut paham.
"Matur sembah nuwun! Pareng! Mangga! Assalamualaikum!" ucap Iip campur aduk.
"Mangga mangga! Waalaikumsalam!" jawab warga itu.
"Terima kasih! Assalamualaikum!" ucap Kakek Kelinci.
"Sama - sama, Kek, Waalaikumsalam!" jawab warga itu.
Bus.
Copet berhasil mencopet dompet penumpang di sebelah kirinya. Bus tiba - tiba mogok.
"Ah busnya mogok! Para penumpang mohon maaf busnya mogok! Dimohon semuanya turun! Kami akan segera membenahi busnya!" kata Sopri Sopir.
Para penumpang kecewa. Semua penumpang turun dari bus. Copet memanfaatkan situasi dengan pura - pura tidak sengaja menabrak beberapa para penumpang yang turun. Copet mencopet barang berharga mereka.
Jalan - Rumah.
Iip Setiawan dan Kakek Kelinci sudah di depan rumah Kakek Kelinci. Kakek Kelinci sibuk membagikan makanan untuk kelinci - kelincinya, yang sangat banyak.
"Terima kasih Iip, kamu sudah berbaik hati mengantarkan Ayah saya dengan selamat sampai rumah," ucap anak 1 Kakek Kelinci.
"Maaf loh kalau Ayah kami sangat merepotkan dan sangat cerewet, juga pemarah," ucap anak 2 Kakek Kelinci.
"Saya teh paham ora masalah kok. Saya sendiri teh juga begitu, sama, cerewet. Jadinya ketemu Kakek Kelinci ya klop!" kata Iip Setiawan.
"Iip, tujuannya ke mana?" tanya cucu 1 Kakek Kelinci.
"Saya teh tujuannya ke Jakarta," terang Iip Setiawan.
"Kebetulan atuh kita searah! Saya teh mau berangkat kerja tapi teh saya tidak sampai Jakarta tapi sareng saya saja! Nanti tinggal dua kilo ke Jakartanya! Nanti Iip teh bisa menumpang pickup sayur yang tujuannya ke Jakarta! kata cucu 1 Kakek Kelinci dengan antusias.
"Alhamdulillah!" ucap Iip Setiawan.
"Tunggu bawa ini buat oleh - oleh!" kata cucu 2 Kakek Kelinci. Anak, cucu, Kakek Kelinci membawakan Iip bekal dan hasil bumi yang sangat banyak.
"Alhamdulillah, terima kasih!" ucap Iip sangat senang. "Rezeki anak soleh ini namanya!"
Iip Setiawan dibonceng cucu 1 Kakek Kelinci.
"Assalamualaikum!" ucap Iip Setiawan.
"Waalaikumsalam!" jawab semua anak cucu Kakek Kelinci.
"Assalamualaikum!" ucap cucu 1 Kakek Kelinci.
"Waalaikumsalam!" jawab semua anak cucu Kakek Kelinci.
Bus.
Jalanan sepi dan jauh dari bengkel. Sopri Sopir dan Kernet Budiman berusaha membetulkan. Copet tetap beraksi. Copet berpura - pura mendekati penumpang lain untuk mengobrol. Saat penumpang lengah, copet mengambil barang berharga penumpang yang mengobrol dengannya.
Sopri Sopir dan Kernet Budiman tidak berhasil membetulkan.
"Tidak bisa, kita perlu ke bengkel!" kata Sopri Sopir.
"Kita jauh dari bengkel!" kata Kernet Budiman.
"Bagaimana ini, hari sudah hampir gelap? Kalau gelap akan semakin sulit untuk kita membetulkan! Ayo kita coba membetulkan lagi!" kata Sopri Sopir.
Iip Setiawan dan cucu 1 Kakek Kelinci melintas. Iip Setiawan melihat Sofi Margareta.
"Stop! Stop! Saya berhenti di sini wae!" seru Iip Setiawan. Cucu 1 Kakek Kelinci menghentikan motornya.
"Kalau di sini Jakarta masih beberapa kilo lagi!" kata cucu 1 Kakek Kelinci.
"Saya teh mau sareng Neng Geulis yang di sana itu!" kata Iip sambil menunjukkan.
"Oh ... saya mengerti! Saya duluan ya?"
"Ya, terima kasih!" ucap Iip Setiawan.
"Kembali kasih, Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam!"
Cucu 1 Kakek Kelinci melanjutkan perjalanannya.
Iip Setiawan menghapiri Sopri Sopir dan Kernet Budiman yang sedang membenahi bus dengan putus asa.
"Dari tadi belum sampai Jakarta? Kenapa? Enten Naon?"
"Mogok! Kami belum bisa membetulkannya! Mana jauh dari bengkel dan hari mau gelap!" keluh Sopri Sopir.
"Cepat sekali kami teh sampai sini?" tanya Kernet Budiman dengan tatapan tidak suka kepada Iip Setiawan.
"Alhamdulillah saya teh mendapat pertolongan dari Allah SWT dan mendapatkan banyak rezeki! Mangga pun dibagi - bagi! Kulo mboten perlu sebanyak ini!" kata Iip sambil membagikan ke para penumpang. Para penumpang berebut oleh - oleh dari Iip Setiawan.
"Boleh abdi mencoba membetulkan?" tanya Iip.
"Kamu bisa?" tanya Sopri Sopir.
"Mana mungkin kamu bisa!" kata Kernet Budiman dengan sinis.
"Coba! Kalau bisa, kamu teh boleh naik lagi!" kata Sopri Sopir.
"Bismillahirrahmanirrahim!" ucap Iip Setiawan.
Iip mencoba membetulkan. Bus akhirnya bisa hidup. Kecuali Kernet Budiman, semua bersorak senang sambil waspada berhati - hati takut barang - barangnya dicuri sama Iip Setiawan.
Para penumpang naik ke bus. Copet memanfaatkan lagi situasi dengan berpura - pura tidak sengaja menabrak beberapa penumpang yang naik ke bus. Ia kembali mengambil dompet dan smartphone para penumpang yang bertabrakan dengannya.
Semua penumpang sudah naik dan duduk kecuali copet karena sedang mengincar dompet seorang penumpang. Para penumpang duduk sesuai tempat masing - masing sebelumnya. Copet berdiri di pintu belakang bus sambil sesekali memperhatikan penumpang yang diincarnya dan melihat situasi aman atau tidak untuknya beraksi.
"Duduk!" perintah Kernet Budiman.
"Nanti!" jawab Copet.
Bus Jalan.
FADE OUT
Hari akhirnya telah berubah gelap.
Copet memperhatikan situasi. Sopri Sopir tampak konsentrasi menyetir. Kernet Budiman sibuk mencuri pandang Sofi Margareta dan memandang kesal kepada Iip Setiawan. Sofi Margareta dan dua penumpang belakang sibuk waspada terhadap Iip. Para penumpang lainnya tampak kelelahan dan mengantuk.
"Aman tidak ada yang memperhatikan aku," batin Copet. Copet berjalan menuju penumpang sasarannya. Werkudara Bumi Legawa memperhatikan copet. Saat hampir berhasil mengambil dompet sasarannya, Werkudara Bumi Legawa memberontak mau ke luar. Iip melonggarkan keranjang ayamnya pikirnya ayamnya kesesakan. Ayam jantan Iip melompat terbang menyerang copet itu.
"Auh ... !" seru Copet.
Kernet Budiman jadi punya kesempatan dan alasan lagi buat memarahi kalau bisa mengusir Iip lagi, karena penumpangnya di serang ayam Iip.
"Kamu teh bisanya bikin onar terus!" bentak Kernet Budiman. "Tadi mencuri, sekarang ayam kamu menyerang penumpang! Sudah bagus masih diperbolehkan naik bus ini, masih saja berbuat onar!"