Contents
JANJI JIWA (PROMISE)
DE JAVU
Tiba-tiba ruangan kamar menjadi temaram. Padahal sebelumnya Sarah menghidupkan lampu tidur. Sedangkan Nenek sudah tak ada disampingnya. Sarah berpikir jika Neneknya sudah pindah ke kamarnya. Padahal Nenek tadi bilang takut tidur sendirian. Ia hanya melihat jendela kamar setengah terbuka, mungkin Nenek membuka jendela karena gerah. Sarah pun menutup jendela dan seperti biasa setelah bangun dari tidur Sarah selalu menyempatkan diri untuk bercermin. Tiba-tiba Dia merasa aneh, karena di dalam cermin bayangan tubuhnya hilang. Yang anehnya lagi, cermin yang menempel pada dinding kamarnya jadi berbentuk sebuah ukiran aneh.
Ia pun kembali bercermin, namun bayangan tubuhnya berubah menjadi sosok yang sangat cantik dan tak dikenal. Ia pun meraba cermin, namun bayangan di dalam cermin tak mengikutinya. Tiba-tiba saja sosok tersebut berubah menjadi sosok mengerikan dan buruk rupa.
“AaaaaRrrrrggggggghhhhhhhhhh,,,,,,,,,,,”
Keringat mengucur deras di seluruh tubuh Sarah, Ia sangat ketakutan sosok yang mengerikan di dalam cermin tersebut. Nenek segera menenangkan Sarah yang berada di sampingnya.
“Ra, Kamu mimpi buruk yah?!”Nenek mengusap-usap dahi Sarah. Sarah hanya terdiam dan nafasnya tersengal-sengal seakan mengingat kejadian yang baru saja sedang berlangsung.
“Nek, kenapa yah sosok yang tak dikenal itu dari dulu selalu datang di mimpi ku?! Sarah segera merangkul bahu Nenek dan menceritakan kejadian demi kejadian. Namun Nenek berpikir bahwa apa yang dialami oleh Sarah adalah rasa trauma yang selalu datang setiap saat. Sarah selalu menganggap mimpinya ini adalah kenyataan. Beberapa kali Ia bermimpi aneh dan selalu terjadi apa yang dialaminya. Yang membuat Sarah bingung adalah mengapa wanita yang di dalam cermin dalam mimpinya selalu hadir dalam mimpi Sarah.
“Nek, kenapa wanita itu selalu datang dan hadir di dalam mimpi Sarah yah?” Sarah pun mengusap keringatnya yang bercucuran sehabis mimpi buruk. “Apakah ini ada hubungannya dengan Ayah?” Sambil melanjutkan pertanyaan, tiba-tiba Sarah terisak menangis.
“Sudahlah Ra, mungkin Kamu terlalu mengingat masa lalu yang pahit dalam kehidupan mu sekarang. Doakan saja Ayah mu supaya tenang di sana!”
Rupa dan paras yang ayu dari Sarah menunjukkan bahwa ia adalah wanita yang lembut dan penuh manja. Padahal dibalik itu Ia menyimpan kebencian terhadap masa lalunya. Ayah Sarah bernama Hadianto menikahi ibunya Sarah yang seorang anak sebatang kara bernama Dania. Awal mula kehidupan rumah tangga mereka bahagia dan dikarunia seorang anak bernama Sarah. Hadianto yang merupakan seorang pengusaha timah harus pulang pergi meninggalkan keluarga untuk dinas di luar kota. Namun mereka tak mengetahui jika Hadianto terlibat asmara dengan putri seorang mantan pejabat.
Hal ini terbongkar setelah sopir Hadianto memberitahu pada ibunya Sarah. Hingga berlanjut sopir ayahnya Sarah tersebut di pecat. Setelah tercium gelagat perselingkuhan Hadianto dengan seorang wanita, bukan membuat Hadianto tobat. Namun berlanjut ke pernikahan dengan wanita laknat tersebut setelah menceraikan Dania. Kabarnya wanita itu telah menikah keempat kalinya. Hak asuh anak dipegang oleh Hadianto, hingga Sarah pun sempat tinggal beberapa waktu di rumah ibu tirinya.
Sarah melihat paras wanita itu rupawan dan tak ada cacat sedikit pun. Ia nyaris sempurna, dengan wajah yang mulus seperti marmer. Pantas saja ayahnya tergila-gila dengan ibu tirinya yang Sarah panggil dengan sebuah nama ‘lampir’. Wanita laknat yang membuat ibu dan ayah Sarah bercerai itu terkadang bersikap misterius. Setiap selasa, Ia selalu tak ada di rumah. Rasanya Sarah yang penasaran ingin mengikuti langkah kemana pun wanita itu pergi. Rumah yang sebesar istana, tak mampu Sarah taklukan untuk mengelilinginya. Sarah kesepian, Ia tak mempunyai teman, tidak seperti di rumahnya dulu. Kini tinggal di sebuah komplek perumahan mewah namun Ia tak mendapatkan satu pun teman untuk bermain. Kadang Sarah pernah berpikir untuk kabur dan pergi sendirian ke rumah ibunya. Tapi di depan gerbang pintu selalu dijaga oleh satpam. Ia tak bisa kemana-mana, meskipun ingin ke luar rumah, kadang para satpam itu menanyakan bahkan melarang pergi ke luar.
Tiba-tiba saja datang seorang perempuan setengah baya diantar oleh sopirnya. Ia mengaku ibunya lampir, ingin memberi kabar bahwa ayahnya meninggal. Lampir, ya sebutan wanita yang menghancurkan rumah tangga ayahnya itu tak pernah datang menjenguk ayah dan ibunya. Hingga ayahnya lampir meninggal dengan keadaan stroke parah. Ibunya lampir yang dipanggil Bu Broto itu datang menghampiri Sarah. Sambil menatap Sarah, ia membisikkan sebuah kata “maafkan anakku!” Sarah hanya bengong, dan berpikir, apa maksud ucapan dari Bu Broto tersebut. Diketahui dari para pembantu di rumah, jika hubungan lampir dengan orang tuanya tak harmonis. Jangankan menjenguk orang tuanya, bahkan ibunya ‘lampir’ mengabarkan ayahnya meninggal pun, lampir tak datang di acara pemakaman. Hanya ayah Sarah yang mendatangi acara pemakaman ayahnya lampir. Kenapa lagi-lagi harus ayahnya yang mau saja diperintah oleh lampir. Hal ini membuat Sarah geram bahkan sekaligus dendam terhadap lampir.
Satu tahun setelah Sarah tinggal di rumah lampir, tak ada yang dirasakan kebahagiaan oleh Sarah. Setelah pulang sekolah dijemput oleh sopir, Ia hanya terbatas ruang rumah dan mengalami kebosanan karena dilanda kesepian. Namun tepat di usianya delapan tahun, Sarah harus mengalami kepedihan. Kini giliran ibu kandung Sarah yaitu Dania meninggal dalam kecelakaan lalu lintas. Bus yang ditumpangi Dania terguling jatuh ke dalam jurang. Tak habis-habisnya Sarah menangisi ibunya, yang mengiringi pemakaman ibunya hanyalah kerabat terdekat. Karena ibunya Sarah tak mempunyai saudara kandung dan merupakan seorang anak yatim piatu.
Sarah tak habis-habisnya didera oleh kemalangan nasib. Bahkan Ayahnya seolah-olah berubah dan berpaling pada ibu tirinya. Ada beberapa pertanyaan di benak Sarah, mengapa ayahnya tidak datang dipemakaman ibunya dan hanya datang di pemakaman mertua barunya. Sontak saja Sarah tak habis-habisnya menguras air mata di pemakaman ibunya. Semua kerabat yang ada di situ mencoba menenangkan Sarah dan mencoba membawanya pulang. Namun Sarah hanya terpaku diam tak beranjak dari kuburan ibunya. Beberapa orang mencoba menelepon ayahnya Sarah agar datang, namun ayahnya Sara tak kunjung datang menemui Sarah. Hanya satu jawaban yang terluncur dari mulutnya bahwa Hadianto sedang di luar kota.
Tak berapa lama datang wanita paruh baya dan menyapa pundak Sarah dari belakang.
“Ayahmu tak datang nak?” Suara wanita tersebut agak parau. Sarah hanya mengangguk lalu tertunduk. “Aku akan menunggu mu di sini, sampai duka mu habis tercurahkan di pemakaman ini.” Wanita itu berupaya menenangkan Sarah sambil terus menemaninya sampai pulang.
“Ibu pulang saja! Aku tetap akan menunggu ayah di sini, sampai dia datang.” Sarah pun terisak dan tak kuat menahan air mata. Pikir Sarah, begitu tega ayah kandung tak menghadiri pemakaman ibunya.
“Aku tetap akan menemani mu sampai kau pulang! Tak peduli jika kau tak menginginkan keberadaan ku!” Wanita paruh baya itu tetap dalam pendiriannya.
“Bukan kah kau ibu dari Anya?” Tumben Sarah memanggil nama asli ibu tirinya. “kau senang? Anak mu lah yang telah mengambil ayah dari ku!” Sarah kembali menangis setelah kedua matanya menyembul karena amarah terhadap ibu dari Anya.
“Mungkin kau tak tahu apa yang terjadi pada ku! Anya pun sudah melupakan kami sebagai orang tuanya.” Tak sadar wanita paruh baya itu meneteskan air mata.
“Sekarang apalagi yang kau mau dariku?! Aku sudah cukup menderita!”
“Sekarang pulanglah ke rumah mu, jika kau tak pulang Aku tetap akan menemani mu!”
“Kau sama keras kepalanya dengan putri mu! Hak apa kau menyuruh ku untuk pulang?!”
“Kau harus menyaksikan rahasia Anya yang sebenarnya! Ada yang disembunyikan Anya dariku. Aku meminta tolong pada mu agar melihat apa yang sedang terjadi dengan putriku.” Wanita paruh baya itu memelas pada Sarah.