Contents
Seribu Kesempatan
Mulai Gila
Gue terbangun dari kecelakaan tadi dan lagi-lagi gue bangun di kamar gue sendiri, nggak lama gue dengar suara Mama gue ngomel-ngomel, gue mencoba menyadarkan diri kalau ini nyata dan bukan mimpi buruk. Gue coba melihat ke pintu kamar, apakah setelah ini Adel akan masuk? Ternyata benar! Adel memasuki kamar gue sambil marah-marah soal social medianya. Gak mungkin, gue gak mungkin mengulangi hari yang sama berkali-kali. Ini pasti ada sesuatu yang nggak beres! “Woyy, lo kenapa sih kak?” Tanya Adel yang menyadari gue dari lamunan. “Ini hari apa?” tanya gue. “Ini gara-gara lo ngapus nama Rudi di bio instagram gue, Rudi jadi marah, dia kira gue putusin dia. Liat aja gue bilangin Mama!” seru Adel sambil berlalu meninggalkan gue. “Bilangin aja, paling dia nggak peduli sama lo Del!” teriak gue dari kamar. Gue menarik napas perlahan, mencoba tenang sebentar sambil duduk di pinggir kasur. Nggak lama Mama gue masuk kamar, raut wajahnya udah siap mau marahin gue. “Kamu ini niat sekolah nggak sih, Lang? udah berapa kali ini Mama dapat surat panggilan dari Kepsek kamu! Mama lagi ada janji dan nggak bisa nemuin kepsek kamu” Kata-kata Mama gue sama persis seperti yang udah gue alami.
Gue masih diam mematung karena gue masih nggak percaya. “Kamu kenapa Gilang? Kamu nggak enak badan ya?” Tanya Mama gue sambil mengecek suhu badan gue dengan telapak tangannya yang menempel di dahi gue. “Kamu istirahat aja kalo gitu, biar nanti Mama nelpon Bu Susi buat izin”. Gue merasa senang karena gue bisa bolos sekolah, tapi di sisi lain gue juga masih kepikiran apa yang sedang gue alami ini. Lalu gue gunakan waktu bolos gue untuk benar-benar istirahat, gue pun merebahkan badan sambil melamun melihat langit-langit kamar.
Gue nggak mungkin cerita ke Adel atau ke Mama, bisa-bisa gue dibawa ke psikiatris sama mereka. Saat ini gue mulai merunutkan semua kejadian di saat hari yang gue lewati masih berjalan normal. Pertama gue bangun tidur karena suara Mama marah-marah, terus Adel masuk kamar gue marah-marah soal sosmednya, gue berangkat ke sekolah dan nyerempet tukang sayur dan dimaki abis-abisan, lalu sampai sekolah gue manjat pager belakang dan masuk ruang bk, setelah itu gue ngeliat Tiara dan nganterin dia untuk ikut olimpiade dan setelah itu mungkin gue mati, dan…. Gue balik lagi di kamar gue. Gue kembali melamun, dan dalam lamunan gue tiba-tiba aja kepikiran sama temen kutu buku gue, Adit!! Mungkin cuma ke dia gue bisa cerita soal ini. Gue langsung bangkit dari kasur dan buru-buru berangkat ke sekolah.
Gue tancap gas dengan terburu-buru. Di jalan gue teringat waktu itu nabrak pedagang sayur, gue langsung memperlamban laju motor untuk berhati-hati, anehnya ketika gue melewati gang tepat di mana gue menabrak pedagang sayur itu nggak ada siapa-siapa. Gue berpikir, mungkin dia udah pergi duluan kali ya. Ah cuek aja, toh bersyukur gue nggak kenapa-kenapa juga. Karena tau gue akan terlambat, gue langsung aja ke belakang sekolah buat manjat tembok belakang, kejadian ini sama persis. Gue ngelihat teman-teman gue pada ragu untuk manjat. Gue mulai bisik-bisik ke mereka, “Kalo lo mau manjat, lebih aman lewat pintu depan, soalnya Babe udah standby di balik tembok ini. Ayo iku gue!”. Temen-temen gue pun mengikuti gue ke pintu depan.
Kita tiba di pintu depan, saat itu situasi terlihat aman. Tapi sayang pintu depan sekolah gue itu tinggi banget. Kita harus saling bantu untuk bisa masuk ke sana. Karena ini ide gue, gue harus yang pertama. Teman-teman gue pun udah membentuk formasi dan mereka membantu gue untuk manjat. Gue udah sampai di atas pagar dan berancang-ancang untuk melompat ke dalam, ketika sudah siap melompat, Babeh pun datang memergoki gue, saat itu gue kaget dan tergelincir dengan posisi kepala menghantam tanah. Lagi-lagi gue terbangun di kamar gue sambil memegang kepala gue. Gue coba duduk dan merunutkan semua kejadian yang gue alami. Saat itu Adel masuk “Maksud lo apa sih ka…” belum Adel selesai ngomong, gue langsung motong “Iya gue minta maaf udah bajak sosmed lo, udah sekarang lo keluar, bilang ke mama gue lagi siap-siap berangkat!” bentak gue ke Adel. “Ihh aneh banget sih lo” sindir Adel sambil keluar kamar gue.
Kenapa gue selalu berakhir kembali ke kamar gue lagi setiap gue nggak sadarkan diri, atau mungkin saat itu gue mati? Nggak ada yang tau. Saat ini yang ada dipikiran gue cuma satu, yaitu gue harus menemui Adit. Secara Adit itu kutu buku banget, suka film-film fiksi yang nggak masuk akal. Pasti dia tau apa yang lagi gue alamin. Singkat cerita gue berhasil masuk ke sekolah sebelum gerbang tertutup dengan sempurna. Gue langsung masuk kelas dan menghampiri Adit. Saat itu Adit terdengar sedang asik membicarakan sebuah web series tentang superhero yang menurut gue emang bener-bener aneh dan nggak masuk akal. “Woi dit!” panggil gue. Adit menoleh “Kenapa Lang?”.. Hubungan gue sama Adit sebenarnya nggak terlalu dekat, karena gue juga males bergaul sama orang kutubuku kayak dia.
“Gue ada perlu sama lo, bisa ngobrol berdua?” tanya gue. “Bi..bisa Lang..” jawab Adit dengan ragu, sepertinya sih dia ngira kalau dia bermasalah sama gue, tapi bukan itu. Gue pun mengajak dia ke sebuah sudut sekolah yang sepi dan menceritakan semua hal yang gue alami ke Adit. Saat selesai bercerita, tiba-tiba Adit terlihat menahan tawa. Gue nggak terima, dia kira gue bercanda, saat itu gue langsung pelototin dia, dan dia pun tersentak kaget. “Kalo dari beberapa film yang gue tonton, sampai beberapa buku yang gue baca, hal yang lo alami sekarang ini bisa disebut Looping, Lang” jelas Adit. “Tapi apa lo bener-bener ngalamin Looping ini?” tanya Adit. Gue terdiam dan pasrah, mungkin saat ini gue dikira gila, dan derajat gue jatuh banget di mata dia. “Coba lo tebak, setelah ini apa yang akan terjadi? Gue cuma mau memastikan aja kalo lo itu bener-bener looping” tantang Adit dengan tengil. Tiba-tiba sebuah bola basket melayang ke jendela dekat tempat Adit berdiri, GUMPRANKKK bola basket itu mengenai jendela ruang kelas sampai pecah. Tidak lama seorang guru keluar dan marah-marah, mereka menunjuk gue sama Adit. Gue benar-benar memperhatikan semuanya sampai akhirnya gue mendapat ide.