Contents
Symphony Cinta Masa Lalu
Lagu Terakhir
Sejak hari itu, aku dan Ranendra semakin dekat. Aku sering kali mendatanginya saat Ia sedang latihan, mendengarkan alunan musik yang Ia buat, menatap wajahnya yang tampak serius namun terlihat hangat.
“Aku suka kamu mainin lagu itu.” ujarku disaat dia sedang serius-seriusnya.
“Clairde lune.” Jawabnya sembari melihat ke langit malam yang tampak disana bulan sedang bulat-bulatnya dan bersinar terang.
“Clair de lune? Aku baru tau ada lagu itu.” kataku dengan jujur yang selama ini aku pikir nada itu adalah ciptaannya. Inginku menertawakan diriku yang bodoh.
“Lagu ini adalah karya Claude Debussy yang menceritakan kesendirian seseorang dibawah sinar bulan, mengenang memori-memori bahagianya.” Dia tampak menjelaskan dengan serius, walaupun aku tau dia pasti sadar kalau aku tidak begitu kenal siapa Claude Debussy.
“Tapi kenapa kamu sering mainin lagunya? Apa kamu juga lagi berusaha mengenang memori-memori indah yang dulu kamu punya?” tanyaku dengan rasa penasaran.
“Bukan mengingat tapi ingin membuat kenangan itu.” jawabnya menatapku dalam. Aku tidak bisa berkutik saat dia menatapku seperti itu, rasanya tubuhku lemas.
“Dengan aku?” pertanyaan itu sontak keluar dari mulutku tanpa ku sadari.
Kemudian dia mengangguk pelan, lalu tersenyum menatapku. Bayangkan rasanya aku seperti es yang sedang meleleh saat itu. Bagi kami, pernyataan di ruang latihan itu sudah cukup menjelaskan kalau kami ada di dalam sebuah hubungan yang resmi “Pacaran”. Aku tidak pernah membayangkan bagaimana rasanya begitu dicintai pria dingin tapi romantis ini. Hubungan kami berjalan dengan mulus seolah semesta merestuinya. Cinta masa muda yang sangat indah dan saat itu aku ingin selamanya seperti ini.
“Orangtuaku ingin aku melanjutkan studi di Swiss.” Kalimat pertama yang ku dengar darinya setelah satu tahun kami menjalin hubungan, yang membuat duniaku runtuh seketika. Swiss sangat jauh bagiku saat itu, bagaimana bisa aku tidak melihatnya barang sehari saja, aku tidak sanggup.
“Apa harus?” pertanyaan bodoh ini harus kuutarakan meski aku tau jawaban apa yang akan dia berikan.
“Aku tidak bisa melawan. Aku tidak akan lama, setelah semuanya selesai aku akan segera kembali.” Dia tampak berusaha meyakinkan tapi rasa ragu yang amat besar memenuhi pikiranku. Aku harus melepasnya pergi, aku harus bisa menjalin hubungan jarak jauh. Pikirku saat itu.
Seminggu setelahnya, dia pergi. Sebelum itu, dia sempat mengajakku ke ruang latihan dan memainkan lagu Clair de lune. Aku tidak bisa menahan tangisanku sambil menatapnya dengan harapan dia tidak akan pergi.
“Semoga kamu ingat dan jadikan ini kenangan indah.” katanya sembari dengan lembut mengecup keningku lalu turun ke bibirku. Pipiku basah dengan air mata, aku juga bisa merasakan air matanya yang jatuh ke bibirnya yang sedang bersentuhan dengan bibirku.
***