Try new experience
with our app

INSTALL

SERIBU KISAH DI KOTA PELAJAR 

GOOD BYE!

             Harinya tiba. Awal September 2018, Ay pamit. Kebetulan, Ani kerja hari itu. Sekitar jam 06.30 ia berangkat. Dan terlihat anak kosan lain sudah bersiap untuk berangkat juga. 

Ani : “Nanti kalo pulang ati – ati, dan jangan lupa berkabar.”

Ay : “Iya..” 

Percakapan mereka di depan pintu. Ani pun meninggalkan Ay dengan senyuman. Perlahan Ani menjauh dan Ay masih mengintip dari balik tembok. Di rasa Ani sudah tidak kelihatan, Ay pun masuk lalu merapikan kembali barang - barangnya. Baru beberapa detik megang tas, terdengar suara.... 

Ani : “Ay..” ( memeluk Ay sambil nangis )

Ay : “Kenapa? Kok balik? Ini udah setengah tujuh lho. Ya Allah nangis ( ketawa kecil )

Ani : ( masih meluk dan nangis )

Ay : ( meluk Ani dan nangis ) “Udah ih, udah gede juga.”\t 

Suasananya yang tadinya biasa saja, berubah melow. \t

Ani : “Ati – ati pulangnya..” ( sambil membasuh air mata )

Ay : “Iya... dah berangkat gih, udah setengah tujuh lebih.” ( dengan nada menyuruh )

Ani : “Iya...” ( melambaikan tangan )

Ay : ( melambaikan tangan ) 

Jujur, Ay berat. Tapi ini sudah keputusannya. Siap tidak siap, mau tidak mau, ia harus tetep pulang. Di tengah ia merapihkan barangnya, tiba – tiba... 

Mas Jo : “Mau pulang mbak?”

Ay : ( senyum kecil ) “Iya..”

Mas Jo : “Ya udah ati – ati ..”

Ay : “Iya..” 

Ay lanjut merapikan dengan pintu terbuka setengah. 

      Jam menunjukan 10.00, mengenakan atasan dan jilbab segiempat pink, bawahan jeans, Ay bersiap berangkat pulang. Suasana sepi, dan pintu kosan semua tertutup. Ay pun pergi dan tidak lupa berpamitan dengan ibu kos. Oke, tujuan pertamanya adalah terminal. Jaraknya pun lumayan, jika ditempuh dengan jalan kaki. Oh ya, saat itu handphone Ay belum se canggih sekarang.

Melewati jalan raya yang ramai kendaraan, serta panas, membuat Ay lebih cepat lelah. Tas ransel di punggung, tangan kanan dan kiri membawa barang, tak sesekali diliat pejalan kaki lain, membuat Ay kurang percaya diri. “Bodo amatlah” batin Ay. Yang lebih penting sekarang adalah mengejar trans jogja arah Malioboro. Karna memang, tidak ada jalur trans yang berhenti tepat di depan stasiun.

      Jalan, istirahat, jalan, istirahat, itu yang dilakukan Ay untuk mengurangi lelahnya. Dan ia pun membeli sebotol air mineral untuk mengurangi dahaga. Sesampainya di Terminal, ia masih menunggu trans. Dan benar, di halte ia jadi pusat perhatian. “Bodo amat” tepisnya lagi. Singkat cerita, trans pun tiba. Ia masuk dengan barang – barangnya. Kurang lebih setengah jam ia tiba di Malioboro. 

          Di sana ia berfikir untuk membeli buah tangan. Dan Ay mampir ke salah satu pasar terkenal di Malioboro. Sesampainya di pasar, Ay bingung dengan barangnya. Karna tidak ada penitipan dan juga pedagang yang sibuk dengan pelanggannya. Jadi, menurut Ay kurang etis kalo minta tolong. Kurang lebih 5 menit ia berdiri, sampai akhirnya ia nekat mendatangi ibu penjual baju yang lapaknya tepat di pintu masuk.

 

Ay : “Permisi bu..”

Penjual : “Iya..” ( melihat barang Ay )

Ay : “Maaf , saya boleh izin nitip barang sebentar? Ada yang mau saya beli di atas.”

      ( nada memelas )

Penjual : ( mewawancarai )

Ay : “Kalo ibu tidak percaya, ibu boleh geledah tas saya. Silahkan.”

Penjual : “Ya sudah, simpen sini mbak.”

Ay : “Makasih buk. Saya sebentar..” ( senyum )

Penjual : “Iya..” ( senyum )

 

         Beberapa menit kemudian, barang yang dicari sudah di tangan. Dan Ay pun segera turun. Sesampainya di lapak ibu, ia langsung mengambil barangnya dan membeli dagangan si ibu sebagai ucapan terima kasih.  

Ay : “Makasih ya buk...” ( senyum )

Penjual : “Sama – sama mbak. Hati – hati pulangnya.” ( senyum )

Ay : “Iya bu, mari...”

Penjual : “Iya..” 

        Jam menunjukan 11.35 menandakan waktu hampir istirahat. Ay memprediksikan dan jika ia datang ke stasiun setelah jam istirahat, ia kehabisan tiket tidak? fikirnya. Takut kehabisan, Ay pun ke stasiun menaiki becak. Kurang lebih 5 menit sampai. Jam 11.45 Ay tepat di pintu masuk stasiun. “O, ow... banyak juga calon penumpang hari ini?" Padahal kan hari kerja? Pertanyaan itu seketika muncul. 

  Dengan cepat ia ke tempat loket. Dari kejauhan, ternyata sudah ada yang memperhatikan Ay. Tepatnya di belakang pagar area stasiun. Dia berpakaian seragam warna ijo biru dan juga memegang alat kebersihan. Karena keterbatasan Ay dalam melihat jarak jauh, ia pun tidak tau persis seperti apa wajahnya. Tapi ia tidak mempedulikan itu. Yang ada di fikirannya sekarang adalah tiket tiket dan tiket.

    Ay pun segera ke arah loket dengan menaiki anak tangga dan membopong tas. Tangan berasa patah, tidak terasa apapun. Sesampainya depan pintu, Ay menaruh tasnya di bawah CCTV pas, dan ia meninggalkannya di sana. Berfikir hilang? Iya. Tapi “ah bodo amatlah. Tidak ada barang yang penting. Ini juga di bawah CCTV, jadi ga mungkin kalo ada yang iseng.” Batinnya.