Contents
Blind
Pengorbanan Untuk Kamila
Kamila dan Bara sudah berada diruang ICU. Tak lama Kamila sadarkan diri. Dia langsung menanyakan kondisi Bara pada perawat disana. Perawat menjelaskan kalau kondisi Bara sangat kritis sama seperti dirinya. Kamila menangis mendengarnya.
“Baraaa...”
“Tenang ya mba, kami sedang mengusahakan donor jantung juga untuk Mas Bara. Sekarang donor yang tersedia hanya untuk mba Kamila.” Perawat mencoba menenangkan kamila.
“Donor itu gak cocok buat Bara?” tanya Kamila lirih, “Justru karena donor cocok dengan Mba Kamila dan Mas Bara, kami mendahulukan donor itu untuk Mba, karena luka mba lebih serius daripada mas Bara.” Jelas perawat itu.
Tak lama orang tua Bara mendatangi Kamila.
“Kamila…” Ibu Bara menangis sejadinya. “Kamila… tante…” ibu Bara tak kuasa melanjutkan pembicaraannya.
“Tante… Kamila mau donor itu buat Bara aja.. Kamila gak papa” jelas Kamila sambil tersenyum.
“Tapi Kamila, Kamila bisa aja--” omongan ibu Bara lagi-lagi terhenti, dia tidak sanggup melanjutkannya.
“Kamila bisa aja melihat untuk pertama kalinya. Bara pernah ngomong waktu itu…” Kamila melanjutkan omongan ibu Bara.
Kamila mengingat kembali memorinya dengan Bara.
Kamila sedang melukis dikamarnya bersama dengan Bara, tak lama Kamila terdiam, mencari wajah Bara, menyentuh Wajah Bara pelan, menelusuri bentuk mata Bara, hidung Bara dan bibirnya.
“Gelap Bar, bahkan nyentuh muka lo aja, gak ada bayangan sama sekali dipikiran gue, kayaknya gue emang gak akan pernah bisa ngeliat mimpi gue kalo tidur, dan mimpi gue selamanya cuma diisi sama suara dan sentuhan” lirih Kamila.
Bara lalu membelai wajah Kamila juga. “Kalau kita mati, kita akan menjadi manusia yang sempurna, di sana, bukan Cuma mimpi lo yang bisa lo liat, lo bahkan bisa liat semuanya, termasuk wajah ganteng gue ini.” Jelas Bara. Kamila tersenyum mendengarnya, tapi Bara malah ketawa ngakak karena saat Bara membelai wajah Kamila Bara juga menempelkan cat pada wajah Kamila. Kamila yang tau dikerjain langsung teriak pada Bara.
Mendengar cerita Kamila, Bara tambah menangis karena merasa bersalah.
“Tante.. sekarang biar aku ketemu sama orang tua aku duluan disurga, nanti aku akan ketemu lagi sama Bara sama tante kalau kita udah sama-sama di surga. Nanti Tante bisa main lagi sama mama sama papah aku kayak dulu, Tapi Tante sama Bara jangan buru-buru nyusul akunya. Oke?”
Ibu Bara mengangguk dan menyium kening Kamila, air mata Kamila jatuh beriringan dengan senyum yang menghiasi wajahnya. Kamila menutup matanya.