Contents
SERIBU KISAH DI KOTA PELAJAR
RANTAU
2018, Ay lulus sekolah menengah kejuruan. Ia pun segera melamar kerja lewat bursa kerja khusus yang ada di sekolahnya. Awal pendaftaran, ia melamar di salah satu perusahaan di Semarang. Namun karena kualifikasi tidak sesuai, ia pun beralih ke perusahaan yang ada di Yogyakarta. Ia mengikuti seleksi tidak sendiri, ada 2 teman dari sekelasnya yakni Sari dan Tari, sedangkan lainnya dari lain kelas namun masih satu sekolah. Oh ya, sosialisasi Ay dan 2 temannya terbilang masih malu - malu. Singkat cerita, semua lolos dan akan diberangkatkan ke Yogyakarta pada Mei 2018.
Waktu yang dinantikan tiba, menjelang siang mereka on the way menaiki bus yang sudah disiapkan oleh pihak perusahaan. Oh ya, saat keberangkatan ternyata tidak hanya dari sekolah mereka, melainkan dari sekolah lain juga. Terlihat dari raut wajah, mereka pun terlihat excited selama diperjalanan. 3/4 jam mereka sudah tiba di Yogyakarta. Namun bukan di perusahaan ataupun lingkungan perusahaan, melainkan di mes calon karyawan baru. Mes yang disediakan ini jauh dari tempat kerja mereka nantinya, dan deket dari jalan raya namun jauh dari kota.
Untuk sekolah mereka, disediakan 6 pintu. Sedangkan sekolah lain Ay tidak update informasinya. Masing – masing pintu dihuni 4 – 5 orang. Ay menempati kamar 5 bersama Sari, Tari, Puspita, dan juga Wulan. Tujuannya mereka singgah di mes adalah untuk mengikuti pelatihan yang memang syarat utama disalurkan ke perusahaan. Terlebih mereka lulusan baru dan belum paham tentang industri, terutama garment.
2 minggu sudah mereka mengikuti pelatihan. Dan ini adalah awal yang sesungguhnya. Setiap minggu, ada beberapa orang yang dikirim ke perusahaan untuk melakukan perjanjian kerja. Nah, tiba saatnya Ay dkk. Mereka menaiki mini bus untuk sampai di perusahaan. Kurang lebih 15 menit mereka tiba. Singkat cerita, jam 16.30 mereka selesai menandatangani perjanjian kerja dan langsung pergi mencari kosan. Karna memang, jika benar sudah diterima, mereka tidak mendapatkan fasilitas mes.
Dibantu pihak penangungjawab recruitment, mereka mencari kosan. Tapi karna jumlah rombongan Ay yang cukup banyak, jadi sebagian menunggu di depan gerbang. Bukan tidak mau berusaha, mungkin karena mereka masih baru, jadi tingkat kebergantungan ke orang lain masih tinggi. Beberapa menit stay, namun yang membantu belum datang jua. Matahari semakin tenggelam dan warnanya pun berubah orange. Semua tampak panik, tak terkecuali Ay.
Sari : “Ay ayo, nyari sendiri lah. Soalnya lama, udah sore juga.”
Ay : ( bingung ) “Duluan aja. Aku udah sama Nita.”
Sari : “Oh ya udah.” ( sembari mengajak Tari pergi )
Tak lama Sari dan Tari pergi, Ay dan yang lain pun inisiatif buat mencari sendiri. Dikejar waktu, tidak mungkin lagi untuk menunggu. Di sinilah, mereka pisah.
Jalan, jalan, jalan, dengan sesekali bertanya ke warga yang lewat, ataupun dengan sengaja mengetuk pintu untuk menanyakan “apakah masih ada kosan kosong?” Banyak pula dari mereka menjawab, ”Maaf mbak, penuh.” Nyerah? Oh tentu tidak. Ay dan Nita tetap mencari sampai akhirnya, mereka bertemu dengan 2 temennya yang memang sudah lebih dulu di sana.
Titin : “Nita...”
Nita : “Hey..”
Ria : “Ngapain?”
Nita : “Nyari kosan..”
Titin : ( memberitahukan jika di sebelah kosannya ada yang kosong )
Nita : “Oke.” ( menuju kosan )
Sudah bersama ibu kos, mereka menuju kosan yang akan di tinggalinnya itu. Jaraknya pun hanya beberapa meter dari rumah ibu kos. Sesampainya, krekkk krekk,,, suara pintu ketika dibuka. Pandangan pertama yang Ay lihat adalah tumpukan kayu, mungkin kosan itu akan direnovasi. “Assalamu’alaikum” seru Ay sembari memasuki kos. Oh ya, kosannya ini bentuk rumah biasa dan ada 2 kamar di dalamnya. Satu sudah terisi, sedangkan satunya akan menjadi kamar mereka.
“Silahkan..” seru ibu kos mempersilahkan. Perlahan mereka masuk. Baru beberapa jalan, Ay yang tanpa disengaja menoleh ke arah kiri, ia kaget dan langsung kurang nyaman. Teman – teman mau tau tidak apa yang Ay lihat? Iya, kamar mandi. Gelap, memanjang dengan ruang yang menurut Ay minim membuat hawa seketika terasa beda. Ditambah kamar mandi yang diapit 2 kamar dengan penyekat tembok yang tidak full. Saat itu juga, ia menepis perasaannya dengan “udahlah, mungkin perasaanku saja.” Serunya dalam batin.
Sesampainya di depan kamar, Ay sudah melihat Nita di dalam.
Nita : “Gimana Ay?”
Ay : ( diam )
Nita : “Gimana?”
Ay : “Ya sudah tidak apa – apa.”
Ay mengiyakan, karena memang hari menjelang malam. Merekapun menyewa untuk satu bulan ke depan.