Contents
Penakluk Kerajaan Hati
Malam Penentuan Nasib
Hujan turun deras. Bimo nampak tetap berdiri di depan rumah Tania. Bimo tetap bernyanyi sekencang-kencangnya. Meski gitarnya kini tidak senyaring sebelumnya. Karena gesekan senar akan rusak jika terkena air hujan. Tetapi Bimo tidak peduli. Yang penting suara nyanyiannya dan hatinya bisa terdengar oleh Tania. Tania melihat itu dari jendela seolah tidak peduli. Tania malah kesal dengan Bimo. Tania menganggap Bimo tidak ada kapok-kapoknya.
Tania akhirnya mencoba memutar musik dan mengencangkannya, berharap suara Bimo tidak terdengar dan kalah oleh suara musik yang ia dengarkan. Bimo yang mendengar itu dari luar nampak mencoba mengencangkan kembali suaranya. Terlihat Bimo yang tidak mau kalah dari lagu yang diputarkan oleh Tania.
Sementara itu Beni nampak kembali memukul-mukul samsak di gudang. Di tempat yang dinamakan Penakluk Kerajaan Hati. Di situ Beni kesal. Lagi-lagi ia gagal untuk menaklukkan hati Kinan. Lagi-lagi cintanya tidak terungkapkan kepada Kinan. Kekesalan itu nampak membuat Beni tidak fokus. Beberapa kali handphone nya berdering tetapi tidak terdengar oleh Beni. Di ujung sana, Kinan berusaha beberapa kali menghubunginya.
“ Ke mana sih nih Beni? Daritadi ditelpon gak diangkat-angkat.” Kesal Kinan mematikan panggilan teleponnya kepada Beni.
Kinan dengan balutan handuk di kepalanya pertanda ia selesai mandi, baru teringat kalau alat perekam suara milik Beni tertinggal di tasnya. Belum ia kembalikan. Karena Kinan di mobil hanya fokus dan bingung dengan perubahan sikap Beni. Beni hanya terdiam dan seperti kesal. Berkali-kali berbicara dengan nada kesal “Kenapa harus hujan dulu”. Kinan pun menjadi bingung.
Kini Kinan membaringkan dirinya di atas kasurnya. Ia tampak berpikir kembali hal yang terjadi pada Beni dan apa sebenarnya yang ingin ditunjukkan oleh Beni. Kinan mengetuk-ngetuk alat perekam suara itu ke dagunya. Berpikir. Kinan pun menatap alat perekam suara itu. Kinan mencoba berpikir apa alat perekam suara ini ada hubungannya. Kinan pun mencoba memencet alat perekam suara itu. Dan betapa terkejutnya Kinan.
Sementara di ujung sana, Lestari sudah mulai membuka pakaiannya perlahan-lahan. Satu demi satu. Ia pun menaruh botol anggur di meja kamarnya. Lestari mulai mendekati Bagas. Dan mencoba menciumi wajah Bagas. Bagas mulai panik. Bagas tidak menyangka akan seperti ini jadinya. Lestari ternyata ketika sudah bertemu dengan botol anggur akan menjadi buas seperti macan yang puasa selama 1 bulan. Bagas berusaha mengelak. Tetapi Lestari yang dibawah pengaruh alkohol berusaha untuk tetap melanjutkan menciumi Bagas.
“Tania… Berikan aku kesempatan… Berikan aku kesempatan” Mata Tania langsung terbuka. Tania kaget. Kenapa kini suara Bimo lebih besar daripada suara musik yang diputarnya. Tania langsung beranjak mendekati jendela. Betapa kagetnya Tania ketika melihat di situ tidak hanya Bimo. Tetapi juga ada Pak Ujang, marbot masjid, dan juga Tante Merry. Tetangga depan rumahnya. Bimo ternyata memakai speaker masjid. Dan speaker itu dicolokkan di rumah tante Merry. Tania semakin kesal. Kenapa justru tetangga-tetangganya malah mendukung Bimo. Apalagi ketika Tania melihat Tante Merry dan Pak Ujang yang seolah berharap Tania agar mau menerima Bimo. Tania langsung menutup kembali jendelanya. Dan langsung kembali ke kasurnya. Tania menutup telinganya dengan bantal. Dan langsung berteriak, “ Bimo sialan.. Bimo sialan.”
Tes..tes… bunyi air yang bocor di salah satu sudut kamar Kinan. Air bocor itu berbarengan turun dengan air mata Kinan yang jatuh. Kinan seperti tidak percaya mendengar suara Beni menyatakan cinta di alat perekam suara itu. Kinan nampak memutarnya berulang-ulang sambil melihat sebuah link video yang dibuat oleh Beni tentang perjuangan cintanya untuk hanya menyatakan I Love U kepada dirinya. Nampak di situ Beni berada di gudang Kerajaan Penakluk Hati. Ia sedang beradegan seperti Romeo yang ingin menyatakan cintanya kepada Juliet. Di situ Kinan nampak tertawa melihat tingkah konyol Beni. Ada juga video yang memperlihatkan Beni sedang meninju samsak. Beni yang kesal karena lagi-lagi ia gagal menyatakan cintanya kepada Kinan. Di situ Kinan makin terharu. Ia pun memeluk alat perekam suara. Mendekatkannya ke pipinya yang basah dengan air mata. Kinan yakin, mungkin yang ingin ditunjukkan oleh Beni di lapangan sepakbola adalah perasaan cinta Beni ke Kinan. Perasaan dan ucapan I Love U untuk Kinan.
Kini Lestari tampak lebih ganas. Lestari mulai mau mencoba menggerayangi tubuh Bagas. Nampak Bagas mulai risih tetapi sekaligus Bagas tidak bisa berbohong kalau ia pun terangsang. Tetapi Bagas tersadar kalau ia ikut meladeni nafsunya, penyamarannya sebagai seorang perempuan akan terbongkar. Bagas pun mencoba menepis tangan Lestari jangan sampai menyentuh payudaranya karena bisa akan ketahuan kalau dibalik payudara yang besar terdapat buah lemon yang besar.
Tangan Lestari ditepis oleh Bagas. Tetapi Lestari tidak menyerah. Lestari pun mencoba menciumi leher Bagas. Menyedot leher Bagas. Berharap Bagas lebih terangsang. Dan benar saja, ini adalah kelemahan Bagas. Bagas tidak tahan dikecup dan dihisap di leher. Pasti Bagas akan terangsang. Terlihat dari mata Bagas yang merem melek. Bagas seperti menikmati. Tanpa sadar “burung” Bagas bangun. Lestari tahu, Bunga alias Bagas sudah berhasil ia buat terangsang. Tetapi Lestari tidak pernah tahu akibat perbuatannya ada singa yang terbangun. Lestari terus menciumi leher Bunga alias Bagas sambil terus lebih dekat dan mendekap Bagas. Tiba-tiba Lestari merasa ada yang janggal. Ketika ia mendekap Bagas seperti ada selongsong pistol yang menusuk ke kemaluannya. Lestari semakin aneh. Ia mulai memelankan ciumannya. Sementara Bagas masih merem melek. Masih menikmati ciuman-ciuman Lestari. Hingga Lestari mencoba memegang selongsong pistol yang mengganjal di kelaminnya. Lestari sudah sampai di selongsong pistol itu. Lestari meraba-raba selongsong pistol itu. Lestari merasa kenal dan familiar dengan bentuknya. Celakanya Bagas malah terasa nikmat ketika singanya diraba-raba. Bagas tidak sadar kalau ia hampir ketahuan. Lestari yang tahu betul itu apa. Langsung kesal. Ia langsung menekan kencang dan memutar selongsong pistol itu. Bagas yang tadinya merem melek. Kini melek dan langsung berteriak kencang “ Anjiiiiiiiiiiiing buuuurrrrrruuuung Gue”.