Try new experience
with our app

INSTALL

Penakluk Kerajaan Hati 

3 Kisah Perjuangan Cinta Di Waktu Yang Sama

  Tania masuk ke dalam sebuah kafe nampak ia membawa sebuah undangan dari kafe tersebut. Undangan tersebut adalah hadiah untuk Tania karena telah memenangkan kuis yang diadakan di instagram kafe tersebut. Padahal itu semua hanyalah akal-akalan dari Bimo agar Tania datang ke kafe tersebut. Tania duduk di salah satu tempat yang disediakan. Bimo tersenyum melihat Tania sudah berada di antara para pengunjung kafe. Bimo pun naik ke atas panggung dan siap bernyanyi. Tania kaget melihat Bimo. Tetapi Tania pun abai. Ia kembali dengan buku menu yang ada di depannya. Tania pun memesan makanan kepada pelayan kafe. Sambil menunggu, Tania memainkan HP nya.


  Tania mulai terusik saat Bimo menyebut lagu yang dibawakan olehnya untuk seorang perempuan yang punya trauma dengan anak band. Siapa lagi kalau bukan dia? Pasti itu untuk Tania. Karena Bimo satu-satunya cowok anak band yang sedang berusaha setengah mati untuk mendapatkan hatinya. Tania berusaha mengabaikan kembali dan tetap bermain handphonenya. Tania merasa kesal kenapa harus berada di kafe yang sama dengan Bimo. Tania semakin tidak tahan ketika di lagu itu mulai dinyanyikan dan ada salah satu lirik diganti dengan nama Tania. Tania pun beranjak diri dan ingin keluar dari kafe.


  Bimo yang melihat itu langsung gusar. Bimo pun seperti memberikan kode kepada salah satu orang yang duduk dekat pintu. Seperti paham yang dimaksud dengan Bimo. Orang tersebut langsung muntah. Hueeeeeee!! Semua pengunjung kafe langsung tertuju kepada orang tersebut. Tania pun merasa jijik dan seperti enggan untuk keluar dari kafe. Beberapa petugas kafe pun langsung datang. Salah satu petugas kafe membawa orang tersebut ke toilet dan dua orang petugas kafe mencoba sigap membersihkan lantai yang terkena muntahan. Sementara manajer kafe di situ berusaha untuk menenangkan pengunjung dan kembali menikmati hiburan yang ada. Manajer kafe itupun meminta Bimo untuk tetap melanjutkan menyanyi. Bimo mengedipkan matanya. Sebagai pertanda oke. Alunan musik pun terdengar kembali di kafe. Tania semakin kesal melihat Bimo. Namun, Bimo membalas tampang kekesalan itu dengan senyuman sambil dengan khidmat menyanyikan lagu yang dibawa khusus untuk Tania.

 

  Tania mencoba memasang headset untuk tidak mendengarkan lagu Bimo. Lagu gombalan bodoh menurut Tania. Tania mencoba untuk larut dengan musik yang ada di handphone nya. Tetapi alangkah terkejutnya Tania ketika Bimo sudah ada di dekatnya dan seperti mengajak pengunjung-pengunjung lain bernyanyi. Tetapi Tania tahu lambat laun Bimo pasti akan mendekat kepada dirinya. Tania langsung beranjak. Ia tidak peduli dengan petugas kafe yang masih membersihkan lantai bekas muntahan. 
“Minggir” Tania berteriak.


  Seketika kafe hening. Bimo terdiam. Dua petugas kafe yang sedang membersihkan seperti reflek langsung membuka jalan. Tania pun melenggak berjalan meski ia hampir sedikit terpleset karena lantai masih licin bekas pel. Tania tetap melangkah pergi sampai bayangannya hilang dari kafe. Bimo yang tahu itu langsung menyusul Tania pergi. Mic terlepas jatuh. BUUUUUK.Manajer kafe itu memanggil Bimo. Tetapi Bimo mengabaikan. Manajer kafe pun meminta semua pengunjung untuk tetap melanjutkan kembali makan. Sambil sang manajer mencoba menyanyi menghibur. Tetapi spontan semua langsung berdiri dan tutup telinga. Sang manajer baru sadar bahwa suaranya jelek dan tidak bisa nyanyi. Manajer pun mengangguk meminta maaf dan meminta semua pengunjung kembali duduk dan melanjutkan makan.


  Di tempat lain, Beni sedang mengajak Kinan ke sebuah lapangan sepak bola. Beni sudah tidak sabar ingin menunjukkan kepada Kinan. Tetapi kemudian tetes-tetes air membasahi rambut mereka. Hujan turun. Beni melihat ke atas langit. Nampak Beni panik. Beni semakin kencang berlari. Beni meminta Kinan untuk mempercepat langkah larinya. Beni pun mencoba menarik tangan Kinan untuk berlari cepat bersamanya.


  Sementara di tempat lainnya lagi, Bagas sedang bercermin di sebuah toilet mall perbelanjaan. Nampak terlihat di cermin Bagas berpakaian perempuan. Bagas nampak cantik sekali. Bagas berharap dengan ini ia bisa mendekati Lestari. Dengan cara ini ia bisa mengubah Lestari sedikit demi sedikit. Bagas berharap Lestari tidak mencurigai dirinya adalah laki-laki. Benar-benar seorang perempuan yang akan disukai dan diminati oleh Lestari sebagai pacar lesbiannya. Untungnya selama ini Bagas belum berkomunikasi langsung dengan Lestari. Bagas selama ini hanya kirim bunga, cokelat dan hadiah dari jarak jauh. Ketika itu Bagas bingung, tidak ada respon dari Lestari. Bagas mengira Lestari tidak suka kepadanya. Tetapi kemudian Bagas mendapatkan info bahwa Lestari itu seorang lesbian. Dan akhirnya Bagas pun mengganti strategi dan langkah untuk mendapatkan Lestari. Dan strategi itu adalah ini. Menyamar dan menghayati peran menjadi seorang wanita untuk mendapatkan hati seorang lesbian.


  “Huuuh.. Huuuh..” terdengar langkah capai dari Beni dan Kinan. Beni nampak panik melihat kembali ke atas langit. Hujan semakin turun deras. Beni terlihat panik mengeluarkan handphone dari sakunya. BRAAAK! tanpa Beni sadari alat perekam suaranya terjatuh. Beni fokus menelpon seseorang di ujung sana. Kinan pun tidak sadar dengan alat perekam suara itu. Ia terlihat bingung dengan wajah Beni yang panik. Beni pun menutup teleponnya. Tiba-tiba lampu stadion menyala. DAAAAR!! DAAAAR!! DAAAAR!! Menyala bersamaan. Hingga stadion sepakbola itu menjadi terang benderang. Tetapi hati Beni kini yang gelap. Karena tulisan “Kinan I Love You” yang tertulis di rumput stadion sepakbola itu terhapus oleh guyuran air hujan yang deras. Tulisan itu melebur bersama air dan tanah. Beni terduduk lemas. Kinan nampak bingung. Kinan mencoba menanyakan ada apa yang terjadi. Beni hanya tersenyum dan mengajak Kinan untuk pulang. Beni dengan langkah gontai berjalan pulang. Sementara di belakangnya Kinan bingung. Ketika Kinan hendak berjalan menyusul, PRAAAK! tiba-tiba kaki Kinan seperti menginjak sesuatu. Kinan mengambil itu. Kinan melihat itu adalah perekam suara. Kinan pun menaruh perekam suara itu di tasnya. Kinan beranggapan itu adalah milik Beni.
“ Bunga? Hmmm..nama yang bagus. Perkenalkan aku Lestari.” Balas Lestari kepada Bunga alias Bagas orang yang kini duduk semeja dengannya.
Bagas dan Bunga terlihat akrab dan hangat sekali berbincang. Bagas merasa dirinya telah berhasil masuk ke dalam dunia Lestari.
“ Btw, kamu itu bukan waria kan ya?”
Bagas yang ingin menyuap potongan daging langsung terhenti. Bagas panik. Bagas takut ketahuan penyamarannya akan terbongkar. Ketika Bagas ingin jawab, Lestari sudah duluan menjawab.
“ Tapi lihat kulit kamu dan wajah kamu yang mulus sih kayaknya kamu bukan waria. Wanita asli.”


  Lestari tersenyum sambil memasang tampang genit dan menggoda. Bagas langsung menyuapkan daging ke mulutnya. Mengunyahnya. Dan mencoba membalas senyuman Lestari. Bagas bersyukur untung saja ia tidak sia-sia memakai jaket bulu yang menutupi lehernya. Menutupi jakunnya. Sementara ini penyamaran Bagas berhasil. Dan nasibnya lebih baik daripada kedua sahabatnya, Beni dan Bimo.