Try new experience
with our app

INSTALL

Penakluk Kerajaan Hati 

Naluri Lelaki Yang Kebelet Menikah

  Di sebuah gudang yang terdapat di belakang sebuah rumah yang unik, terdapat 3 orang pria dewasa. Mereka adalah Bimo, Beni, dan Bagas. Nampak, Bimo tengah asyik dengan gitarnya. Terlihat ia sedang menuliskan sebuah lagu. Sementara Bagas nampak sedang asyik bermain catur sendiri. Memainkan catur berwarna hitam dan putih sekaligus. Tapi permainan itu hanyalah formalitas. Jauh di seberang sana pemikirannya sedang memikirkan langkah untuk bisa menaklukkan seorang perempuan bernama Lestari yang ternyata seorang lesbian. 


  Tidak jauh berbeda dengan Bagas,Bimo pun sebenarnya sedang menciptakan lagu untuk seorang perempuan bernama Tania. Sebagai anak band, apalagi vokalis band dengan tampang yang keren, sebenarnya cukup mudah buat Bimo untuk menaklukkan perempuan. Tapi Bimo tidak pernah segila ini dalam mencintai perempuan. Ketika dia benar-benar jatuh cinta terhadap seorang perempuan dan ternyata perempuan itu malah punya trauma dengan anak band. Jangankan membalas pesan Bimo, melihat Bimo saja Tania enggan. Bimo pun akhirnya mencoba menciptakan lagu “Berilah Aku Kesempatan”. Sebagai sebuah permohonan dan permintaan dari Bimo agar bisa menghapus rasa trauma itu di hati Tania.


  Sementara Beni sedang asyik berlatih tinju. Ia terlihat begitu semangat memukul-mukul samsak yang ada di depannya. Yang tergantung dan diikatkan di kayu-kayu yang menggantung tinggi di gudang. Terlihat beberapa kali Beni berteriak “ I Love U Kinan” “ I Love U Kinan” bersamaan dengan pukulan-pukulan yang melayang telak ke samsak. Nampak nafasnya tersengal-sengal. Terlihat kekesalan di raut wajahnya. Betapa sulitnya ucapan “I Love U Kinan” itu terucap langsung kepada orangnya. Kepada sang empunya hati. 


  Beni merasa sebenarnya dirinya lebih beruntung daripada yang lain karena posisi Kinan berbeda dengan Tania dan Lestari. Masalah Beni hanyalah dengan dirinya sendiri. Dengan hatinya sendiri. Bagaimana ia bisa menaklukkan dirinya dan hatinya sendiri untuk menyatakan cinta kepada Kinan. Rekan kerjanya yang paling dekat dengannya. Beni pun berpacu dengan waktu karena konon kabarnya Kinan mau dijodohkan dengan teman ibundanya. Karena ibundanya merasa sampai dalam usia 27 tahun, Kinan belum juga dapat pasangan. Kinan pernah bercerita kepada Beni bahwa ia tidak mau dijodoh-jodohkan karena menurut Kinan ini bukan lagi zaman Siti Nurbaya. Ini sudah masuk zamannya City Kalibata dan City-city lain. Modern. Lagian Kinan merasa takut pilihan ibunya itu belum tentu sesuai dengan pilihan hatinya. DEG! Di situ Beni deg-degan. Apakah dirinya termasuk dalam pilihan hati Kinan? Atau ada laki-laki lain selama ini yang telah merenggut dan merebut singgasana di hati Kinan? Beni kesal. Bagaimana ia bisa tahu jawabannya kalau untuk menyatakan “I Love You” saja susahnya minta ampun. Bahkan untuk menanyakan apakah ada lelaki yang dekat dengan Kinan saja, Beni sudah terkena sindrom gugup akut. Beni takut dan tidak mau dicurigai oleh Kinan jika Beni bertanya macam-macam.Itu yang ada di pikiran Beni.


  Jauh dari permasalahan cinta mereka bertiga. Bimo, Beni, dan Bagas sudah menjalin persahabatan sejak mereka kuliah dulu hingga kini sampai mereka bekerja di bidang yang mereka sukai masing-masing. Bimo sering tampil di acara-acara kafe atau sebagai band pembuka atau pengiring di konser-konser yang diisi band-band ngetop Jakarta. Bimo yakin lambat laun band nya pun akan sukses dan terkenal seperti band ngetop lainnya di Jakarta. Sementara Beni seorang arsitek. Beberapa kali desain rancangannya selalu menang dalam tender. Selain kehebatan Beni menggambar juga kehebatan Beni dalam presentasi dan meyakinkan klien atas desain yang ia buat. Hampir sama dengan Beni, Bagas juga terampil dalam mendesain, akan tetapi Bagas terampil untuk mendesain pakaian. Bagas punya satu toko warisan dari ayah dan ibunya. Dulu ayah dan ibunya berjualan sembako dan sayuran. Karena tidak hafal dengan bumbu-bumbu dan sekutunya, Bagas meminta izin untuk memutar layar haluan kapal menjadi toko pakaian dengan desain karya Bagas. Mungkin tokonya bisa disebut seperti distro. Di sisi trotoar.


  Persahabatan mereka bisa tergambarkan juga dari foto-foto mereka yang terpampang di dinding-dinding yang ada di gudang. Ketika mereka masih kuliah, sudah kerja dengan bidangnya masing-masing, dan bahkan foto wanita yang mereka sukai. Tania, Kinan, dan Lestari. Nampak kecantikan ketiganya sebanding dan setara. Layak rasanya tempat ini dijadikan tempat keresahan, pencurahan pemikiran, dan perjuangan mereka untuk mendapatkan ketiga wanita  tersebut. 


  Termasuk catatan mereka yang ingin mengadakan pernikahan bersama-sama. Dalam satu akad yang sama serentak, dalam gedung resepsi yang sama, di panggung yang sama. Mereka seperti ingin mengulang saat dulu mereka lulus bersama. Wisuda di waktu yang bersamaan. Berdiri di podium dan di foto bersama.
“Huft!” Helaan nafas dari Beni. Ia menghentikan Samsak yang bergoyang akibat pukulannya. Itu sebagai pertanda Beni menyudahi tinjunya. Ia pun melepas sarung tinju sambil perlahan menuju ke kursi tempat Bagas bermain catur. Terlihat Bagas pun sedang merapikan pion-pion catur. Nampak ia telah selesai dengan permainan caturnya. Itu berarti menandakan pula ia telah selesai dengan hasil pemikirannya untuk mendapatkan Lestari. BUUUK. Terdengar bunyi kursi. Beni langsung menjatuhkan diri di kursi.
“ Gimana, Gas? Udah dapat langkah apa selanjutnya untuk menaklukkan hati Lestari?”
Bagas hanya mengangguk. Bagas pun melihat Beni dan seperti bertanya hal yang sama. Beni tahu maksud Bagas.
“ Ya kalau gue sih gak tahu ya. Apa teriak-teriak kayak tadi itu buat hati gue lega dan lebih enjoy untuk menyatakan cinta ke Kinan?”
Bagas menepuk pundak Beni. Seperti pertanda Beni harus berani mencobanya walau dengan sindrom gugup akut dan bermandikan keringat dingin. Sementara itu, Bimo datang dan langsung memeluk keduanya dari belakang.
“ Nih lihat nih.. akhirnya lagu, Berilah Aku Kesempatan jadi juga. Semoga dengan ini Tania suka dan bisa membukakan hatinya untuk gue.”
“Aamiin.” Beni dan Bagas serempak menjawab Aamiin.


  Mereka bertiga pun tersenyum. Ada keyakinan di hati mereka untuk mencoba kembali menaklukkan para wanita itu. Meski di hati kecil mereka tetap ada rasa ketakutan hasilnya yang tidak pernah hati mereka harapkan.