Try new experience
with our app

INSTALL

2 Yang Mulia 

4. Membunuh atau Bunuh Diri

Gadis budak melihat sebuah pedang besar di dekatnya. Gadis budak berusaha mencabutnya, tapi kesusahan karena berat, sementara tubuhnya sangat lemah.


“Mau aku bantu mencabutnya?” tawar Sultan Singa dengan sedikit terkejut dengan tindakan gadis budak.


Gadis budak terus berusaha mencabutnya. Sultan Singa membiarkan tingkahnya sambil tersenyum kecil.


“Sayang Ananda, untuk mencabut pedang itu kau harus punya tenaga yang sangat kuat. Dengan fisikmu yang belum pernah terlatih, tertempa latihan, dalam kondisi sehat saja, kamu belum tentu bisa mencabutnya, apa lagi sekarang,” terang Sultan Singa.


Gadis budak tidak peduli dan terus berusaha mencabutnya dengan kedua tangannya. Sultan Singa mendekat dan memegang sarung pedang. Gadis budak ketakutan. Sultan Singa mencabut sarung pedangnya. Pedang itu pun menjadi terbuka. Gadis budak terbawa

berat pedang itu, lalu menahan dirinya dengan membuat pedang itu seakan tongkat penyangga tubuhnya. Ia mencoba mengangkat pedang itu, berniat mengayunkannya ke arah Sultan Singa.


“Pedang sudah terbuka, apakah Ananda kuat memegangnya?” ledek Sultan sambil tersenyum kecil.


Dengan susah payah gadis budak berhasil mengangkat pedang itu. Sultan Singa terkejut tidak percaya.


“Kalau sedang merasa terhimpit, kemauan diri kuat untuk mempertahankan diri, memang seringkali bisa membuat keajaiban.” Sultan mencoba memahami yang dilihatnya.


Gadis budak mencoba mengayunkan pedang ke arah Sultan Singa, tetapi ia malah terbawa berat pedang lagi hingga hampir terjungkal. Sultan Singa menjadi cemas lagi.


“Cukup, Sayang Ananda! Kalau Ananda mau mengayunkan pedang kepadaku, akan aku berikan pedang yang lain! Jangan pakai yang itu! Itu terlalu berat untukmu, Ananda!” larang Sultan Singa.


Sultan Singa mengambilkan pedang lain yang ringan, yang ada di dalam kamarnya itu.


“Ini! Taruh yang itu!” perintah Sultan Singa sambil memberikan sebuah pedang.


Sultan Singa mengambil pedang yang berat dari tangan gadis budak, lalu menukar dengan pedang yang ringan. Sultan Singa menyarungkan pedang yang berat dan menaruhnya di tempat semula. Sementara itu gadis budak membuka sarung pedang yang ringan dan 

langsung mengarahkannya ke badan Sultan Singa. Akan tetapi tangannya terhenti, hanya mendekatkan pedang pada tubuh Sultan Singa, tidak sampai melukai tubuh Sultan Singa.


“Ananda belum menggores kulit tubuku sama sekali, bahkan bajuku belum robek!” kata Sultan Singa.


Gadis budak mengayunkan pedang lagi beberapa kali, tetapi ia enggan melukai Sultan Singa sedikit pun. Air matanya mengalir deras, sambil terus mengayunkan pedang ke arah Sultan Singa, tanpa sedikitpun menggoresnya. Sultan Singa hanya mundur dengan 

langkah kecil, untuk sedikit menghindari.


“Ananda tidak bersungguh-sungguh menyerang ku? Ananda hanya ingin bermain-main?” tanya Sultan Singa.


Gadis budak terus mengayunkan pedang ke arah Sultan Singa, tanpa ingin melukai sedikitpun.


“Kondisi fisik Ananda sedang buruk, sebaiknya sudahi permainannya!” perintah Sultan saat memperhatikan wajah gadis budak yang semakin pucat. Gadis budak tidak peduli dan terus mengayunkan pedang, sambil menangis sesenggukan.


“Pulihkan dulu kondisi fisik Ananda! Setelah pulih, aku janji akan menemanimu bermain pedang lagi!” Sultan Singa bertambah cemas. Gadis budak tetap tidak peduli dan terus mengayunkan pedang.


“Cara Ananda memegang pedang salah, itu terbalik!” ucap Sultan Singa saat menyadari cara gadis budak memegang pedang. Sultan Singa bergerak lebih membuat posisinya berada di belakang gadis budak.


“Ah…!” teriak gadis budak terkejut. Sultan Singa memegang tangan kanan gadis budak yang sedang memegang pedang. “Lepaskan Yang Mulia! Lepaskan!” Gadis Budak ketakutan. Sultan Singa sedikit memutar gagangnya untuk membetulkan posisi pedang.


“Begini baru benar!” ucap Sultan Singa.


Tampak wajah gadis budak sangat pucat. Sultan Singa segera melingkarkan tangan kirinya di pinggang gadis budak. Tangan kanan Sultan memegang tangan kanan gadis budak.


“Kau harus istirahat!” kata Sultan Singa sambil membuat pedang di tangan kanan gadis budak terjatuh.


Gadis budak berusaha melepaskan pelukan Sultan Singa tetapi dia tidak kuat. Sultan Singa menggendong gadis budak dan membaringkannya di tempat tidur.


“Tidak, Yang Mulia! Tidak, Yang Mulia! Hamba mohon, Yang Mulia!” pinta gadis budak dengan suara yang sangat lemah dan terus berusaha memberontak.


“Tenanglah, Sayang Ananda! Aku tidak akan macam-macam, tetapi kalau Ananda begini terus, aku akan macam-macam!” ancam Yang Mulia sambil memegang kasar wajah gadis budak dan menatap tajam bola mata coklatnya.


Air mata deras keluar terus dari mata gadis budak. Sultan Singa melepaskan tangan kanannya, yang memegang wajah gadis budak. Memandang sejenak wajah gadis budak, lalu dengan tangan kanannya menghapus air mata gadis budak.


“Aku akan memanggil dokter!” kata Sultan Singa dengan mata berkaca-kaca.


Sultan beranjak dari tempat tidur. Ia berjalan menuju pintu kamarnya. Dari belakangnya gadis budak bangkit dan mengambil pedang yang ringan. Gadis budak mengarahkan pedang itu pada Sultan Singa.


“Sekarang aku serius!” ancam gadis budak.


“Baik, ayo coba serang aku!” tantang Sultan Singa.


Kali ini gadis budak tidak main-main mengayunkan pedang. Sultan menjadi harus benar-benar menghindar. Beberapa kali ayunannya tidak berhasil mengenai Sultan Singa.


“Ah …!” pekik Sultan Singa karena bahu kanannya tergores.


Gadis budak terkejut tidak percaya, jika ia telah menggores bahu Sultan Singa. Hal itu membuatnya berhenti mengayunkan pedang.


“Sungguh aku tidak ingin melukai Sultan Singa, tapi aku bagaimana?” batin gadis budak bingung.


Gadis budak kembali mengayunkan pedang. Sultan Singa yang dari tadi tidak melawan dan hanya menghindar kini memutuskan melawan. Tanpa senjata Sultan Singa 

melakukan perlawanan. Dalam hitungan menit Sultan Singa berhasil membuat pedang gadis budak terjatuh. Kemudian Sultan Singa membuat gadis budak berada di dalam pelukannya. Sultan memeluk erat tubuh mungil gadis budak.


“Aku sudah bilang aku tidak akan macam-macam kalau kau tenang, tetapi sekarang sepertinya kesabaranku sudah habis!” ucap Sultan sambil tangan kirinya membelai puncak kepala gadis budak.


“Ampuni hamba, Yang Mulia ….” ucap gadis budak dengan suara pelan.


“Bibir ini akan aku apakan?” tanya Sultan menakuti sambil menaruh telunjuknya di bibir Gadis Budak.


“Jangan apa-apakan, hamba mohon!” pinta gadis budak.


“Tapi kesabaranku sudah habis,” sambil terus menggesek jari telunjuknya di bibir gadis budak.


“Ampuni hamba, Yang Mulia!” Gadis budak menagis.


“Kau mau bibirmu aku kecup atau aku makan?” goda Sultan Singa karena gadis budak itu terus berprasangka buruk padanya. Gadis budak menggeleng sambil air matanya berderai. “Selanjutnya, bagaimana jika tubuh indah mu ini ku setubuhi?” goda Sultan Singa lagi untuk menakutinya. Gadis budak menggeleng sambil menagis sesenggukan. “Kenapa tidak? Apa aku kurang menarik untuk mu?” tanya Sultan sambil terus memeluk gadis budak.


“Yang Mulia sangat menarik dan bisa mendapatkan banyak gadis, jadi hamba mohon lepaskan hamba!” pinta gadis budak.


“Jika aku sangat menarik kenapa kau tidak tertarik? Ya benar memang banyak gadis sangat tertarik padaku, tapi kenapa kamu tidak?” tanya Sultan Singa heran.


“Ampun, Yang Mulia, hamba mohon lepaskan hamba!” pinta gadis budak.


“Lepaskan? Untuk apa aku melepaskan dirimu? Kau terlalu indah untuk dilepaskan.” Sultan membelai puncak kepala gadis budak.


Gadis budak melihat luka goresan di bahu Sultan.


“Luka itu pasti membuatnya murka dan tidak akan melepaskan aku. Bagaimana ini?” batin gadis budak semakin ketakutan.


“Kau melihat luka di bahuku yang telah kau buat?” tanya Sultan Singa.


“Ampuni hamba, Yang Mulia!” Gadis budak sangat ketakutan.


"Ini hanya luka kecil, aku tidak marah,” Sultan membelai terus puncak kepala gadis budak.


“Yang Mulia, apa Yang Mulia tidak akan melepaskan hamba? Yang Mulia, sultan yang baik, jadi hamba mohon lepaskan hamba!” Gadis Budak berusaha membujuk.


Sultan tersenyum kecil sambil terus mengusap puncak kepala gadis budak, ada rasa bangga pada gadis budak itu dan rasa bersalah. Gadis budak menemukan belati di 

pinggang Sultan Singa.


“Kau harus istirahat, Gadis Baik! Aku akan menggendong mu ke tempat tidur!” kata Sultan Singa.


Saat Sultan Singa hendak menggendongnya, gadis budak mencabut belati yang ada di pinggang Sultan Singa dan mengarahkannya ke Sultan Singa.


“Aku tidak mungkin melukai Sultan Singa yang baik, yang mencintai rakyatnya, dan dicintai rakyatnya. Apalagi almarhum kedua orang tuaku juga pernah merasakan 

pertolongannya,” batin gadis budak sambil mengacungkan belati ke arah Sultan Singa.


Sultan Singa memperhatikan gadis budak mengubah arah belati ke arah badan gadis budak sendiri. Sultan Singa segera menahan gerakan tangan gadis budak.


“Akh…!” pekik gadis budak karena menancapkan belati ke perutnya sendiri. Sultan Singa terbelalak. Hati Sultan Singa merasa tertusuk juga.