Try new experience
with our app

INSTALL

2 Yang Mulia 

3. Paksaan

“Aku butuh dokter bedah dan mungkin dokter umum juga!” seru Sultan Singa cemas.


Dokter-dokter bedah dan umum segera datang. Beberapa suster juga datang.


“Dokter, tolong tangani gadis ini dengan baik!” perintah Sultan Singa sambil meletakkan tubuh gadis budak di atas kasur rumah sakit.


“Insya Allah, hamba akan menangani dengan baik, Yang Mulia,” jawab dokter bedah laki-laki.


“Aku akan pergi sebentar mengurus istana dan akan segera kembali ke sini!” kata Sultan Singa.


“Tidak perlu terburu-buru dan tidak perlu khawatir, Yang Mulia,” kata dokter bedah laki-laki. Sultan mengangguk lalu bergegas pergi.


“Tidak, Yang Mulia! Tidak, Yang Mulia! Tidak! Tidak! Tidak, Yang Mulia!” racau gadis budak.


“Dok, dia meracau!” seru seorang suster.


Saat dokter umum laki-laki menempelkan stetoskopnya, mata gadis budak terbuka. Ia terbawa perasangkanya, sehingga menolak diperiksa dokter, berusaha menghindar, dan ketakutan.


“Mungkin sebaiknya ganti baju dahulu, karena bajunya basah!” seru seorang suster.


“Ganti baju? Titidak! Tidak!” tolak gadis budak.


“Paksa saja, Suster, kalau tidak itu tidak baik buat kesehatannya! Kupikir sepertinya dia juga masuk angin!” kata dokter umum perempuan.


Semua dokter laki-laki dan perempuan ke luar dari ruangan pasien. Suster-suster mendekat hendak mengganti baju gadis budak, tetapi kesulitan, karena gadis budak menolak, dan bajunya juga berlapis-lapis, sehingga sulit dibuka.


“Dia memakai baju berlapis. Sepertinya sangat sulit kalau bukan dia sendiri yang mengganti bajunya,” kata seorang suster.


“Nona, tolong, kau gantilah baju, nanti bisa masuk angin jika kamu tidak ganti baju!” pinta seorang suster lainnya.


“Tidak! Tidak!” tolak gadis budak.


∆∆∆


Sultan berjalan terburu-buru mencari orang kepercayaannya di kantor bagian pertahanan dan keamanan. Dari kejauhan Sultan Singa melihat orang kepercayaannya ke luar dari kantor.


“Yang Mulia Sultan Sauqy!” teriak Sultan Singa.


Orang kepercayaannya menoleh ke arahnya. Sultan Singa berjalan lebih cepat, menghampiri Sultan Sauqy dari negeri kecil Kapur.


Negeri Kapur adalah salah satu kerajaan kecil yang menjadi bagian kerajaan besar Rubi. Letaknya sangat dekat, bisa dibilang tetangga dengan kerajaan besar Rubi. Cukup perjalanan satu jam dari kerajaan utama Rubi ke kerajaan kecil Kapur.


Sultan Sauqy adalah Sultan negeri Kapur, yang juga bekerja menjadi kepercayaan Sultan Singa. Ia bertanggung jawab di bagian pertahanan dan keamanan seluruh kerajaan Rubi, yang terdiri dari 25 kerajaan kecil. Setiap pagi Sultan Sauqy menjalankan tugasnya di negerinya sebagai Sultan. Lalu saat menjelang siang, ia segera pergi ke kerajaan utama, sebagai pimpinan tertinggi di pertahanan dan keamanan negeri Rubi. Sultan Sauqy adalah sultan yang masih muda. Dia baru berusia 25 tahun. Ia sudah dipercayakan memimpin 

kerajaan Kapur pada usia 22 tahun oleh ayahnya, raja sebelumnya, karena Sauqy terbukti sudah bisa memimpin, dan sang ayah ingin menikmati masa tuanya. Sejak usia 20 tahun Sultan Sauqy sudah dipercaya Sultan Singa di pertahanan dan keamanan Rubi. Namun ia 

baru diangkat menjadi pemimpin tertinggi saat usianya hampir menginjak 25 tahun. Sultan Singa usianya jauh lebih tua hampir dua kali lipat di atas Sultan Sauqy. Sultan Singa juga sudah memimpin Kerajaan Rubi sejak usia muda, usia 29 tahun.


“Yang Mulia Sultan Sauqy, apa Anda hendak pulang?” tanya Sultan Singa sambil berjalan mendekat.


“Benar, Yang Mulia Sultan Singa!” jawab tegas Sultan Sauqy selayaknya militer sambil menundukkan kepalanya sejenak, memberi hormat, karena Sultan Singa telah tepat berada di hadapannya.


“Menginaplah, tolong kerjakan beberapa hal yang lain diluar soal pertahanan dan keamanan! Selengkapnya Yang Mulia bisa tanyakan kepada para menteri!” perintah Sultan Singa.


“Baik, Yang Mulia!” jawab Yang Mulia Sauqy.


“Kau tidak keberatan?” tanya Sultan Singa.


“Insya Allah, tidak, Yang Mulia!” jawab Jenderal Sauqy dengan senang hati.


“Aku percaya kepada Yang Mulia Sauqy! Terima kasih! Aku masih ada urusan!” Sultan Singa pergi terburu - buru.


“Tampak cemas dan matanya sedikit berkaca-kaca. Ada apa?” batin Sultan Sauqy bertanya-tanya.


∆∆∆


Sementara itu di sebuah ruangan kamar pasien di rumah sakit istana.


“Nona, tolonglah! Jika tidak, bagaimana kami bisa mengobati luka-luka Nona? Baju basah juga akan memperburuk kondisi Nona!” kata suster memelas.


Sultan Singa masuk terburu - buru. Dokter - dokter juga ikut masuk.


“Aku baik-baik saja, tidak perlu diobati dan tidak perlu ganti baju!” seru gadis budak dengan tegas.


“Aku khawatir, cemas, tetapi ternyata kau sudah bangun, menolak diobati, dan mengganti baju,” kata Sultan Singa yang baru saja masuk.


Gadis budak terkejut dan ketakutan. Sultan Singa sejenak menatap, memperhatikan kondisi gadis budak.


“Sudah para Dokter dan para Suster, kalian keluarlah! Tidak perlu mengurus gadis ini!” perintah Sultan Singa.


Para dokter dan para suster menundukkan kepala sejenak untuk memberi hormat kepada Sultan Singa lalu keluar dari kamar pasien.


“Prajurit …!” teriak Sultan Singa. Seorang Prajurit masuk. “Ajak Prajurit satu lagi!” perintah Sultan Singa. Prajurit yang masuk tadi keluar lagi lalu masuk bersama seorang prajurit lain. “Biarkan dia apa adanya seperti itu, bawa dia langsung ke kamar ku!” perintah Sultan dengan sangat tegas.


Dada gadis budak mulai sedikit terasa sesak mendengar perintah Sultan itu. Gemetar ketakutan sangat. Sultan bergegas pergi. Lalu dua prajurit menyeret gadis budak itu.


“Tidak, lepaskan aku!” Gadis budak berusaha berontak tapi badannya sangat terasa sakit dan lemah.


∆∆∆


Kamar Sultan Singa.


Sultan berdiri menghadap pintu, menunggu kedatangan dua prajurit yang menyeret gadis budak. Dua prajurit memasukkan gadis budak ke dalam kamar Sultan Singa, lalu menutup pintunya. Gadis Budak berusaha membuka pintunya, tetapi pintunya ditahan prajurit dari luar. Gadis budak berdiri membelakangi pintu dan menghadap ke Sultan Singa. Sultan maju mendekat ke pintu sehingga membuat ketakutan dan derai air mata gadis budak, 

sampai menempelkan badannya ke pintu. Akan tetapi ternyata Sultan Singa hanya mengunci pintu dan mengambil kuncinya. Sultan Singa menunjukkan kunci pintu ke gadis budak lalu menaruhnya di dalam saku dada bajunya. Sultan lalu menjauh dari pintu dan duduk di sofa. Pandangan Sultan Singa sangat memperhatikan setiap detail gadis budak.


“Datanglah padaku lalu kau bisa ambil kuncinya!” seru Sultan.


Gadis budak menggelengkan kepala. Berderai air mata ketakutan.


“Siapa namamu, Ananda?” tanya Sultan Singa baik-baik.


Gadis budak hanya diam menangis ketakutan.


“Bajumu basah, apa kau mau ganti baju? Aku akan memberimu gaun sutra!” kata Sultan Singa bersungguh-sungguh.


Gadis budak menggelengkan kepala.


“Kau terluka parah, sebaiknya biarkan para dokter dan suster mengobati mu!”


Gadis budak menggelengkan kepala.


“Duduklah!” perintah Sultan Singa.


Gadis Budak menggelengkan kepala.


“Katakanlah sesuatu jangan hanya diam membisu dan menggelengkan kepalamu!” perintah Sultan Singa sambil berdiri dan melangkah mendekati Gadis Budak yang tetap berdiri membelakangi pintu dan menempel pada pintu.


Melihat Sultan mendekati, gadis budak ketakutan dan semakin menempelkan badannya ke pintu. Tangan kanan Sultan Singa memeluk Gadis Budak.


“Akh…!” jerit tangis kencang gadis budak.


Tangan kiri Sultan menghapus air mata gadis budak.


“Gadis baik, jangan menangis!” perintah Sultan Singa.


Gadis budak terus menangis kencang.


"Tenanglah, Ananda! Tenanglah! " Sultan berusaha menenangkan gadis budak.


Sultan Singa melepas pelukannya, lalu mengambil cangkir, dan menuangkan air.


“Minumlah! Tenangkan diri, Ananda!” perintah Sultan Singa sambil menyodorkan cangkir.


Gadis budak menggeleng. Gadis budak tampak terhuyung. Sultan segera menaruh cangkir, lalu mendekat dan memegangi badan gadis budak. Mata Sultan Singa menjadi berkaca-kaca dan sedikit air matanya menetes. Sultan menahan badan gadis budak agar tidak terjatuh lalu menggendongnya dan menaruhnya di atas tempat tidur Sultan Singa. Gadis budak berusaha bangkit dari tempat tidur.


“Tidak, Yang Mulia! Tidak!” Gadis budak berusaha mengalahkan kondisi fisiknya.


“Tenanglah, Ananda, aku tidak akan menyakitimu!” Sultan Singa berusaha meyakinkan gadis budak.


Gadis budak berusaha bangkit sampai akhirnya bisa bangkit dan turun dari tempat tidur.


“Ananda!” seru Sultan Singa cemas melihat gadis budak yang memaksakan kondisi fisiknya.


“Kumohon, Tidak, Yang Mulia!” pinta gadis budak.


“Iya, iya, tidak! Tidak akan! Demi Allah, tidak akan!” kata Sultan Singa dengan sungguh-sungguh. Sedikit air mata Sultan Singa jatuh lagi.


Gadis budak melihat sebuah pedang.