Contents
2 Yang Mulia
2. Siksaan
Dua prajurit memasukkan gadis budak ke penjara. Mereka mengikat kedua tangannya dengan rantai dari arah langit-langit, sehingga tanggannya bergelayutan ke atas. Selanjutnya mereka mengikat kedua kakinya engan rantai pula, tetapi rantai yang menempel di lantai. Mereka mengikatnya dengan posisi kaki sedikit melebar ke kanan dan ke kiri. Posisinya tepat di tengah-tengah penjara, sehingga semua bagian tubuhnya akan bisa terkena cambukan.
Gadis budak terus menangis deras. Saat seorang prajurit mengambil cambuk ia menunduk dan memalingkan wajahnya ke kanan sambil menutup mata. Badannya sangat bergetar ketakutan.
“Sebaiknya katakan iya sebelum aku cambuk! Lihatlah dirimu! Belum dicambuk sudah menangis sesenggukan dan sangat ketakutan! Sebaiknya cepat katakana iya!” kata prajurit yang memegang cambuk.
“Tidak perlu Tuan pedulikan tangisan dan ketakutan saya! Silakan saja, Tuan cambuk saya!” kata gadis budak sambil tetap pada posisinya ketakutan.
“Baiklah kalau begitu!” jawab prajurit yang memegang cambuk.
Prajurit mengayunkan cambuk pada punggung gadis budak.
“Akh …!”
Cambukan pertama membuat pasminanya terjatuh.
“Akh …!”
“Akh …!”
“Akh …!”
Beberapa helai rambut panjangnya patah.
“Akh …!”
“Akh …!”
Suara teriakan kesakitan yang sangat dan tangisan gadis budak memecah kesunyian penjara. Lantai di sekitar kaki sang gadis budak telah dipenuhi oleh patahan rambutnya.
“Katakan iya!” seru prajurit.
“Tidak …!” teriak gadis budak.
Prajurit yang lain mengambil air dingin bercampur es batu lalu menyiramkannya ke tubuh gadis budak. Prajurit beralih ke tubuh bagian depan gadis budak. Prajurit mencabuk tubuhnya bagian depan.
“Akh …!”
“Akh …!”
“Akh …!”
“Akh …!”
“Akh …!”
“Akh …!”
Sultan Singa datang ke penjara. Ia melihat gadis budak itu tidak menyerah, padahal kondisinya tidak berdaya. Ia pun melihat dengan rasa ngeri. Prajurit kembali menyiram gadis budak dengan air dingin bercampur es. Selanjutnya cambuk kembali mengayun kepadanya.
“Akh …!”
“Akh …!”
“Katakan iya!” perintah Sultan Singa.
“Ti … dak!” jawab gadis budak dengan sangat lemah.
Cambuk mengayun lagi.
“Akh …!”
“Akh …!”
“Cukup!” teriak Sultan Singa.
Cambukan berhenti.
"Berikan dia istirahat sejenak! Beri susu hangat dan makanan hangat! Jika ia masih menolak teruskan mencambuk dan menyiram dengan air es sampai berkata iya!” perintah Sultan Singa.
“Baik, Yang Mulia!” jawab kedua prajurit. Sultan Singa pergi. Dua prajurit juga pergi meninggalkan gadis budak sendirian di dalam penjara.
Gadis budak masih menangis sesenggukan dan merintih kesakitan bekas cambukan. Beberapa saat kemudian salah satu prajurit tadi datang membawa nampan berisi segelas susu hangat dan satu piring makanan hangat sesuai perintah Sultan Singa. Prajurit menaruh makanan dan minuman itu di lantai lalu menghampiri gadis budak.
“Aku akan melepaskan kedua tanganmu saja,” kata prajurit sambil membuka rantai yang membelenggu kedua tangan gadis budak.
Setelah belenggu kedua tangannya terlepas, karena lemahnya, badan gadis budak langsung terduduk di lantai penjara yang basah.
“Makanlah!” perintah prajurit itu lalu pergi meninggalkan gadis budak sendirian.
Gadis budak meraih pasminanya, memakainya menyelimuti rambut, dan melilitkan ke badannya.
“Apa aku harus minum? Aku sangat haus, susu itu juga hangat, tapi ….” Gadis budak hendak mengambil gelas berisi susu hangat, tapi tidak jadi.
“Makan? Buat apa?” gadis budak menggeleng.
“Akan lebih baik jika aku tidak minum atau makan agar aku bisa cepat mati dan tidak disiksa lagi. Ya, walaupun haus dan lapar aku tidak boleh sedikit pun minum atau makan! Aku harus tahan!” keputusan teguh di dalam hati gadis budak.
Gadis budak terus menangis sesenggukan dan merintih merasakan sakit bekas cambukan. Ia juga merasa sangat tidak nyaman karena berada di lantai yang basah karena air es. Ia merasa lemas lalu tertidur di antai penjara yang basah itu.
Salah seorang prajurit yang tadi, datang menengoknya. Ia melihat makanan masih utuh. Ia juga melihat gadis budak tampak entah tertidur entah pingsan. Prajurit itu masuk ke dalam penjara untuk memeriksanya. Prajurit itu memeriksa nadi dan napas gadis budak.
“Kupikir, dia hanya tidur,” kata prajurit itu.
Prajurit itu lalu memeriksa makanan dan minuman.
“Sudah tidak hangat lagi dan belum tersentuh sama sekali. Padahal jika hangat-hangat ia santap, badannya akan lebih baik.” Prajurit itu merasa sangat disayangkan, karena dengan makanan dan minuman hangat akan lumayan memperbaiki kondisi tubuh gadis budak itu.
Prajurit menggoyang bahu gadis budak. “Bangun! Bangun!” serunya.
Dengan sangat lemah dan berat gadis budak membuka matanya lalu berusaha keras untuk duduk.
“Kenapa makanannya masih utuh?” tanya prajurit itu tanpa menunggu gadis budak itu duduk.
“A … aku tidaak kuat untuk memakannya,” alasan gadis budak.
“Jika masih hangat tadi kamu makan dan minum, badanmu akan menjadi lebih baik,” kata prajurit itu.
“I … iiya maaf,” ucap gadis budak.
“Aku akan menggantinya dengan susu dan makanan yang masih hangat. Kau tunggulah!” kata prajurit itu sambil mengambil gelas dan piring beralas nampan yang tergeletak di lantai.
“Tidak perlu, biarkan saja!” tolak gadis budak.
“Perintah Yang Mulia, kau harus meminum susu hangat dan makan makanan hangat!” tegas prajurit lalu bergegas membawa nampan berisi piring dan gelas ke luar dari penjara.
Gadis budak merasakan badannya tidak kuat dan akhirnya merebahkan badannya lagi di lantai penjara yang kini sedikit berkurang basahnya. Akan tetapi ia tidak memejamkan matanya. Beberapa saat kemudian terdengar banyak langkah mendekat ke penjara.
“Pasti prajurit yang membawakan susu hangat dan makanan hangat. Aku tetap tidak akan meminumnya dan memakannya,” batin gadis budak.
Ternyata prajurit tadi datang bersama Sultan Singa. Tampak nampannya dibawakan oleh Sultan Singa. Gadis budak berusaha duduk lagi sembari kepalanya menunduk hormat. Sultan Singa berjongkok menaruh nampan di lantai.
“Kau belum meminum susumu? Ayo sekarang minum!” Sultan mendekatkan gelas susu ke bibir gadis budak. Gadis budak memundurkan kepalanya sedikit untuk menjauhkan bibirnya dari gelas susu, lalu menggelengkan kepalanya. "Minum baik-baik atau aku akan memasukkan susu ini paksa ke dalam mulut mu?!” perintah Sultan Singa. Gadis budak menunduk dalam-dalam. Sultan Singa memegang wajah gadis budak lalu memasukkan beberapa teguk susu secara paksa ke dalam mulut gadis budak. Gadis budak tersedak hingga terbatuk-batuk.
“Sekarang makan baik-baik atau aku paksa seperti tadi?!” perintah Sultan Singa sambil mengarahkan sesuap sendok makanan hangat ke bibir gadis budak. Dengan ragu gadis budak memakan suapan dari Sultan Singa. Sultan Singa kembali menyuapi. Gadis budak menerima suapan itu lagi. Sultan kembali menyuapi yang ketiga kali, tetapi kali ini gadis budak menggeleng, karena badannya merasa tidak nyaman dan tidak kuat menerima makanan. Sultan Singa kembali memegang wajah gadis budak dan memasukkan paksa sesuap makanan. Gadis budak tersedak parah.
“Habiskan makanannya!” perintah Yang Mulia sambil mengambil sesuap makanan.
“Ampun Yang Mulia, hamba sungguh benar - benar kenyang!” tolak gadis budak karena merasa badannya merasa mual, tidak bisa menerima makanan lagi.
“Bagaimana bisa kenyang baru beberapa suap?” Sultan Singa tidak percaya.
“Hamba tidak bohong.” Gadis budak merasa ingin muntah, tetapi ditahannya.
“Setidaknya habiskan susunya!” perintah Yang Mulia sambil menempelkan gelas ke bibir gadis budak. Gadis budak berusaha menghabiskan susu sambil menahan agar tidak muntah.
“Apa jawabanmu sekarang?” tanya Sultan Singa.
“Jjjajawaban?” Gadis Budak bergetar ketakutan.
“Kau mau melayaniku di tempat tidur?” perjelas Sultan Singa sambil membelai wajah gadis budak.
“Maaf, Yang Mulia, tidak.” Gadis budak begetar semakin ketakutan.
“Prajurit, ikat lagi! Cambuk dan siram air es lagi!” teriak Sultan Singa.
Prajurit mengikat kedua tangan gadis budak seperti semula. Sultan Singa mengambil cambuk dan memberikannya kepada prajurit. Air mata gadis budak kembali berderai dan ia memejamkan matanya rapat-rapat sambil gelisah menenggelamkan wajahnya ke kanan, ke kiri. Badannya terus bergetar sangat ketakutan.
“Akh…!” teriakan gadis budak.
Baru sekali cambukan, teriakan gadis budak menyayat hati Sultan Singa. Membuat Sultan Singa tidak tahan melihatnya, lalu menahan tangan prajurit yang hendak mencambuknya lagi, sehingga cambuk tidak mendarat lagi ke tubuh gadis budak.
“Dia bukan kriminal, siksaan lebih tepat untuk kriminal! Dia jawab iya atau tidak, bersihkan ia, obati lukanya, istirahatkan, persiapkan, dan bawa ke kamarku!” perintah Sultan Singa.
Gadis budak terkejut seperti tersambar petir. Prajurit melepaskan rantai di pergelangan tangannya lalu memapahnya untuk ke luar dari penjara. Gadis budak berusaha melepaskan diri dari tangan prajurit.
“Yang Mulia, hamba mohon siksa atau bunuh hamba saja!” kata gadis budak sambil menangis sesenggukan dan bergetar ketakutan.
“Kau bukan kriminal, jadi tidak ada alasan untukku menghukummu,” jawab Sultan Singa.
Badannya yang terluka membuatnya jatuh pingsan. Prajurit mau mengangkatnya.
“Tunggu!” cegah Yang Mulia. “Biar aku saja yang menggendongnya!” kata Sultan Singa sambil meraih tubuh gadis budak. “Kau ambilkan pasminanya dan tolong selimutkan ke
badannya!” perintah Sultan Singa pada prajurit.
Prajurit mengambil pasminanya dan menutupkannya pada tubuh gadis budak yang sedang dalam gendongan Sultan Singa.
“Ayo, cepat ke rumah sakit istana!” seru Sultan Singa lalu berjalan terburu-buru.