Try new experience
with our app

INSTALL

2018 

CHAPTER 3

Awal tahun 2017 adalah tahun keberuntungan bagiku dan Agra. 
Di tahun itu, Agra meresmikan studio arsiteknya di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Di tahun sebelumnya Agra telah menuntaskan gelar masternya dan telah mendapat beragam project dari segala penjuru benua. 
“You know? I feel like I’m the luckiest girl in the world” kataku. 
“What we’ve been through is not easy, but we did it!!” sahut Agra dengan riang. 
“I’m so proud to have you in my life, hun” aku menatap mata Agra. 
Tanpa berpanjang kata lagi, Agra langsung mengecup bibirku di dekat Brooklyn Bridge dengan pemandangannya yang khas. 
Selain itu, Agra juga mengajakku ke UN Headquarter di tepi East River yang membuatku takjub. Suasana, dan udaranya benar-benar lebih segar dari Jakarta. Di saat matahari akan tenggelam, Agra mengajakku berkunjung ke Central Park. 
Tak ketinggalan pula kami berkunjung ke 9/11 Memorial dan membahas perihal menara kembar WTC yang porak-poranda ditabrak pesawat teroris kala itu. 
“Dari sini, kamu juga bisa belajar segi bentuk bangunan yang bisa diaplikasikan di Indonesia nanti” kata Agra membuyarkan ketakjubanku. 
Agra berbicara banyak hal yang membuatku semakin jatuh cinta pada sosoknya. Tak hanya tampan, tapi dia adalah pria ideal yang pernah ku temui. Agra mewujudkan mimpiku berfoto dengan latar patung Liberty. Pun aku bisa berjalan di Time Square dengan riuh orang-orang yang berlalu-lalang. Selain itu, kami tidak melewatkan momen untuk masuk ke Theater Broadway. 
Sungguh liburan yang sangat mengesankan bagiku. Rasanya waktu benar-benar milikku dan Agra. Kami sama-sama menikmatinya.


  Bahkan dari kebersamaan itu, aku bisa mengetahui sisi lain dari Agra yang jago masak. Setiap hari Agra selalu membuatkanku sarapan baik itu sandwich, pasta, maupun makanan lainnya. Awalnya aku tidak percaya rasa masakan Agra akan lezat, namun saat ku cicipi untuk pertama kalinya, pasta dengan lelehan keju dan potongan sayur yang membuat tampilannya makin eye-catching membuatku meleleh. Rasanya seperti masakan restoran bintang 5! 
“Hm, it’s really delicious!” kataku sembari melahap makanan yang telah disuguhkan. 
“So? Do you still arguing me about cooking? Agra mulai menggoda. 
“Of course…. No hahahaaa” jawabku dengan tawa. 


  Liburan telah usai, dan kami harus kembali ke Jakarta. Sebenarnya, Agra sudah ada rencana untuk pulang ke Palu menemui orangtuanya. Bagaimana pun, berkarir di Jakarta membuatnya rindu dan ingin memboyong kedua orangtuanya ke Jakarta. Tapi lagi-lagi orangtua Agra belum setuju. Mereka menganggap udara Jakarta terlalu sesak, tidak seperti di Palu. 
Bisnis Agra pun semakin melejit seiring dengan namanya yang semakin tenar sebagai Arsitektur Muda Berbakat. Hal itu membuatku semakin bangga padanya. 
“Apa kamu ngga niat lanjutin S2?” tanyanya saat kami pulang bersama. 
“Hm, pengen sih. Tapi maunya ada ikatan dulu baru S2” jawabku mulai memberi kode padanya. 
“Hahahaaa I got it, Hun” Agra langsung tertawa. 
Sejak saat itu semua masih seperti sedia kala. Agra dengan project desain terbarunya, dan aku masih sibuk mebuat maket sesuai dengan desain yang telah dibuat oleh Agra. Aku pun mulai lupa bahwa malam itu aku pernah memberi kode pada Agra bahwa aku siap untuk dilamar. 
Tanpa ku sadari, Agra tiba-tiba muncul dan membawakan bunga diiringi oleh lagu romantis. Ia pun bersimpuh di hadapanku sembari menyodorkan sebuah cincin. Aku tertegun. Bahagia. 
“Yes, I do!” jawabku dengan mantap. 
Kami pun berpelukan, dan menyangka bahwa hari pernikahan kami semakin dekat. Agra ingin kami melangsungkan pernikahan sebulan lagi. Namun, aku tidak sepakat. 
“Aku mau akhir bulan Oktober aja. Ya, biar bisa nyiapin semuanya sendiri sesuai dengan keinginanku” kataku. Agra pun setuju. Ia lantas menemui orangtuanya sebulan sebelum pernikahan kami.