Try new experience
with our app

INSTALL

Contents

Gundul Pringis 

Cerpen

Di sebuah rumah dinas TNI, di Jawa Tengah, tempo doeloe.


 

Gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug.


 

Suara itu selalu ada saat tengah malam, menjelang dini hari.


 

Suara itu ada di lantai.


 

Matahari menyingsing dengan tersenyum. Langit lazuardi biru menemani.


 

“ Mbok, Ibu dan bapak, mau ke Kupang, karena bapak ada tugas di sana, cukup lama, tidak jelas kapan pulangnya, titip Didi! “ pamit Bu Ani kepada pembantunya.


 

“ Iya, akan saya jaga Didi seperti anak saya sendiri! “ ujar Sarinah. Sarinah adalah pembantu berusia tua. Pembantu setia keluarga Pak Susilo.


 

Pak Susilo dan Ibu Ani berangkat ke Kupang, meningalkan Didi yang masih kelas tiga SD. Didi bergegas berangkat ke sekolah setelah kedua orang tuanya berangkat.


 

Siang.


 

Didi pulang sekolah. Ia sudah mandiri mengganti pakaiannya sendiri di kamarnya. Pada saat itu ia merasa seperti ada yang mengawasinya. Ia melihat ke sekitar kamarnya, tetapi tidak melihat siapa pun. Ia merasakan yang mengawasinya berada di lantai. Ia melihat ke sekitar lantai kamarnya. Ia pun tidak melihat siapa pun. Ia merasakan yang mengawasinya berada di kolong tempat tidurnya. Ia hendak menyibak seprei kasurnya.


 

“ Di … makan! “ seru Sarinah.


 

“ Iya, Mbok ….! “ seru Didi menjawab seruan Sarinah sehingga tidak jadi membuka seprei yang menutupi kolong tempat tidurnya. Didi bergegas menuju ke ruang makan.


 

Keluarga Pak Susilo selalu makan beras merah dengan lauk pauk sangat lezat, sayur-mayur, dan buah-buahan. Didi mengambil makanan secukupnya. Ia makan dengan lahap dan segera. Tidak lupa ia memberi makan burung dan harimau hitam peliharaannya.


 

Setelah makan Didi kembali ke kamarnya. Ia mengambil tasnya, membawanya ke tempat tidur. Ia mengeluarkan buku-buku dan alat tulisnya. Ia hendak mengerjakan tugas sekolahnya. Saat itu ia kembali merasakan seperti ada yang mengawasinya. Ia melihat ke sekitar kamarnya tidak ada siapa pun. Ia merasakan lagi yang mengawasinya berada di lantai. Ia melihat ke sekitar lantai kamarnya juga tidak ada apa-apa. Ia juga kembali merasakan yang mengawasinya berada di kolong tempat tidurnya. Saat itu jendela kamarnya terhempas angin, menimbulkan suara yang mendebarkan jantungnya. Seketika itu ia mengurungkan niatnya menengok kolong tempat tidurnya. Seketika itu juga niat itu terlupakan.

Didi kembali pada buku-bukunya. Ia hendak kembali mengerjakan tugas sekolah tetapi ia urungkan lagi.


 

“ Ah nanti saja aku kerjakan! “ kata Didi. “ Mumpung bapak sama ibu tidak di rumah, ini kesempatanku untuk bermain bersama teman-temanku! “ ujarnya. Ia menutup buku-bukunya dan membereskannya. Ia bergegas pergi dari rumah.


 

Sungai.


 

Didi bermain bersama teman-temannya. Mereka bersembilan orang. Mereka adalah Oki, Didi, Surat, Riwayat, Rahmat, Angga, Dimas, Silo dan Pardi. Mereka bermain di sungai penuh dengan canda tawa. Berenang, bermain air, dan sesekali saling mengerjai. Beberapa saat kemudian, sesuatu melintas di sungai.


 

“ Awas ada galundeng ….! “ teriak Oki. Semua anak segera menghindar dari galundeng sambil tertawa terbahak-bahak.


 

Mereka bermain di sungai cekakak-cekikik sampai lupa waktu. Mahgrib tiba mereka masih berenang di sungai. Sampai mereka melihat mata merah menyala di atas sebuah pohon di sungai itu, baru mereka berhenti bermain. Mereka bergegas lari, pulang ke rumah mereka masing-masing.


 

Rumah dinas TNI.


 

“ Mahgrib selesai kamu baru pulang! “ tegur Sarinah. “ Main ke mana saja kamu, Le? “ tanya Sarinah.


 

“ Main ke sungai, Mbok, “ jawab Didi jujur dan santai.


 

“ Kalau ada bapakmu, kamu bisa dicancang di pohon lagi, Le! “ kata Sarinah mengingatkan.


 

“ Mumpung tidak ada bapak sama ibu, Mbok. Kalau mereka sudah pulang Didi tidak bisa lagi bermain sama teman-teman Didi, “ kata Didi.


 

“ Mbok boleh-boleh saja, asalkan kamu bisa jaga diri, hati-hati, dan kalau bisa sebelum mahgrib sudah pulang! “ pesan Sarinah.


 

“ Iya, Mbok, lain kali sebelum mahgrib, Didi sudah pulang! “ ujar Didi. “ Mbok, Didi mau mandi dulu! “ kata Didi, lalu bergegas masuk ke kamar mandi.


 

“ Iya, mandilah, Mbok akan siapkan makan malam! “ kata Sarinah, lalu menuju ke dapur dan lanjut ke ruang makan.


 

Selesai mandi Didi langsung ke ruang makan. Ia mengambil makanan di meja makan sambil duduk. Ia mengambil sedikit sesuai porsinya. Ia kemudian bangkit, mengambilkan makanan juga untuk burung dan harimau hitam peliharaannya. Baru setelah itu ia duduk lagi dan makan. Ia selalu makan sedikit dengan lahap dan cepat.

Setelah makan ia kembali ke kamarnya. Ia mengambil buku-buku dan alat tulisnya, membawanya ke tempat tidur. Ia mulai mengerjakan tugas sekolahnya. Baru mengerjakan ia teringat hal-hal konyol, kata-kata kisruh, bersama teman-temannya di sekolah. Ia menjadi memilih menulis di buku corat-coretnya. Ia mengarang kalimat-kalimat kusruh, lagu-lagu kusruh, untuk esok, bermain bersama teman-temannya di sekolah. Sampai banyak ia mengarang, sampai ia lelah, dan tertidur.


 

Gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug.


 

Jika terdengar suara itu, berarti menandakan sudah tengah malam menjelang dini hari.


 

Gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug.


 

Suara itu terdengar jauh dari kamar Didi.


 

Gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug.


 

Suara itu terdengar dekat dengan kamar Didi.


 

Gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug.


 

Suara itu semakin dekat dengan kamar Didi.


 

Gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug.


 

Suara itu terdengar di kamar Didi.


 

Gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug.


 

Suara itu di kamar Didi. Didi terbangun karena suara berisik itu.


 

Gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug.


 

“ Apa sih?! “ tanya Didi saat terbangun. Ia melihat buku-bukunya. “ Aku belum mengerjakan tugas! “ keluhnya terkejut. Didi segera mengerjakan tugasnya. Ia merasakan ada yang mengawasinya, tetapi ia tidak pedulikan. Ia focus dengan tugasnya.


 

Gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug.


 

“ Berisik! “ protes Didi, tetapi ia tetap focus pada tugas sekolahnya, karena jika ia tidak menyelesaikan tugasnya, ia akan berdiri di depan kelas. Didi tidak mau sampai itu terjadi.


 

Gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug.


 

“ Ah, tinggal sedikit lagi! “ seru Didi sambil memuletkan tubuhnya.


 

Gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug.


 

Tinggal satu soal lagi Didi berhenti sejenak. Didi memutuskan melihat dahulu apa yang membuat berisik. Ia melihat seperti bola menggelinding ke luar dari kamarnya. Ia mengikuti bola itu. Ia mengikuti sampai ia bisa melihat jika itu bukan bola. Tampak olehnya ada sedikit rambut, dua mata, hidung, dan mulut. Ia terbelalak ternganga melihatnya. Napasnya perlahan menjadi tersengal-sengal.


 

“ Mbok ….! “ teriak Didi. Kamar Sarinah cukup jauh di belakang, sehingga teriakan Didi tidak terdengar.

Didi segera berlari ke kamarnya. Ia berbaring dan menarik selimutnya menutupi sekujur tubuhnya hingga kepalanya terbenam sempurna. Napasnya tidak beraturan. Jantungnya juga berdebar kencang. Ia sangat ketakutan.


 

Gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug.


 

Suara itu terdengar jauh dari kamarnya.


 

Gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug.


 

Suara itu terdengar dekat dengan kamarnya.


 

Gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug.


 

Suara itu di kamarnya. Ia pun terbelalak ternganga di dalam selimutnya. Ia semakin ketakutan. Ia mencoba memejamkan mata untuk tidur, tetapi hanya matanya yang terpejam, sedangkan pikirannya masih sadar. Ia terus mencoba untuk tidur, tetapi tetap saja tidak bisa.

Sudah beberapa saat suara itu tidak terdengar. Didi mengintip dengan menyibak selimutnya yang menutupi wajahnya. Ia merasa aman. Ia membuka selimutnya. Tanpa turun dari ranjangnya, ia melihat ke sekitarnya. Ia merasa aman. Ia melihat ke sekitar lantai kamarnya. Ia menghela napas lega, ternyata aman. Pandangan Didi tepat melihat ke lantai di pinggir kasurnya. Seketika itu sosok itu menggelinding ke luar dari kolong tempat tidurnya.


 

“ Akh ….! “ teriak Didi. Seketika itu Didi kembali berbaring dan menarik selimutnya, membenamkan tubuhnya dengan sempurna. Napasnya kembali tidak beraturan. Jantungnya kembali berpacu. Keringatnya pun bercucuran. Ketakutan sangat kembali lagi.


 

Gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug.


 

Didi sangat ketakutan.


 

Gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug.


 

Terdengar suara itu ke luar dari kamarnya.


 

Gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug.


 

Suara itu terdengar jauh dari kamarnya. Didi bernapas lega. Meski demikian ia tidak berani membuka selimutnya. ia tetap berbaring terbenam sempurna.


 

Gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug.


 

Suara itu terdengar kembali di kamar Didi. Didi kembali ketakutan. Suara itu baru menghilang saat menjelang subuh.


 

Begitulah setiap hari, di rumah dinas TNI itu, di tengah malam menjelang dini hari, hingga menjelang subuh. Mereka orang-orang di perumahan dinas itu menyebutnya Gundul Pringis


 

Gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug gludug.


 

Kisah nyata di Jawa Tengah tempo doeloe.

Penulis : Del BlushOn / Nana Dela Pratiwi. Semua nama tokoh bukan nama sebenarnya.