Try new experience
with our app

INSTALL

Pemulung dan ABG Bunting 

Chapter 2

  Kurdi menyanggupinya dan segera berpamitan pulang, Sepanjang jalan Gito emosi meledak-ledak pada Bapaknya “kalau niat kita baik pasti kebaikan lebih besar yang akan kita terima dan bapak tak pernah berharap dengan timbal balik apapun karena prinsip hidup bapak itu yang penting segala sesuatu dijalani dengan ikhlas” “kita itu hidup dalam kenyataan Pak bukan dalam tausiah gitu-gitu” “Hush sembrono kowe” Gito tak berani lagi membantah masih merasakan sakit bekas luka keroyokan “Ingat Gito kunci hidup itu ikhlas, itu yang akan memuliakan hidupmu” Pak Kurdi dengan segala upaya mengumpulkan uang untuk menikahkan Gito dan Ovie, hingga mereka harus berhemat hanya makan ketela, ubi atau segala sesuatu yang tumbuh disekitar tanah dekat rel KA api itu, semua uang hasil jualan barang rongsokan semata-mata untuk ijab Kabul anaknya “Kenapa kita harus memaksakan diri untuk pernikahan anak kita yang jelas akan berlangsung hanya sekejab?” “ibu gak usah khawatir, kebaikan pasti akan berbalas kebaikan, yang penting kita ikhlas” “saya percaya saja sama Bapak kalau Bapak memang mantap melakukan itu” “insyaallah Bu jangan pernah mencemaskan kebaikan” 

  Ibu meneruskan menguliti ubi untuk dimasak untuk makan malam dan hari segera petang terdengar suara-suara adzan maghrib dari mushola terdekat, Pak Kurdi segera mengajak Gito sholat berjamaah ke mushola Uang pun dalam semiggu terkumpul dan diserahkan pada ibu Ovie serta mengurus segala sesuatu untuk ijab Kabul Setelah akad nikah di rumah Ovie, ibunya Ovie tidak memperbolehkan Ovie dibawa ke rumah keluarga Kurdi itupun tidak dipersoalkan keluarga Kurdi “Alhamdulillah Ovie sekarang sudah punya suami dan Gito sebagai suami wajib menafkahi istrinya sesuai kemampuan Gito, seberapa pun hasil kerja kamu wajib kamu serahkan pada istrimu, inget itu Gito” “Baik Pak Insyaallah Gito selalu berusaha memenuhinya” “Ya sudah kalau mau meneruskan kerja kalian silakan, supaya Nak Gito bisa bawa hasil untuk istrinya” cetus ibunya Ovie “Baik Bu, terima kasih sudah mengingatkan dan mengijinkan kami meneruskan kegiatan kami, Nak Ovie tunggu di rumah, insyaallah setiap sore Gito kesini bawa hasil kerjanya” “Terima kasih banyak Bapak, Terima kasih banyak Mas Gito, Ovie doakan semoga dapat banyak rejeki” “Amin ya robalalamin” 

  Pak Kurdi dan istrinya serta Gito segera berpamitan, mereka masih mengenakan busana musim bersarung berpeci dan ibunya berkerudung “Bapak ini kayak malaikat saja masih mau nolong orang kayak gitu” “Semoga Allah membuka hati mereka dengan perbuatan kita Bu, ibu yang sabar” Setiap sore Gito mampir menyerahkan hasil kerjanya pada Ovie tapi tidak pernah bisa ketemu Ovie karena ibunya selalu menemui Gito lebih dulu dan meminta hasil kerja Gito dan begitu seterusnya hingga kandungan Ovie 7 bulan Bahkan Ovie kalau diam-diam keluar selalu diikuti ibunya, kalau Ovie berusaha menemui Gito dan keluarganya selalu ditegur Ibunya “Kamu tidak perlu menemui mereka, nanti kamu gak laku sama yang lain karena kumpul dengan mereka” “Tapi mereka udah baik baik sama kita Bu” “kurang baik apa aku sama mereka, menjaga kamu supaya kamu bisa hidup lebih baik masa depannya sekalipun sudah kamu hancurkan sendiri masa depanmu” Suatu sore Gito membawakan boneka beruang untuk Ovie dan menyerahkannya pada Ibunya Ovie beserta hasil kerjanya “Bilang sama Bapak kamu untuk nyiapin acara mitoni ya sebentar lagi cucunya ada hajat mitoni” pesan ibu Ovie pada Gito “Baik Bu saya sampaikan sama Bapak” Saat ibunya tertidur siang dalam keadaan hamil 7 bulan Ovie nekat pergi ke gubuk keluarga Gito dan hanya bertemu ibunya Gito “Mas Gito dimana ya Bu kalau jam segini?” 

  “Mereka cari rongsokannya dan pindah-pindah Nak” Ovie pamitan pulang karena sudah menunggu cukup lama, dalam perjalanannya dia melewati pekarangan tempat dulu dia pernah mau bunuh diri dan ditolong Gito Ovie memasuki pekarangan itu dan terkejut mengintip Gito sedang duduk dibawah pohon krasem dan pepohonan pisang dengan membikin boneka dari batang pohon pisang rambutnya dari daun-daun pisang kering serta dengan daster bekas dan perut buncit selayaknya orang hamil “istriku kamu mesti makan jangan sampai sakit nanti dedek yang di perut kamu ikutan sakit, bareng aku nih mau makan juga, apa mau di suapin nih nih aaakkk buka mulutnya” Ovie melihat itu tersenyum geli sendiri, Gito masih sibuk meneruskan sandiwaranya itu “ehem ngapain sih kamu” Gito kaget mendengar suara itu saat mau menyuapi boneka wanita hamil itu “Kok ehem, Assalamu alaikum dong” “Iya Assalamu alaikum” “Wa alaikum salam” “Emang bonekanya mau makan?” “Ya egak lah” “Kamu tiap makan siang disini sama boneka itu?” “iyalah abis gak bisa ketemu istri beneran” “Ini udah ketemu benerannya” “terus kesini mau apa?” “Mau apa ya? Ya pingin ketemu aja sih kamu dah baik banget sama aku dan kandunganku, jadi karena kamu berkorban selama ini aku mau berterima kasih” “Kan udah bilang terima kasih terus selama ini” “Kamu makan dulu deh, aku nemenin aja” 

  “Emang kamu dah makan?” “Belum laper” “Gak enak aku kalo makan sendiri, ntar aja” “Boneka pisangnya gak di suapin lagi” “Itu kan Cuma ngayal aja supaya kamu doyan makan” “kok tau kalo aku suka disuapin kalo makan” “ketauan lah kesingnya kamu kayak bebih gitu” “Mau nyuapin aku?” “Emang mau disuapin gembel?” “Yang penting disuapi orang baik aku mau” Ovie membuka mulutnya, Gito agak malu mau memulai “Cepetan ntr laler masuk nih” Gito mulai menyuapin nasi lodeh sama potongan krupuk, dan Ovie mengunyahnya penuh semangat dan tersenyum manis, begitu juga Gito menyuapi diri sendiri dan mereka saling tatap Mereka jadi semakin akrab makan bersama di tempat pertama kali mereka bertemu, setelah beberapa teguk es teh manis di kantong plastic diminum Ovie dan bergantian dengan Gito, Ovie bersiap untuk pamit pulang takut ketahuan dicari ibunya “Oh ya boneka beruang dari kamu mau dikasih nama siapa?” “Siapa ya?” “Kamu yang ngasih kamu yang namain” “eee belum punya ide, kalo besok aja gimana?” “masak ngasih nama boneka aja nunggu besok ntar ngasih nama anak kita bisa sebulan mikirnya” “anak kita?” “Oh iya maaf, anakku” “Eh iyaiya anak kita kan aku yang ngasih nafkah kamu ya eee Bongi deh” 

  “Masak anak kita Bongi namanya?” “Bongi buat nama boneka” “Oh gitu kirain salah nama, terus anak kita siapa namanya?” “ntar aja terserah ibu kamu ntar ibumu marah kalau nama dari aku” “kalo ibu gak punya nama untuk cucunya setidaknya kamu sebagai ayahnya sudah nyiapin nama” “Gitu ya emmm siapa ya” “ya udah setiap makan siang aku kesini kita makan disini bareng tapi suapi, ntar aku bawain sendok” “Ya abis sholat aku pasti makan disini” “tapi gak janji ya” “kenapa?” “masak gak tahu” “Oh ibumu ya’ Ovie mengangguk, terus berpamitan menyalami tangan Gito dan mencium tangan Gito, membikin Gito canggung its like ackward moment untuk Gito “Aku pulang dulu Ayah, jangan lupa kasih nama untuk anak kita besok ya” Gito hanya mengangguk dan memperhatikan Ovie jalan meninggalkannya menyeruak belukar pekarangan itu.

  Seketika awan menggumpal mengumpulkan mendung yang meneduhkan peristiwa roman diantara pemulung dan abg bunting Sehari bikin Ovie susah tidur merasakan semua segala kebaikan Gito, seakan tak sabar menunggu bedug lohor untuk kembali ketemu dengan Gito Dan pertemuan makan siang di pekarangan itu lama-lama menjadi rutinitas pertemuan dua hati yang di sakralkan dari keharaman orang yang tidak bertanggung jawab namun tetap menjadi kebahagiaan semata-mata dijalani karena ikhlas Ovie pun merasa menemukan surga pada Gito sehingga dia sudah melupakan masa lalu nya yang kelam dan punya harapan cerah dari Gito dan keluarganya yang begitu baik padanya Selama menjalani kehidupan berumah tangga jarak jauhpun segala kebaikan keluarga kurdi dan ketulusan Gito menyayangi Ovie membuat hati Ovie semakin menumbuhkan cinta sejati diantara mereka Gitto suka menolong orang yang sedang dikeroyok atau dijabret di jalanan sehingga dia juga memiliki musuh jalanan tapi jiwa Gitto tidak pernah takut kalau dia di pihak yang benar.

  GITO lebih dikenal sebagai Matador karena kalau membela orang matanya nyalang dan menggetarkan lawannya hingga sekali tebas Gitto pasti menang Sewaktu ada tawuran yang mengeroyok perempuan Gito pun turun tangan membelanya dan menghajar kepala genk tawuran itu hingga dibikin babak belur masuk rumah sakit dan Gitto dibawa masuk ke sel polisi Dalam sehari dua hari di sel polisi, belum ada yang tahu keberadaan Gito, baik Bapak ibunya maupun Ovie Sehingga dalam 2 hari itu Ovie tidak pernah ketemu Gito di Pekarangan itu bahkan setiap kali datangi rumahnya, ibunya Gito tidak tahu menahu dimana Gito “Lagi dicarikan Bapaknya Nok nanti kalau sudah tahu dimana Gito kami kabari kamu” Dengan berbagai pikiran dan perasaan kekhawatirannya terhadap Gito, Ovie pamit pulang membawa cemas yang berkecamuk dihatinya Kepala Geng yang ditumbangkan Gito itu namanya ALVIN, dia sangat marah dan dendam dengan melukai semua anak genk nya dan berniat untuk balas dendam