Contents
Pemulung dan ABG Bunting
Chapter 1
GITO pemulung remaja yang selalu membantu Ayah dan ibu yang bekerja sebagai pemulung keliling ke tempat –tempat sampah dari kota-kota, mereka juga hanya tinggal di pinggiran rel KA, semenjak Ayahnya difitnah diusir dari desanya hingga tidak punya apa-apa lagi hanya tersisa semangat hidup untuk terus survive Sehari-hari mereka mengais sampah-sampah yang bisa dijual sekedar untuk makan, Gito putranya semata wayangpun putus sekolah karena sudah tidak punya sesuatu untuk mempertahankan standar belajar lagi Siang itu Gito baru mendapatkan sepotong roti yang baru jatuh dari seorang anak kecil yang digendong ibunya, Gito yang melihat itu segera memunggutnya “Bu rotinya anak ibu jatuh nih belum lima menit masih bisa dimakan” “Udah lah buang saja, nanti anak saya disentri makan roti yang udah kotor, biar kotor belum 5 menit tapi anak saya gampang sakit jadi gak boleh makanannya kotor dikit, maaf bukannya mau mubazirin makanan tapi lebih jaga-jaga kesehatan anak saya saja sih, makasih ya Dik, tolong buang saja rotinya”
“Baik Bu” Ibu yang menggendong anaknya yang baru 1 tahunan lebih itu meneruskan perjalanannya menuju perumahan di dekat area itu Gito memandangi roti yang masih besar baru digigit secuil saja dan masih kelihatan lezat, roti itu dibersihkan oleh Gito, dan dibawa kea rah pekarangan yang sunyi didekat perkampungan antara perumahan dan kampung-kampung dusun situ Sesampainya di Pekarangan itu dia mencari tempat yang nyaman di bawah pohon pisang yang rimbun dan pohon krasem yang bisa untuk dia bersandar, beberapa kardus bekas yang sudah rombeng disusunnya untuk duduk dan siap melahap roti itu Tak jauh dari tempat itu terdengar suara orang menangis terisak-isak dengan ditahan supaya tidak keras terdengar tapi suara itu sangat jelas didengar Gito, Gito segera mencari arah suara itu Langkah demi langkah menuju suara itu membuat Gito bisa melihat seorang remaja putri memegang pisau telah menyayat sayat lenganya hingga berdarah sambil menangis menyesali sesuatu “dasar cowok PK loe gak tanggung jawab kalo udah gitu gue yang susah, ibu marah-marah terus, mana tidak bisa digugurin”
Begitu seterusnya tangis isak dan penyesalan yang terdengar Gito memasukkan rotinya kedalam tas kantong plastic yang untuk mengumpulkan sesuatu yang masih bisa digunakan, dan perlahan menaruh ganco dan karung untuk mengumpulkan botol aqua Gito perlahan mendekati remaja putri itu, GITO bermaksud menolong ABG yang mau bunuh diri di pekarangan, Perempuan ABG itu membawa pisau yang hamper ditusukan ke perutnya tapi gitu bergegas menahan pisau itu dan berebut dengan Perempuan ABG itu “Jangan lakukan itu, buang pisaumu” “kamu siapa? Jangan ikut campur urusanku” “Bunuh diri tidak akan menyelesaikan apa-apa” “Kata sapa?” “Siapa aja bilang begitu” “kalau aku mati semua urusanku mati” “Kamu mati didepanku menjadikan masalah buatku, dan kamu sekarang jadi urusanku, supaya kamu tetap hidup” “Minggir kamu, aku gak peduli, aku gak kenal kamu dan kamu juga gak tahu siapa aku?’
“Aku Gito yang ingin menyelematkan hidupmu” “ih PeDe loe ngajak kenal gak sudi gue, lepasiiiinnnn” “lah kok gitu” “Lepasiiiinnnn” teriakan perempuan ABG itu kencang sekali Gito berusaha merebut pisaunya, saat berhasil membuang pisau itu, posisinya seperti berguling-guling berpelukan “Lepaskan aku, minggir kamu, jangan sentuh aku, minggiiiirrr, lepaskan” Gito merebut pisau itu dan melemparnya sekenanya sementara Perempuan ABG itu masih dalam bekapannya dengan meronta-ronta sekuat tenaganya Tak lama orang-orang kampung yang mendengar berdatang mengerumuni pekarangan itu dan terkejut melihat kejadian Gito memeluk erat Perempuan ABG yang meronta-ronta Orang Kampung jadi marah “Woi ngapain kamu” “Dasar pemulung mesum, lepasin dia” “Jangan bikin rusuh di kampung ini” “Udah kere otaknya kotor” “lepasin dia”
Dan Gito melepasnya dengan dikelilingi orang kampung sementara Perempuan ABG itu lari ketakutan meninggalkan tempat itu Gito dikeroyok orang kampung dikira bertindak senonoh dihajar habis-habisan tanpa membalas hingga Gito babak belur Gito seperti membiarkan mereka memukulnya hanya melakukan pernafasan yang teratur supaya tidak sakit dengan pukulan amarah warga itu, untung tak lama Pak RT dan orang Brimob yang lewat situ menghentikannya namun Gito sudah babak belur dibuatnya Gito dibawa masuk ke rumah dan segala duduk perkara diurai Sore harinya Pak Kurdi ayah Gito yang sedang mencari barang bekas di tempat sampah rumah Perempuan ABG itu, Ibunya Perempuan ABG itu sedang memarahi karena kesal kandungan anaknya itu tidak bisa digugurkan dan akan membawa aib keluarga “Anak perempuan tidak bisa menjadi nama baik keluarga, kamu sudah mencoreng muka ibu, mikir jangan mau enaknya saja, kalau sudah begini Pacarmu bisa apa? Orang tuanya aja cuma menghargai aib bayi haram di perutmu itu dengan berdamai mengganti sepeda motor matic doang, mau jadi jablay kamu hah”
Perempuan ABG itu lari kabur dari rumah sambil terus menangis, melihat itu Pak Kurdi mengikutinya Di pekarangan lain Perempuan ABG itu menangis, didengarnya segala keluh kesah gadis malang itu, dan kemudian dia ditemuin Pak Kurdi “Bapak sudah mendengar semua, kalau tidak bisa digugurkan ya jangan dipaksa digugurkan nanti timbul yang tidak dikehendaki” Perempuan ABG itu dibujuk apakah dia mau dijodohkan sama putranya supaya dia punya suami dan anak yang dikandungnya punya seorang bapak “Apa putra Bapak mau jadi suami saya sedang saya sedang hamil bukan karena putra Bapak?” “Insyaallah Putra saya mau kamu jangan kuatir, dia pria yang bersahaja asalkan kamu mau menerima apa adanya?” “apa Bapak berani melamarkan nya ke ibu saya yang galak itu” “Ibumu bukan gak Nok, dia lagi emosi saja, jangan kuatir, besok atau lusa saya dan anak saya ke rumahmu sore hari, bagaimana?” Perempuan ABG itu mengangguk perlahan hanya pasrah saja ********* Dengan memboncengkan Gito dengan sepeda fonger tua yang udah karatan, Kurdi menuju rumah perempuan ABG itu, Gito masih penuh perban balutan luka-luka “kamu itu jangan suka bikin onar” “ini semua cuma salah paham Pak” “selalu gitu kalo jawab” “Ini mau kemana sih Pak” “Kamu lebih baik nikah supaya tidak berantem terus, supaya mikir punya istri punya anak harus jaga keluarga jauhkan orang-orang dendam dari kita ya kuncinya menikah supaya bisa mikir lebih panjang kalau mau bertindak tidak sembrono” “siapa yang mau nikah sama gembel kayak kita Pak”
“Kalau ada kamu harus manut apapun resikonya dan apapun yang akan terjadi” “Insyaallah Pak” “iy udah jangan banyak Tanya ikuti kebaikan dari Bapakmu” Sesampainya di rumahnya perempuan ABg itu, Kurdi memperkenalkan diri dan memperkenalkan putranya “Kedatangan kami kesini ingin saling memperkenalkan putra saya dengan putri ibu” “Ovie sini Nduk, sini keluar ada temen kamu” Ovie perempuan ABG itu keluar dan duduk disamping ibunya “kamu kenal sama orang ini?” Ovie mengangguk sambil terus menatapi wajah Gito seseorang yang pernah dilihatnya, tapi Ovie belum terlalu berani mengungkapkan, begitu pula Gito membalas pandang pada Ovie seorang gadis yang pernah ditolongnya tapi keduanya hanya saling menutupi pertemuan mereka yang tragis itu “Yang kenal Ovie itu Bapak atau anak bapak?” “Saya yang kenal tapi saya ingin memperkanalkannya untuk anak saya”
Setelah perkenalan itu, KURDI melamar Ovie perempuan ABG yang hamil itu dengan mohon restu pada ibunya Ovie, prinsipnya ibunya Ovie mengijinkan namun hanya sampai bayinya lahir “Demi kebaikan ya silakan saja kalau mau menikahi Ovie tapi jangan belaga seperti pahlawan kesiangan, kalian harus janji setelah anaknya lahir ya Putra Bapak harus menceraikan anaknya saya, biar Ovie punya kesempatan punya suami mapan dan punya derajat tidak malah udah jatuh ketimpa tangga, itu konyol namanya, ntar jadi hinaan saja anaknya, udah dihamili orang kaya malah dinikah gembel pemulung kayak putra Bapak” Tangan Gito mengepal gemas tapi Kurdi mengelusnya untuk bersabar “Baik, kami sangat berterima kasih restu ibu supaya Ovie bisa nikah dengan putra saya, apapun syaratnya kami menerimanya, insyaallah demi kebaikan semua” “Ya udah minggu ini juga kalian mesti menikahinya dan menyiapkan segala biayanya”