Contents
Cinta 960 Jam
Karena Dia
Sudah kurang lebih 2 minggu aku dan Galang menjadi 1 kelompok. Dalam 2 minggu ini Galang sukses membuatku diperlakukan secara dingin oleh wanita lain di anggota kami dan beberapa gadis-gadis dusun lainnya yang memang mencari perhatian Galang.
Galang memang sangat menarik secara fisik. Tingginya yang begitu mencolok di 185 cm dengan body kurus serta kulit sawo matangnya ditambah gigi gingsul sebelah kanannya itu membuat ia digilai wanita secara fisik didukung lagi dengan sikap ramah dan humorisnya yang membuat wanita yang ada di lingkungannya benar-benar bertekuk lutut.
Aku sendiri heran, mengapa orang seperti Galang lebih memilih melimpahkan perhatiannya kepadaku. Wanita biasa saja yang juga tak cukup menyenangkan dalam bercanda. Mungkin cara bercandaku membosankan, tapi entah mengapa memang setiap ngobrol dengan Galang aku merasa Galang menemukan kecocokan. Aku paham betul maksud yang ingin disampaikan oleh Galang.
Siang itu aku harus melaksanakan kegiatan bersama 5 anggota wanita lainnya, namun aku malah ditinggal sendirian dan mereka naik mobil jemputan. Saat itu aku berencana naik motor sendiri menyusul, namun motor operasional milik kelompokku justru tengah kehabisan bensi, lagi! Mau tidak mau ditengah kebingungan itu aku harus menelpon salah satu anggota kami yang lain, Riri, dia sangat dingin karena begitu menyukai Galang sejak awal kegiatan.
“Jalan kaki atau ngesot aja lo sana! Cewek gatel, sok cantik!”
Tuuuttt..tuuttt..tuuttt…. Telpon ditutup begitu saja oleh Riri. Wah, ini benar-benar eskalasi kemarahan Riri sepertinya. Aku dan Riri memang biasanya saling diam saja, meski aku tahu ia sering menjelekkan aku dibelakang karena Galang begitu dekat denganku. Bahkan Galang yang iseng terang-terangan menunjukkan ketertarikannya padaku dengan selalu duduk disampingku saat ada rapat kelompok, setiap aku pindah tempat ia terus mengikuti aku dan sampai akhirnya ia pegangi tanganku untuk tetap ada disampingnya tanpa berkata apapun. Ia hanya terus fokus mempimpin rapat meski tahu anggota lain kasak kusuk dengan sikapnya padaku.
Jujur saja sikap Galang yang begitu yang seringkali justru jadi bahan untuk anggota lain untuk menyiksaku. Tak jarang memang aku dikerjai oleh mereka saat Galang sibuk dengan kegiatannya, terlebih ketika Galang yang seminggu sekali harus melapor ke kota untuk update perkembangan kegiatan anggita kami. Wah, aku rasanya seperti anak tiri yang ditinggal ayahnya dinas luar kota.
“Kalau gue pergi, hati-hati ya, lo kan anak tiri!”
Galang selalu berpesan begitu, mungkin karena sebenarnya Galang juga tahu kondisinya bagaimana di anggota kami, namun ia tak menyerah untuk terus dekat denganku. Aku seolah tahu betul perasaan Galang padaku, aku sendiri juga merasakan hal yang sama. Hanya saja yang aku heran adalah kita berdua sama-sama tak pernah menyatakan perasaan kita masing-masing. aku dan Galang hanya menjalani semuanya begitu saja. Ya, tanpa perlu kata aku rasa cinta kita sudah jelas.
Akhirnya siang itu aku diantar Galang yang ternyata sejak pagi menghilang karena sibuk mencari pinjaman motor. Galang cerita bahwa ia sudah tahu rencana busuk Riri yang hasut anggota lain untuk meninggalkan aku. Terkadang aku bersyukur Riri melakukan banyak aksi nekat untuk menarik perhatian Galang namun malah membuat Galang semakin dekat dan memperhatikanku. Ups, mungkin aku sedikit kepedean tapi memang begitu kenyataan yang terjadi. Galang pun mengakui ini, tentunya dengan gaya bicaranya yang usil.
Perjalanan demi perjalanan yang sering aku lakukan bersama Galang dengan berbagai motor pinjaman dari warga membuat sensasi cinta diantara kami lebih menarik. Entahlah, apa karena merasakan bagaimana kencan versi hubungan tanpa status di daerah yang tidak kita kenali dengan segala keterbatasannya atau memang karena aku dan Galang tengah dimabuk asmara saja.
Aku seringkali dipergoki Galang menghitung jumlah waktu tersisa akan kebersamaan kami ini. Memang, jika kegitan ini berakhir aku dan Galang seolah harus kembali ke kehidupan nyata kami yang terpisah kota cukup jauh hingga harus menyebrang pulau. Aku bahkan tak berani bertanya pada Galang apakah dikampusnya, di kotanya Galang mempunyai wanita lain? Aku rasa keegoisan menguasai diriku. Aku hanya ingin bahagia saja bersama Galang tanpa memikirkan segala kenyataan yang harus aku dan Galang hadapi ketika selesai 40 hari disini.
Akhir dari penderitaanku ditinggal anggota ditutup dengan Galang yang menungguiku sampai kegiatan selesai.Galang membawaku bersantai melepas senja dengan melihat pemandangan sebuah danau diperjalanan pulang. Musik mengiringi indahnya senja kala itu. Ah, Galang punya alat yang disebut sebagai spliter. Fungsinya adalah menghubungkan 2 headset untuk 1 handphone. Galang dan aku kebetulan menyukai satu grup band indie yang sama dan lagu favorit kami pun sama, Payung Teduh – Untuk Perempuan Yang Sedang Dalam Pelukan, dan ada lagi favoritku dan Galang. Salah satu soundtrack film Hollywood Begin Again tahun 2014 yang dinyanyikan oleh Keira Knightley berjudul Tell Me If You Wanna Go Home.