Try new experience
with our app

INSTALL

Kulakukan Semua Untukmu (Short Story) 

-Kulakukan Semua Untukmu-

.

.


 

Charissa Andinyra baru saja memarkirkan mobil di bagasi rumahnya. Terasa sepi sekali,mungkin Aldebaran Algibran, suaminya sudah terlelap. Begitupula Reyna dan Rayfa,kedua buah hatinya yang kembar namun berbeda jenis kelamin,mungkin juga sudah terlelap.


 

Andin masuk ke dalam rumah yang memang tidak dikunci itu. Ia menatap sekeliling dan menyimpan heels nya di rak dekat pintu


 

Tiba di kamar ia melihat Al,suaminya sedang menonton pertandingan sepakbola dengan Reyna dan Rayfa yang sudah terlelap di sebelahnya


 

"Ndin...Saya udah siapin makan malam buat kamu" Aldebaran mendekati Andin lalu mengelus pucuk kepala istrinya yang terlihat kecapekan itu


 

"Makasih ya sayang,aku mau mandi dulu. Oiya kamu udah makan malam mas?" Balas Andin setelah menyimpan tas besar berisi laptop dan beberapa perlengkapan bekerjanya juga membuka blazer yang menempel di tubuh bagian atasnya dan kini menyisakan tanktop bermotif abstrak juga celana panjang hitam


 

"Belum,saya kan nungguin kamu" Aldebaran menyentuh pipi Andin,lalu mengecup singkat keningnya membuat Andin terpejam sambil tersenyum. Ia hapal kalau Al sedang rindu padanya,setelah seminggu kemarin Andin sedang kedatangan tamu dan Al tak bisa menjamahnya


 

"Bentar ya sayang,aku mandi dulu" Andin balas menyentuh pipi Al yang terdapat bulu-bulu halus disana,terasa geli ketika menyentuh tubuh dan area wajahnya


 

"Maafin saya Ndin" Al menatap nanar Andin yang mulai masuk ke kamar mandi,lalu beralih menatap Reyna dan Rayfa,buah cintanya bersama Andin yang kini berusia 4 tahun. Teringat kelahiran si kembar,Andin terlihat kesakitan dan wajahnya pucat ketika sedang menghadapi pembukaan yang makin terasa sakit. Al panik,ia menyarankan operasi caesar agar Andin tak usah mengerang kesakitan. Namun Andin tetap pada pendiriannya,Alhasil Reyna lahir dengan kelahiran normal dan 5 menit kemudian Rayfa juga lahir. Kondisi mereka sehat dan ini melengkapi kebahagiaan Al juga Andin yang selama ini menantikan kehadiran mereka. Keturunan kembar ini berasal dari Maminya Andin. Tentu Keluarga Aldebaran begitu bahagia bisa mendapatkan penerus kembar


 

Al menaikkan selimut ke tubuh kedua buah hatinya setelah barusan terlihat Rayfa menendang selimutnya dan Reyna menggulingkan tubuhnya menjauhi posisi tidur Rayfa.


 

Di kamar ini Al dan Andin sengaja memasang dua kasur berukuran besar karena Reyna dan Rayfa yang belum bisa tidur sendiri juga kalau tidur berempat tentu mereka akan berdesakan.


 

"Makan yuk sayang" Andin keluar dengan piyama satin model kimono lalu menggandeng tangan Aldebaran


 

"Iya Ndin"


 

"Maaf ya tadi saya cuma masakin kamu ayam goreng. Soalnya Reyna sama Rayfa pengen berenang,jadi saya harus jagain mereka" ujar Al ketika mereka turun ke lantai bawah lalu duduk di kursi makan


 

"Iya gapapa Mas" Andin mulai menyendokan nasi lalu mengambilkan lauk untuk Al lalu untuk dirinya sendiri.


 

Mereka pun makan tanpa suara,hanya dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring


 

"Mami besok nyuruh aku ke rumahnya,kamu ikut ya Mas" celoteh Andin sambil membereskan piring dan mengambilkan Aldebaran minum


 

"Biar saya di rumah jagain Reyna dan Rayfa" balas Al singkat lalu meneguk minum yang disodorkan Andin.


 

"Mas... Reyna dan Rayfa mau aku bawa,Mami sama Papi kangen sama cucunya" Andin berkata dengan nada yang tak enak dan sedikit kecewa akan jawaban Al.


 

"Yaudah kalau gitu,kamu bawa aja anak-anak. Besok saya mau beres-beres halaman dan gudang" Aldebaran mulai beranjak dari duduknya dan menyodorkan tangan untuk digenggam oleh Andin


 

"Kita ke kamar ya" ajak Al membuat Andin mengangguk dan membalas uluran tangan suaminya.


 

Andin tak banyak bicara. Hampir 6 bulan ini hubungan Al dan keluarga besar Andin kurang harmonis. Terlebih mami sarah yang berkali-kali menyuruh Andin minta pisah pada Al. Tak pernah terbesit dalam pikiran Andin untuk berpisah dari Al,seburuk dan sefatal apapun kesalahan Al kalau bukan karena perselingkuhan atau pengkhianatan, ia tak akan mundur


 

Apalagi Reyna dan Rayfa masih kecil,mereka butuh sosok mama dan papa yang bisa menemani hari-hari mereka agar lebih berwarna. Memori anak-anak begitu unik, mereka akan mengingat kejadian masa kecil di banding kejadian hari kemarin. Maka dari itu bila kenangan masa kecil mereka buruk Andin khawatir akan ada dampak trauma untuk si kembar.


 

"Kamu ikut yaa..Kita silaturahmi" Andin memeluk Al ketika mereka sedang bersantai dan duduk di balkon


 

"Nggak usah Ndin. Oiya,kalau besok Keluarga kamu terutama mami Sarah nyuruh kamu buat pisah sama saya lagi,akan saya coba usahakan ya,kamu boleh bawa anak-anak. Saya akan pergi dari hidup kalian" dengan senyum getir Aldebaran berbicara demikian,sontak Andin langsung menangis dan makin mengeratkan pelukannya.


 

"Mas... Kamu bicara apa sih? Aku gamau pisah sama kamu. Akan kulakukan semua untuk kamu dan untuk keluarga kecil kita" sambil terisak andin bicara.


 

"Saya ingin kamu bahagia. Pasti di luar sana ada pria yang lebih baik,yang bisa menafkahi kamu lahir batin"


 

"Atau kalau keluarga kamu merasa keberatan,biar anak-anak akan saya bawa. Kamu bisa mencari pasangan lagi tanpa perlu memikirkan masa lalu" aldebaran juga menangis tepat setelah perkataan nya selesai diutarakan.


 

"Mas cukup mas! Kenapa kamu jadi seperti ini?" Andin sebenarnya begitu marah dan tersinggung,namun rasa sayangnya mengalahkan semua itu,terlebih ketika Al dilanda rasa insecure seperti ini.


 

"Saya cuma ingin kamu bahagia dan keluarga kamu punya menantu idaman. Tidak seperti saya, pengangguran yang bisanya hanya diam di rumah mengurus anak-anak" Al mulai menghapus air matanya lalu makin mengeratkan pelukan ke tubuh Andin.


 

"Masuk yuk" Al mendaratkan tangan kanan di dekat kelompok mata Andin dn mengusap bergantian air mata yang jatuh dari mata cantik istrinya.


 

"Jangan nangis... Kita tidur ya" Andin hanya mengangguk sementara aldebaran mengunci balkon.


 

"Saya mau cek pintu dulu. Kamu duluan tidur aja" sebelum beranjak,Al mengusap-usap pipi chubby Andin.


 

"Mas.... Kamu sabar ya, semoga Tuhan luaskanlah rasa sabar di dalam diriku dan mas Al agar kami bisa menjalani hari-hari dengan ikhlas dan bahagia walau banyak cemoohan orang" Do'a Andin sambil duduk di atas kasur


 

Kemudian ia mendekati tempat tidur Reyna dan Rayfa. Mengecup satu persatu kening dan pipi chubby si kembar secara bergantian


 

"Sayang....Mama janji,kita akan selalu berempat dan bareng-bareng terus ya. Mama nggak akan biarin kalian terpisah dari papa begitupula mama yang nggak akan biarin kalian pergi dari hidup mama"


 

Andin sebenarnya tak tega,di golden age atau usia emas si kembar,ia tak bisa menyaksikan dan menemani mereka selama seharian penuh.


 

Bekerja sebagai kepala cabang di perusahaan ritel,membuat waktunya lebih banyak ia habiskan di luar. Sementara anak-anak diasuh oleh Aldebaran. Terkadang Andin tak bisa berinteraksi dengan mereka kalau ada meeting dan pulang malam. Si kembar sudah tidur dan lagi-lagi Andin kehilangan momen mereka berdua. Namun Andin tak pernah menyalahkan Al karena bagaimanapun juga Aldebaran adalah suaminya yang bertanggungjawab walau dalam kondisi sekarang ini


 

"Kamu belum tidur? Al menutup pintu kamar secara perlahan lalu mendekati Andin yang sedang terlihat berbicara dengan anak-anak


 

"Iya ini mau,aku nungguin kamu mas" jawab Andin dan mulai merebahkan tubuhnya di samping Al


 

"Mas..." Andin mengusap lengan kekar Al yang sedang terlentang dan berusaha terpejam


 

"Iya?" Balas Al kembali membuka matanya


 

"Kamu lagi mau kan? Aku tau kamu pasti kangen sama aku dan aku juga kangen sama kamu,Mas" Andin makin merapatkan tubuhnya membuat Al juga berbaring miring lalu membelai wajah Andin


 

"Tapi kamu pasti capek,saya nggak mau jadi suami yang egois Ndin" jawab Al dengan senyuman getir


 

"Nggak,lagian ini juga kewajiban aku sebagai istri kan?" Andin masih saja meyakinkan suaminya yang memang akhir-akhir ini menjadi lebih sensitif


 

Tanpa berkata lagi Al mulai mendekati wajah Andin, lalu mengecup lembut Indra perasa Andin yang begitu memabukkan


 

Andin pasrah saja diperlakukan seperti itu. Sentuhan aldebaran selalu membuatnya terhanyut dalam momen kemesraan yang diciptakan oleh mereka berdua


 

"Saya cinta sama kamu Ndin" Aldebaran berbisik di telinga Andin


 

Andin terpejam sambil tersenyum, hatinya begitu menghangat setelah mendengar perkataan Al


 

"Aku juga selalu mencintai kamu,mas"


 

Akhirnya mereka habiskan waktu berdua dengan saling menghangatkan raga agar rasa cinta dan rasa saling percaya kembali tumbuh dan takan pernah pudar

-------


 

"Sayang....Kita sholat subuh yuk" bisik Andin pada telinga Reyna dan Rayfa bergantian


 

Reyna mulai terusik dari tidurnya sedangkan Rayfa masih betah terpejam


 

"Mamaaa" Reyna memeluk tubuh Andin yang baru saja selesai keramas


 

"Sayangnya Mama" balas Andin dan mulai memangku Reyna kemudian mencium kening dan kedua pipi Reyna membuat putrinya itu terkekeh pelan


 

"Semalem mama pulang jam berapa?" Tanya Reyna dengan sendu. Terlihat aldebaran yang baru saja keluar dari kamar mandi mengenakan stelan baju Koko Mulai mendekat ke arah mereka


 

"Jam 8.. maaf ya mama ada meeting di luar dulu" jawab Andin dengan nada sesalnya


 

"Rayfa...Jagoan Papa ayo bangun... Kita sholat subuh berjamaah" Aldebaran menepuk pelan kaki Rayfa.

Kemudian pria kecil itu mulai terusik lalu mengucek kedua matanya dan akhirnya ia melihat ada Papa,Mama dan Reyna, kakaknya


 

"Hari ini kita ke rumah Oma Sarah ya. Reyna dan Rayfa siap-siap. Nanti kita ketemu kak Nasya dan adek Adam" ajakan Andin sontak membuat si kembar berteriak kegirangan. Hampir satu bulan ini mereka belum berkunjung ke rumah Mami Sarah yang berada di Bogor.


 

Sholat subuh berjamaah telah selesai mereka dirikan. Kini andin sedang menyiapkan sarapan dan Al membereskan kasur yang berantakan akibat ulah mereka semalam juga membereskan sprei Reyna dan Rayfa yang juga berantakan


 

Si kembar tengah anteng rebahan dengan posisi tengkurap di atas kasur yang baru saja Al bereskan. Mereka berdua sedang menonton kartun kesukaannya di tab Andin

"Jangan terlalu dekat nontonnya Na,Ray" peringat Aldebaran yang sedang membuka handphone sambil tersenyum simpul


 

"Iya Papa ini kak Reyna pengen pindah-pindah terus nontonnya kan aku pusing" Rayfa mengadukan keluhannya


 

"Aku lagi cari kartun princess terbaru ihh Ray kamu diem aja biar aku pilihan yang bagus" balas Reyna tak mau kalah dan jari-jari mungilnya mengotak-atik tab yang posisinya horizontal itu


 

"Ihh aku gasuka kartun princess... Itu kan buat perempuan" kali ini Rayfa sedikit kesal pada kembarannya


 

"Tapi aku mau nonton,ini episode terbaru"


 

"Reyna aku gamau ya,udah nonton kartun yang ini aja"


 

"Bentar-bentar kamu tenang dulu ya,ini bentar kok" Reyna masih pada keinginannya dan Rayfa juga sama


 

"Ishhh Reyna ....jari kamu nutupin layar nya" kali ini Rayfa benar-benar sebal. Ia kemudian duduk dan menjauhi Reyna


 

"Ada apanih anak papa ribut-ribut?" Aldebaran menyimpan kembali handphone di atas laci setelah barusan dari balkon untuk mengangkat panggilan telepon


 

"Reyna nya pengen nonton princess,aku kan gamau Pa,kayak cewek" jawab Rayfa dengan nada kekesalannya

Merasa namanya disebut,Reyna pun menoleh pada Rayfa dan papanya


 

"Tapi aku pengen nonton kartun ini pa,ada episode terbaru" balas Reyna yang juga mengutarakan keinginannya


 

"Udah-udah mending sekarang Rayfa mandi dulu ya,biar papa temenin" Aldebaran merentangkan tangannya lalu Rayfa menyerahkan tubuhnya untuk digendong oleh Al

Kini Rayfa berada di gendongan papanya. Anak itu menyandarkan kepala di bahu papanya. "Reyna lanjutin aja nontonnya,aku mau sama Papa" ujar Rayfa agak berteriak


 

"Iya,kamu mandi duluan aja" balas Reyna


 

"Huffttt... Syukurlah" Aldebaran bergumam lalu membawa Rayfa masuk ke kamar mandi.


 

Sekitar pukul sembilan si kembar sudah siap untuk mengunjungi keluarga mamanya. Reyna mengenakan bando scrunchie dengan rambut panjang yang terurai begitupula Rayfa,dia sudah siap dengan kaos berwarna kuning dan celana jeans


 

Andin menatap kedua permata hatinya secara bergantian. Mereka sedang duduk sambil mengobrol dan tertawa. Diam-diam Andin memotret mereka dan hasilnya begitu menggemaskan. Al yang baru masuk ke ruang keluarga pun langsung disodorkan hp oleh Andin dan benar saja, senyuman Andin menular pada Al setelah barusan melihat layar handphone yang menampilkan foto si kembar

"Kamu ikut ya Mas" ajak Andin sekali lagi sambil menggenggam kunci mobilnya


 

"Nggak usah Ndin. Saya mau beresin gudang. Oiya sama mau kuras toren" Aldebaran tetap saja menolak membuat Andin mencembikan bibirnya


 

"Sayang...Kamu jangan insecure dong. Jangan dengerin apa kata mereka,karena ini hidup kita,kita yang tau gimana rasanya. Aku nggak pernah sekalipun malu kok jalan sama kamu. Ya,kamu ikut yaa,Kita silaturahmi sama keluargaku" kembali Andin membujuk suaminya.


 

Namun Al dengan tegas menggelengkan kepalanya dan membuat Andin akhirnya menyerah.


 

"Ndin,saya bukannya nggak mau nemenin kamu dan seolah lalai dengan tanggungjawab. Tapi saya belum sanggup kalau kamu dengerin mami atau siapapun berkata tak enak pada saya dan nyuruh kita untuk berpisah" sebelum masuk mobil menyusul anak-anak,tangan Andin ditahan oleh Al dan tatapan sendu Andin dapatkan dari mata suaminya.


 

"Mas..." Tanpa berkata Andin langsung memeluk tubuh Al

"Kamu hati-hati ya" Al mengecup kening Andin dan melepaskan pelukkan mereka


 

Mobil menjauhi pekarangan rumah dan Al menutup gerbang besar menjulang tinggi itu,membiarkan Andin bertemu keluarga nya. Ia siap menerima apapun keputusan Andin ketika pulang dari rumah mertuanya itu.


 

Hampir dua jam kemudian mereka akhirnya tiba di rumah Oma Sarah dan Opa Damar. Si kembar segera turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah besar milik keluarga Andin


 

"Omaa.... Opaa..." Teriak si kembar bersamaan

"Cucu-cucu opaa....Kangen banget sayang" ujar papi damar menggendong Rayfa sementara mami Sarah menggendong Reyna


 

"Ini aku bawain lovary cake buat mami sama Papi" ujar Andin ketika mereka tiba di ruang keluarga.


 

Reyna dan Rayfa segera berlari ke arah bunda Asha,kakak perempuan Andin yang sedang menggendong anak keduanya,Adam. Terlihat si kembar masuk ke dalam ruangan bermain yang memang mami Sarah dan papi damar siapkan untuk keempat cucunya ; Nasya,Adam juga si kembar Reyna dan Rayfa


 

"Ki....Kiki tolong pindahin ke wadah ya" teriak mami Sarah Membuat kiki,art di rumah ini menghampiri ruang keluarga


 

"Baik Bu... Oiya Mbak Andin mau dibikinin minum?" Tawar Kiki sebelum beranjak


 

"Teh manis aja ya ki" jawab Andin


 

"Bikin dua ya mbak?"


 

"Buat siapa aja ki" kali ini Mami Sarah yang balik bertanya


 

"Mbak Andin dan mas Al,kan?"


 

"Gaada aldebaran Ki,bikin satu aja" dengan sedikit ketus, papi damar menjawab membuat Kiki hanya mengangguk sambil menunduk lalu pergi ke dapur


 

"Oiya kamu udah urus surat-surat untuk mengajukan gugatan cerai kan Ndin?" Tanya mami Sarah dan langsung membuat Andin menatap tak suka


 

"Apaan sih mami ini? Nggak ada yang mau cerai ya" jawab Andin dengan tegas membuat Mami Sarah menyentuh kepala dan memijitnya pelan


 

"Buat apa kamu mempertahankan suami yang nggak bisa nafkahin kamu secara lahir?" Kembali mami Sarah bertanya membuat Andin makin marah saja, ia tak suka Al dibilang seperti itu


 

Sementara papi damar hanya menyimak pembicaraan mereka


 

"Mami,apa hidup selalu tentang uang? Toh Andin bahagia kok mencari nafkah buat keluarga. Dan mas Al,dia jaga si kembar dengan sangat telaten. Jarang kan ada suami yang dengan ikhlas mengasuh anak kembar sekaligus?" Andin menyuarakan kebenaran yang memang selama ini ia pendam


 

"Tapi ini kewajiban dia. Dan kamu berhak mendapatkan kewajiban itu Ndin"


 

"Mami ini kalau bicara hak dan kewajiban kenapa nggak ngedo'ain supaya mas Al bisa kembali dapat kerjaan sih Mi? Malah menyuruh bercerai yang jelas-jelas nggak disukai sama Tuhan. Itu juga kewajiban mami sebagai orang tua yang mendo'akan yang baik-baik untuk rumah tangga anaknya. Dan aku,berhak juga untuk bicara sama mami kalau memang keinginan mami nggak benar" kali ini Andin menangis,ia tak sanggup menerima semua ini. Di satu sisi mami Sarah adalah ibu kandungnya,ia begitu berjasa untuk dirinya. Tapi di sisi lain Aldebaran juga adalah suaminya, imamnya menuju Syurga


 

Tak pernah terbayangkan sore itu Aldebaran pulang kantor menggunakan angkutan umum. Dengan wajah lusuh dan pakaian yang acak-acakan,Andin tetap menyambut suaminya pulang. Al menangis di pelukkan Andin tanpa bicara apapun. Andin juga tak memaksa suaminya untuk langsung bercerita. Ia tetap menjalani kewajibannya sebagai seorang istri dan menenangkan si kembar yang tiba-tiba bingung ketika papanya hanya mengurung diri dan tak mengajaknya bicara. Akhirnya 3 hari kemudian Al mulai mendekati Andin dan mengajaknya berbicara. Kebetulan si kembar sedang tidur siang


 

"Saya sudah bukan CEO perusahaan Ndin. Maafkan saya ya,saya bukan suami dan papa yang sempurna. Sekarang saya sudah nggak punya apa-apa, mungkin hanya rumah ini" Aldebaran kembali menangis membuat Andin kaget dan sekaligus sangat iba pada suaminya


 

"Kamu jangan bilang gitu Mas. Coba kamu jelasin kenapa semua ini bisa terjadi?" Tanya andin yang memang sudah menuntut jawab dari hari kemarin


 

Akhirnya Aldebaran mulai bercerita. Ia diajak berinvestasi perusahaan,mobil dan beberapa tabungannya di teman lama yang memang sudah lama tak bertemu. Awalnya Al menolak karena ia sedang beradu tender dengan perusahaan lain. Tapi teman lamanya itu terus membujuk dan mengiming-imingi kalau investasi ini berhasil, perusahaan Al akan membuka cabang di luar negeri. Tentu aldebaran sangat tertarik,ia ingin melebarkan sayap untuk bisnis yang memang sangat menguntungkan ini


 

Salahnya Al,ia tak bicara pada Andin untuk bertukar pendapat. Ia justru merahasiakan ini dengan alasan perusahaan di luar negeri yang akan menjadi miliknya adalah kado ulang tahun untuk Andin. Sampai akhirnya,sebulan kemudian atau tepatnya 3 hari yang lalu semua habis tak tersisa lagi. Ternyata teman Al memang tertipu oleh perusahaan luar negeri dan orang itu kabur ke daerah Afrika. Tentu awalnya Al marah dan tak terima,namun ia memang melakukan kesalahan fatal disini. Di atas materai ia bubuhkan tanda tangan berisi perjanjian yang berbunyi 'bila salah satu kalah,maka semua investasi akan jatuh kepada lawan nya begitupula sebaliknya. Pihak yang kalah tidak menerima sepeserpun dan semuanya harus di serahkan kepada investor yang menang'


 

Tentu Aldebaran yang saat itu yakin akan berhasil Investasi langsung menandatangani perjanjian. Teman Al juga sama,ia kehilangan mobil dan rumahnya,tapi tidak dengan perusahaannya. Setidaknya temannya itu masih bisa hidup karena perusahaan penghasil uang tak jatuh ke tangan orang lain. Berbeda dengan Al,hanya rumah mewah ini yang tersisa dan tentu saja tak menghasilkan pendapatan


 

Andin awalnya juga begitu kecewa terhadap semua yang telah terdengar dari mulut suaminya sendiri. Namun kembali ia sadar,bahwa ini bukan yang diinginkan oleh Al.


 

Ia mencoba sabar dan mengobati Al yang murung di rumah bahkan tak mau bertemu dengan orang luar. Semua pegawai di berhentikan dengan pesangon seadanya,menghabiskan sisa tabungan Al

Andin mulai berpikir kalau hidup tak bisa terus seperti ini. Sedangkan Al masih belum bisa menata hatinya untuk kembali ke dunia kerja.


 

Akhirnya Andin putuskan untuk bekerja dan kini ia sudah menjadi kepala cabang. Inilah yang membuat nya jarang memiliki waktu untuk Reyna dan Rayfa. Bagai mimpi buruk,semuanya hancur karena uang. Bahkan kini maminya pun menyuruh pisan dengan aldebaran


 

"Andin kamu melawan sama mami? Mami ini yang mengandung dan melahirkan kamu,mami yang mendidik dan membimbing kamu, bukan aldebaran" balas mami Sarah dengan amarah


 

Papi damar mulai bertindak. Ia mengusap bahu mami Sarah yang tersulut emosi


 

"Mami. Coba lihat papi..." Ujar papi damar berusaha menenangkan istrinya


 

Awalnya mami Sarah tetap keras namun lama kelamaan ia juga luluh


 

"Mami pengen Andin hidup bahagia kan?"


 

"Mami pengen cucu-cucu kita bahagia dan kita bisa selalu melihat kebahagiaan mereka walau dari kejauhan kan?"

papi damar masih saja mengelus tangan kanan mami Sarah. Sementara Andin juga mulai menetralkan perasaan dan mengusap air matanya


 

Akhirnya hanya anggukan yang lalu damar dapatkan


 

"Mi... Kamu denger ya,bahagia Andin itu Aldebaran. Begitu pula Reyna dan Rayfa,mereka sudah terlalu jatuh cinta pada papanya"


 

"Kita nggak bisa memisahkan secara paksa karena itu kebahagiaan mereka. Walau menurut pandangan kita aldebaran bukan pria yang baik karena tidak menafkahi Andin dan si kembar secara lahir ,tapi menurut mereka kebalikannya,Mi"


 

"Mami jangan seperti ini lagi ya,papi yakin mami ingin selalu melihat kebahagiaan Andin dan si kembar tapi mami harus terima kalau orang yang membuat mereka bahagia itu ya aldebaran. Lagian, Aldebaran juga tidak pernah kdrt atau berselingkuh juga menelantarkan Andin dan anak-anaknya kan?"


 

Kembali deraian air mata makin lolos saja dari mata mami Sarah, begitupula Andin yang mengingat masa-masa sulit. Di satu sisi ia harus selalu tersenyum di hadapan anak-anak tapi di sisi lain ia juga kebingungan bagaimana membantu menyembuhkan luka hati Al. Dua bulan Al berkonsultasi dengan psikiater,bahkan sebulan Al harus mengkonsumsi obat-obatan agar psikis dan fisik nya dapat kembali ke semula


 

"Iya,Papi benar. Mami sudah salah selama ini. Pikiran mami dilanda rasa cemas kalau Andin masih hidup kekurangan dengan Al bagaimana bisa membesarkan si kembar dengan baik? Mami ingin kalian bahagia" kali ini mami Sarah berpindah duduk menjadi di dekat Andin


 

"Ndin...maafin mami ya,papi kamu benar. Kalau kebahagiaan kamu itu nggak bisa di paksakan oleh pandangan mami yang ingin kamu selalu bahagia tanpa tau bagaimana prosesnya"


 

Akhirnya Andin memeluk erat tubuh mami sarah,ia tumpahkan keluh kesahnya selama ini. Andin tak selalu mengadukan karena ini adalah rumah tangganya dan terdapat privasi di dalamnya walau pada orangtua Sekalipun


 

"Maafin Andin juga yang selalu mengekang keinginan mami karena jujur Andin stress ditekan seperti ini oleh Mami terus menerus"


 

Masalah dengan Mami Sarah pun akhirnya selesai,Andin dengan gembira membawa si kembar pulang ke Jakarta.


 

Mereka sangat riang selama di perjalanan dan Andin pun menjadi semakin semangat bertemu Al. Walau suaminya itu tidak memiliki pekerjaan,namun Al adalah pilihannya. Pahit getir atau manisnya dalam berumah tangga harus ditelan. Karena mereka sudah berjanji, mengikatkan dua raga dalam satu kepercayaan, berjanji untuk seiya sekata dan tak boleh mengingkarinya


 

"Oiya Mama belum tau kan kalau papa suka bikin dan edit video?" Ketika baru saja keluar dari pintu tol,Reyna mengajak bicara Andin . Si kembar duduk di bangku belakang dengan membawa beberapa mainan


 

"Video apa? Buat apa reyn?" Tanya Andin penasaran


 

"Papa suka bikin video dan kasih tau orang-orang supaya jadi berguna" kali ini Rayfa yang berkata dan Reyna mengangguk setuju


 

Andin menatap kedua buah hatinya dari kaca yang disimpan dan tentunya memantulkan bayangan si kembar

Karena begitu penasaran,Andin sampai meminggirkan mobil lalu berpindah duduk menjadi di belakang agar bisa bicara dengan si kembar


 

"Dari kapan papa bikin video itu?" Tanya Al pada keduanya


 

"Lumayan lama sih ma, pas mama udah kerja. Nah papa tuh suka ngomong di depan kamera terus bicara kerja-kerja gitu. Aku sama Rayfa suka dengerin kok"


 

"Iya Ma,papa itu kadang bikin video pakai baju kerja tapi ga ke kantor" kali ini Rayfa yang bercerita


 

'Deg' Andin benar-benar tidak tau tentang ini.

 

"Apa mas Al bikin konten tentang kantor ya? Mungkin dia sharing ke orang-orang bagaimana jadi pengusaha muda yang sukses" kembali Andin bertanya-tanya di dalam hatinya


 

"Yaudah kalau gitu,kita lanjutin jalan ya" Andin mulai turun dan berpindah duduk di tempat kemudi


 

Diperjalanan mereka habiskan dengan bernyanyi lagu-lagu anak kesukaan Reyna dan Rayfa. Andin begitu senang,kedua buah hatinya tumbuh dengan sehat dan cerdas


 

Mereka pun akhirnya tiba di rumah,si kermbar langsung berhamburan keluar sementara Andin harus menyimpan mobil di garasi terlebih dahulu.


 


 

"Papa... Aku sama reyna udah pulang" Rayfa berlari dan terlihat aldebaran baru saja keluar dari kamar mandi.

Tentu aldebaran langsung merentangkan kedua tangannya dan di sambut oleh tubuh si kembar yang menempel dengannya


 

Al menciumi pucuk kepala reyna dan Rayfa bergantian. "Papa sayang banget sama kalian" Al mengeratkan pelukannya pada tubuh si kembar. Andin mulai memasuki rumah dan melihat pemandangan yang begitu menyejukkan mata

------


 

Tepat pukul sepuluh malam ketika Al baru saja mengecek pintu dan mengunci pagar ia melihat Andin yang sudah duduk di ruang keluarga


 

"Ayo kita tidur Ndin"


 

"Bentar mas,ada yang mau aku bicarakan"


 

"Keputusan kamu sudah bulat Ndin?" Aldebaran kembali insecure dan menduga kalau andin akan menggugat cerai


 

"Mas...Justru aku makin sayang sama kamu. Mami udah sadar kok,dia udah menerima lagi kamu sebagai menantunya. Dia akhirnya sadar kalau kebahagiaan aku dan anak-anak itu ya kamu, Aldebaran Algibran"


 

Senyuman merekah di bibir Aldebaran. Akhirnya ini saat-saat yang memang ditunggu olehnya, keluarga Andin kembali menerimanya seperti dulu


 

"Dan aku mau nanya sama kamu... Tadi anak-anak bilang kalau kamu suka bikin video pake kemeja dan jas terus jelasin tentang perusahaan gitu. Kamu bikin konten mas?"


 

Aldebaran terpejam,akhirnya Andin mengetahuinya dari si kembar. 3 bulan ini ia merintis karir lewat media sosial. Menjadi inspirator bagi pengusaha agar bisa mempertahankan perusahaan dan membagikan kiat-kiat menuju sukses


 

"Iya,saya bikin konten tentang menjadi pengusaha yang baik dan bisa meraih kesuksesan"


 

"Makin cinta aku mas sama kamu. Aku memang percaya dan yakin,kalau kamu akan kembali produktif walau di rumah dan sambil mengurus anak-anak. Terimakasih ya Mas"


 

"Ndin... Ini kewajiban saya. Akan saya lakukan semua untukmu,untuk anak-anak agar kita bisa terus bareng-bareng ya. Saya hanya ingin memantaskan diri agar bisa menjadi pendamping kamu. Makanya saya memutar otak dan hasilnya memuaskan,banyak yang menonton dan ingin saya lebih banyak mengupload konten-konten bermanfaat tentang menjadi pengusaha"


 

"Uhh sayangg... Terimakasih banyak ya mas. Walau banyak badai yang menghadang kita selama hampir setahun ini banyak sekali, tapi kepercayaan selalu kita pupuk ya agar tidak pernah layu apalagi mati" Andin memeluk tubuh Al , merasakan kasih sayang dan tanggung jawab yang diberikan padanya sangatlah berarti. Dari awal ia tak pernah peduli ocehan orang-orang tentang suaminya yang tak bekerja dan alhasil kini ia bisa membuktikan kalau Al bisa menghasilkan uang walau di rumah


 

"Maafin saya ya Ndin. Setelah ini terserah kamu,mau resign atau tetap bekerja. Yang jelas saya akan mulai menabung untuk mendirikan perusahaan baru dan akan tetap menjadi konten kreator yang bermanfaat untuk khalayak ramai"


 

Andin yang begitu terkagum-kagum oleh kegigihan suaminya,ia kembali merengkuh tubuh kekar pria dihadapannya dengan penuh rasa cinta. Semua rasa sakit yang pernah singgah kini perlahan memudar. Andin yakin,semua yang Al lakukan untuknya adalah rasa cinta yang akan selalu seperti ini begitupula sebaliknya


 

"Love u so much ,Mas"



"Love u more,then,now and always Ndin" kening mereka bersatu dan lumatan di indra perasa makin di perdalam saja

-------


 

Selesai