Contents
MAYAT HIDUP
Chapter 3
”Kamu sudah cantik sekali ku dandani malam sudah selayaknya kamu jadi istriku, malam ini akulah suamimu mayat tercintaku” Pak Kasep dengan kasar membuka selimut mayat ibu belia itu, dan langsung tidur disebelahnya memeluki mayat ibu belia itu penuh senyuman Trasta terbangun mendengar suara anak kecil memanggilnya. Dia terlelap di ruang periksa dengan keadaan bajunya setengah terbuka. Disibakkannya korden ruang periksa itu. Trasta melihat anak kecil berlari keluar dari ruangan itu sambil teriak Papa ikut aku, ayo ikut aku. Trasta bebenah diri dan segera mengikutinya. Trasta keluar dari ruangannya mencari kemana arah anak kecil tadi.
Pah sini Pah ayo sini, panggil anak kecil itu. Trasta segera menghambur mengikuti anak kecil itu berlari menuju koridor belakang Trasta mengikuti lari dan suara anak kecil itu hingga anak kecil itu memasuki kamar mayat. Trasta memasuki kamar mayat itu. Trasta membuka pintu kamar mayat, anak kecil itu tidak ada. Trasta berusaha mencarinya diantara beberapa mayat yang terbujur. Tiba-tiba tangannya digandeng anak kecil itu. Pah Mama kan ada disini. Tangan Trasta ditariknya menuju kearah mayat yang tergeletak disitu. Trasta mengikutinya. Mama lagi bobok disini Pah. Trasta membuka tutup kepala mayat itu. Dan ternyata istrinya yang tergolek terpejam dan tiba-tiba matanya melelehkan darah seakan nangis darah. Anak kecil itu tertawa. Trasta histeris teriak aaaaaaaggggggghhhhkkkhhhhh!!!!!!!!!!!!!!! Trasta histeris teriak dan terbangun dari tidurnya yang sedang berpelukan tidur bersama Suster Ina. Suster Ina menenangkan. “Pak sadar Pak, Bapak mimpi buruk Pak” Tapi Trasta melihat kalau suster Ina berubah menjadi istrinya yang memarahinya kalau dia pasti selingkuh disini.
“Gila kamu Mas, dasar kamu tidak pernah bisa berubah dari dulu” umpat penampakan Istrinya pada Trasta Trasta menyangkalnya tapi istrinya menunjukkan Suster Ina yang sedang duduk diatas meja kerjanya sedang menangis. Trasta dengan emosi menerkam Suster Ina dan mencekiknya hingga suster Ina kesulitan bernafas, sekalipun suster Ina berusaha meronta melawannya tapi tak terlepaskan cekikan itu. Apa daya tenaganya tak mampu melawan kekuatan cekikan Trasta. Begitu mau mati, suster ina berubah menjadi Pima istrinya yang dicekik hingga mau mati itu. Trasta menoleh kanan kiri mencari dimana istrinya yang dari tadi menyaksikan pembuktian bahwa Trasta lebih mencintai istrinya dan ingin mencelakai suster ina yang dianggap penggoda. Tapi semua itu membingungkan Trasta Suster ina terbatuk-batuk terlepas dari Trasta dan berusaha menjauh dari Trasta. Trasta tersadar dan meminta maaf terhadap Suster Ina.
“Maafkan saya Ina maafkan saya” Pak Kasep diam-diam mengintipnya dari balik jendela belakang. Trasta meminta maaf dan berusaha menghampiri suster ina yang diam-diam telah mengambil gunting. Trasta berusah mendekapnya namun gerakan tangan suster ina mengayunkan gunting mengenai leher Trasta dan gunting itu menancap dileher Trasta. Suster Ina berlari keluar dari ruangan itu. Trasta mencabut guntingnya dan menahan darah yang keluar mengucur. Trasta mencari obat penahan sakit dan pereda keluarnya darah. Lalu dicarinya benang dan jarum untuk menjahit lukanya. Dijahitnya sendiri lehernya yang berdarah itu didepan cermin. Namun tatapan Trasta berangsur-angsur surup tidak jelas dan Trasta terjatuh menahan sakitnya dan menikmati penyiksaan akhir ajalnya itu hingga matanya terpejam perlahan. Mata Trasta terbuka tiba-tiba dengan nafas tersengal-sengal penuh tekanan. Disampingmua terbangun dari tidurnya SUSTER LUSI mengenakan daster seksi. Dia berusaha menenangkan Trasta. Mengambilkan minum dan menyuruh Trasta minum.
Trasta dituntun minum. Dia meneguk beberapa teguk hingga berangsur-angsur tenang. Suster Lusi menenangkan dan memeluknya. “Kamu mimpi buruk lagi sayang” ujar Suster Lusi meneduhkan Pintu diketuk berkali-kali. Lusi hendak bangkit untuk membuka pintu tapi ditahan oleh Trasta karena Trasta sendiri yang ingin membukanya. Pintu dibuka Trasta ternyata Pak Kasep “Pak ada yang bunuh diri di klinik, bapak mesti segera kesana” lapor Pak Kasep pada Trasta, “warga heboh ada yang mati di klinik.” Pak Kasep mengajak Trasta untuk mengunjungi klinik segera Pak Kasep dan Trasta menyeruak kerumunan warga. Dan didapatinya suster ina menggantung diri di lorong klinik dengan tambang. Pak Kasep segera mengajak warga untuk menurunkan mayat suster ina. Trasta shock masuk ke ruangannya Pima terbangun dari tidur melihat suaminya pulang memasuki kamarnya. Meletakan koper dan tas kerjanya.
Lalu dia ke kamar mandi. Pima menegurnya tapi seperti tidak dengar. Pima segera bangun dan menuju kamar mandi. Pima melangkah menghampiri pintu kamar mandi, begitu pintu itu dibuka dia melihat suaminya mandi tanpa melepas baju dan celana dan terduduk menangis. Mas kenapa tanya Pima sambil terus menghampirinya. Suaminya meminta maaf kalau dia khilaf mengkhianiti istrinya terus menerus, dia mengaku tidak bisa merubah sifat, nasib dan kutukannya hingga dia mati. Pima memeluknya, dan untuk perlahan membisikinya, ”upaya memperbaikinya itu harus kamu awali dengan niat suci Mas, dan jangan letih selalu mendekatkan diri pada Allah, jangan pernah meninggalkan sholat dan ngaji. Itu kuncinya Mas” Suaminya menangis semakin jadi seperti benar-benar menyesali perbuatannya. Dan dia tidak akan kembali lagi ke Makassar karena banyak godaan dan kejadian aneh.
Dia ingin selalu didekat istrinya. Tapi tiba-tiba 3 sosok menyeramkan yaitu hantu suster ina dan ibu belia serta suster lusi menyeret Trasta keluar dari kamar mandi itu. Pima berusaha memegangi suaminya tapi tak kuasa kalah kuat dengan hantu-hantu itu. Dan seakan ada yang memegangi Pima dari dalam tembok kamar mandi itu dan membekap mulutnya. Pima membelalak. Mata Pima terbuka masih membelalak dan dia tersadar dari mimpi buruknya. Dia segera bangun dari tempat tidurnya dan membuka lemarinya mengeluarkan tas dan kopornya lantas mengisi kopornya dengan baju-bajunya. Pak Kasep menyisir mayat suster ina, membedakinya dan melipstikinya. Sehingga mayat suster Ina tampak cantik. Pak Kasep menatapnya penuh kebahagiaan Suster Lusi bangun tidur mengambil gelas bening memasuki toilet dengan masih ngantuk. Dia menampung air kencingnya dan meletakkan di dekat cermin toilet. Lalu disobeknya bungkus test peck dan mencelupkan test pecknya kedalam gelas berisi air kencing itu PIMA dengan keadaan hamil tua, telah sampai di bandara Ujung Pandang dan dijemput temannya ZITA.