Contents
MAYAT HIDUP
Chapter 2
Hanya suara-suara alam yang jadi perlambang Bahasa Getaran dua insan tanpa penghalang apapun. Ina akhirnya larut dalam dekapan Trasta. Dan malam itu mereka melakukan hubungan perlambang jalinan mereka semakin intim. Keesokan harinya Trasta dibangunkan suster INA seperti tidak percaya dengan apa yang telah terjadi. Keduanya jadi semakin intim seperti sudah kenal lama. Ina telah mempersiapkan perlengkapan mandi. Ina suster itu juga telah merapikan meja kerja dokter, namun bayangan-bayangan Trasta mulai aneh, dia seolah melihat suster ina itu merangsang Trasta untuk melakukan hubungan lagi diatas meja. Trasta pun terdorong merapat ke meja dan membuka kancing baju suster satu per satu namun seketika tersadar dia masih terduduk di sofa. Air mengocor dari shower, Trasta mandi tiba-tiba muncul suster Yuyum dan suster Lusi ikutan mandi dan menyabuni Trasta namun sekali lagi Trasta terkejut itu semua tidak ada hanya karena busa sabunnya masuk ke mata sehingga terasa perih.
Seusai mandi, Trasta mencari handphone nya tidak ketemu. “Ina sayang kamu lihat handphoneku yang saya cas disini gak?” Ina sudah tidak ada ditempat itu “Ina Ina dimana kamu?” Trasta masih mencari handphonenya sambil beberes mengenakan kemaja dan celana ganti karena dia harus rapi sebelum semua karyawan datang pagi itu Seorang Pasien hamil diantar suster untuk periksa. Saat melakukan pemeriksaan kandungan, Trasta diraba oleh suster Lusi yang mengasisteninya dan pasien hamil itupun menggerakan kakinya mencoba menggoda Trasta. Begitu Trasta tersadar, suster Lusi mengingatkan supaya Dokter jangan melamun pasiennya menunggu. Trasta segera melakukan tugasnya pemeriksaan wanita belia yang hamil tua itu. Sore hari mobil Trasta masih mogok. Sehingga Pak Kasep datang membawa vespanya untuk memboncengkan Trasta ke kontrakan yang disediakan. Kontrakan itu ternyata rumah Pak Kasep yang lama tidak ditempati. Pak Kasep pulang. Trasta masuk ke rumah itu. Trasta dikejutkan banyaknya kucing yang berseliweran di sekitar rumah itu.
Bahkan salah satu kucing ada yang mengejutkan Trasta hingga kepeleset dan jatuh terbanting. Dalam pandangan nya yang berangsur-anggur semakin tak jelas dan lama-kelamaan Trasta pingsan Tengah malam SUSTER INA membangunkan Trasta. Trasta mencari handphonenya. “Saya harus beli handphone lagi..” ungkap Trasta pada Ina...”Kamu bisa temeni saya beli handphone lagi di kota gak, gimana saya supaya bisa ke kota beli handphone lagi, istri saya pasti menelfoni saya terus tapi tidak bisa” “Mau naik apa kesana Pak, jauh dari mana-mana daerah sini” ucap Ina Trasta mulai merasakan keanehan. Tatapan Ina, lenggang lenggok Ina, tutur ucap Ina, segala gerak-geriknya Ina seakan menggoda dan mengundang daya rangsang yang tak kan mampu dibendung lelaki manapun Terkadang suster ina berubah menjadi wanta lain yang selalu muncul setiap berhubungan dengan suster ina dan terkadang suster ina menjadi makhluk berbulu lebat dan rambutanya acak-acakan semacam gendruwo.
Sekalipun Trasta menyadarinya namun dia sungguh terpedaya seperti terkunci tak mampu mengelakkannya lagi, bahkan daya pikir dan self controlnya pun seperti hilang begitu saja. Semua yang terjadi semacam kewajaran yang harus terjadi Tiba-tiba pintu rumah diketuk dengan keras dengan suara minta tolong. Trasta mengenakan pakaiannya dan membuka pintu, ternyata Pak Kasep membawa wanita hamil mau melahirkan. Trasta menanyakan,” suaminya dimana?”. Pak Kasep jawab,” Dia hamil diluar nikah dan tidak bisa digugurkan sehingga dia minggat ke desa Merah Delima sini.” Wanita itu masih belia, dia terus meronta sudah waktunya melahirkan. Trasta memeriksanya. Suster ina diantara daun pintu mengintipnya memperhatikan wanita yang mau melahirkan itu. Trasta menyiapkan suntikan pacu kelahiran. Terkadang Trasta melihat wanita belia itu berubah seram. Wanita itu terus berusaha melahirkan.
Trasta menyuntikannya. Dengan berjuang sekeras tenaga Trasta berupaya melahirkan bayi dari sang ibu belia itu. Wanita belia itu selalu membuang pandangan kearah Trasta terkadang senyum menggoda. Terkadang berubah menjadi PIMA istrinya yang berusaha melahirkan. Terkadang menjadi wanita dalam mimpi buruknya. Terkadang kembali jadi wanita belia itu dan mengeluarkan taring dari mulutnya. Selang beberapa saat, bayi keluar tanpa suara. Trasta seakan shock melihat bayi mati keluar dari PIMA istrinya tercinta. Dan dia tiba-tiba menangis meratapi anaknya yang lahir dalam keadaan mati. Pak Kasep menyadarkan kembali. “Pak, Bapak, bayinya sudah lahir jangan nangis Pak” Ibu belia itu lemas terpingsan penuh keringat. Bayi yang tak bersuara itu diserahkan Pak Kasep.
Bayi itu mati ditangan Pak Kasep. Trasta tersandar duduk merasa gagal menyelamatakan mereka. Pak Kasep memeriksa denyut ibu belia itu ternyata sudah tidak bernyawa. Trasta seperti melihat istrinya tergolek mati menatapinya. Tangan Pak Kasep menutupkan mata ibu belia yang terbelalak kearah Trasta. Suster ina masih mengintip dibalik celah pintu kamar. Malam itu Pak Kasep menguburkan bayi itu sendirian dibawah pohon yang rimbun. Hanya diterangi lampu kabut di tengah malam gulita. Setelah menggali cukup dalam, dipungutnya bayi itu ditatapnya dan dimasukkannya kedalam liang lahat untuk dikuburkannya PIMA berkali-kali nelfon tidak bisa terhubung. Dia menelfon sahabatnya minta informasi adakah teman seangkatannya mereka kuliah yang tinggal di Makassar.
Namun tiba-tiba terdengar suara bayi dalam perut Pima memarahi tidak usah cari-cari Papa tidak usah ganggu-ganggu Papa. Pima terbingung dengan sendirinya. Perutnya bergerak-gerak. Dia hendak mengambil bantal guling ternyata bantal gulingnya itu menjadi berat. Saat dilihatnya suaminya telah menjadi pocong. Pima berteriak histeris. Pak Kasep membersihkan mayat ibu belia. Merapikan rambutnya. Pak Kasep mendorong mayat ibu belia itu kedalam kamar mayat. Dibukanya tutup kepala mayat ibu belia itu. Ditatapnya mayat ibu belia itu.