Contents
Cinta Muda Di Ujung Senja
Chapter 3
Tentu saja aku membantah hal itu, aku menjelaskan ke papa bahwa itu tidak mungkin terjadi.
“pa! Usiaku masih 16 tahun, sedangkan Muda usianya 25 tahun, lagian aku juga gak tertarik sama Muda!” Ujarku
“usia bukan masalah Cinta, jarak usia kamu sama Muda masih wajar kok. papa yakin dia bisa menjadi imam yang baik buat kamu” Ujar papaku
“Iyaa Cinta, mama dan papa sudah kenal banget sama Muda. Biarpun dia terlihat cuek, tapi dia sangat menjaga keluarga kita, terutama kamu” Ujar mamaku
“Pokoknya aku gak mau pa, ma” Ujarku
Aku pergi dari situ.Saat itu aku pergi keluar sendirian, aku bete banget sama papa sama mama. Aku telpon Rendi tapi gak diangkat-angkat. Tiba-tiba ada cowo-cowo yang ngedeketin aku dan genit lagi, aku takut banget.. aku berusaha menghindar dari mereka, tapi mereka berhasil memegang tanganku.
Tak lama seseorang datang langsung menghantam mereka dengan pukulan, ya dia adalah Muda. Mereka semua kabur terbirit-birit.
“Makasih. Tapi kamu kok bisa ada disini?” Ujarku agak jutek
“Kebetulan aku lewat” Ujar Muda
“Yaudah kalo gitu, aku bisa pulang sendiri” Ujarku
“Pulang sama aku aja” Ujar Muda
“Gapapa, aku lagi nungguin Rendi” Ujarku dengan gengsi
Tanpa ngomong apa-apa, Muda langsung pergi. Jujur sebenernya aku takut, tapi aku masih berusaha buat telfon Rendi buat ngajak ketemu, aku chating Rendi tapi gak dibales-dibales juga. Aku nunggu di tempat duduk di taman sampe 1 jam lebih, tapi Rendi gak juga dateng. Tak lama Muda malah dateng lagi nyamperin aku, aku kaget banget.
“Mau nungguin sampe jam berapa lagi?” Ujar Muda
“Muda? kamu bisa nyamperin aku lagi? Bukannya kamu udah pulang?” Ujarku
Dalem hati aku berbicara, jangan-jangan Muda ngikutin aku terus.
“Pacar kamu gaakan datang nemuin kamu” Ujar Muda
“Gak usah sok tau deh” Ujarku
Aku tetep gengsi, terus aku beranjak dari tempat duduk dan menyuruh Muda pergi.
“Udah kamu pulang sana! Dan jangan ikutin aku lagi.” Ujarku
Pas aku mau melangkah aku malah kesandung batu dan mau jatuh, tapi Muda dengan sigap menangkap tubuhku. Aku gak nyangka bisa bertatapan sedekat itu dengan Muda, tapi tiba-tiba aku tersadar. Namun Muda bukannya melepaskan aku tapi malah menggendongku dan membawa aku ke mobilnya.
“Muda! kamu kenapa sih?! Kamu udah berani kurang ajar ya sama aku?” Ujarku
Tanpa bicara apapun Muda langsung melajukan mobil dan menuju pulang, Muda mengantarkan aku sampai masuk ke Rumah. tuh orang bener-bener aneh, tapi aku berterima kasih sih sama Muda karena udah nyelamatin aku.
Keesokannya aku kebetulan libur sekolah, aku langsung telpon Sherly buat cerita. Akhirnya datang ke Rumahku.
“Sher, aku bener-bener gak habis pikir sama bokap dan nyokap aku. Yakali aku mau nikah sama orang kayak Muda, orangnya tertutup banget lagi. Yang ada ntar aku berasa nikah sama robot, dan anehnya lagi dia tuh sering tiba-tiba nongol kayak hantu” Ujarku
Pokoknya aku ceritain semua ke Sherly.
“ Mending kamu liatin ke aku deh, Muda itu kayak apa orangnya “ Ujar Sherly
“Yaudah kita ke Rumahnya sekarang. Mmm tapi aku bingung alasannya apa?” Ujarku
“mending kamu pura-pura minjem buku atau apa gitu” Ujar Sherly
“Tapi kamu inget kan aku pernah cerita kalo Muda itu penculik, nanti kalo kita diculik gimana?” Ujarku
“Kita harus bawa senjata, alat buat nyetrum! Iya kamu punya kan Cin?” Ujar Sherly
Kami pun menghampiri Muda di Rumahnya dengan mengantongi alat penyetrum, ya waspada aja takut diculik. Seketika kami tercengang melihat Muda yang lagi olahraga sambil angkat barbel. Tapi aku langsung tersadarkan, Sherly masih bengong sambil bilang cowo maco. Aku langsung injek kaki Sherly, Sherly teriak kesakitan. Muda langsung menoleh dan menghampiri dengan telanjang dada terus keringetan lagi, kenapa aku jadi deg-degan gini.
“Hei Cin, ada apa?” Ujar Muda
“’ha, itu.. anu.. aku mau bilang makasih soal semalem, maaf udah marah-marah juga” Ujarku dengan gugup
“Oh itu, kan kamu udah bilang makasih semalem” Ujar Muda
“”ha, i..iya sih, sebenernya aku sekalian mau pinjem buku, iya pinjem buku” Ujarku sambil gugup
“Buku apa? Aku kan udah lama tamat sekolah” Ujar Muda
“Buku apa ya.. eh itu buku Sejarah, iya sejarah, aku denger dari papa kamu suka baca sejarah” Ujarku
“gak juga tuh” Ujar Muda
“Ja..jadi gak punya yah?” Ujarku
“Tapi aku ada sih bukunya. Kamu ambil aja di kamar aku, aku mau mandi dulu. Masuk aja gapapa” Ujar Muda
Muda pun pergi dari hadapan kami. Aku sama Sherly akhirnya punya kesempatan buat masuk ke kamarnya. Sherly bilang Muda cowo idaman para cewe-cewe, kalo dia jadi aku dia gak akan nolak buat dijodohin sama Muda. Aku langsung menertawakan Sherly, aku kan udah punya Rendi yang jauh lebih keren dari pada Muda.
Di kamar Muda, ternyata banyak foto-foto tentang penculikan gitu. Aku langsung teringat sesuatu.
“Sher serem deh, mending kita pergi aja deh, fix dia penculik Sher” Ujarku
Tak lama Muda datang sambil membawa segelas air minum dan pisau, pikiranku sudah sangat takut. Ternyata Muda membawa pisau untuk memotong buah, aku legah rasanya. Muda tanya bukunya udah ketemu belum, aku bilang gak jadi pinjem soalnya pacarku nelpon mau ngajakin makan diluar.
Kami pun buru-buru keluar dari Rumah Muda, ntah kenapa Sherly sepertinya tertarik dengan Muda. Tapi aku bodo amat. Sherly pun pulang. Aku saat itu pergi dengan Rendi, Rendi kasih aku kejutan Happy Anniversary, aku seneng banget. Tapi aku agak aneh sih, Rendi kasih aku kejutan di sebuah kamar di hotel. Tapi aku tetap positif thinking, mungkin aja cuma sekedar kasih kejutan doang gak lebih. Namun tiba-tiba aku dikejutkan dengan kedatangan Muda yang tiba-tiba menghajar Rendi, aku mencoba menghentikan tapi gak bisa. Rendi terlihat sudah lebam diwajahnya, tapi Muda malah menarikku dan memaksaku naik ke mobil.
“Kamu keterlaluan Muda!, mau kamu apa sih?! kamu emang kakak angkat aku! tapi gak seharusnya kamu mencampuri urusan pribadi aku!” Ujarku
Aku mau balik lagi ke hotel, mau liat keadaan Rendi. Tapi ditahan oleh Muda.
“Aku Cuma gak mau kenapa-kenapa, kita pulang sekarang” Ujar Muda tetap dengan nada kakunya.
Sesampainya di Rumah aku menangis, aku telfon Rendi menjelaskan dan minta maaf. Untungnya Rendi udah diobatin. Aku sedikit legah.
Keesokannya lagi-lagi papa membahas tentang perjodohan itu. Dengan lantang aku melawan papa sampai sakit jantung papa kumat, papa harus dibawa ke Rumah Sakit.