Try new experience
with our app

INSTALL

Cinta Muda Di Ujung Senja 

Chapter 2

  Aku langsung menggedor pintu kamar papa dan mama dengan panik.
 

“Kenapa Cinta? kamu keliatan panik” ujar papa 
“Pa, bener kan aku bilang, Muda tuh orang yang aneh.. masa aku denger dia lagi telponan dia mau nyulik orang terus di bekap” Ujarku 
“Cinta.. Mana mungkin Muda begitu, kamu Cuma salah denger.. lagian paling Muda lagi bahas soal kerjaannya” Ujar papa 
 

  Aku sebel banget, papa bener-bener gak percaya yang aku bilang. Intinya aku harus waspada terhadap Muda. 
 

  Setahuku, Muda saat itu belum mempunyai pasangan, kata papaku dia kerja, tapi aku sering liat dia tidak pernah memakai baju kantor dan pergi ke kantor layaknya orang bekerja pada umumnya. Itu orang benar-benar membuatku curiga. Apalagi Muda orangnya sangat tertutup dan jarang ngomong. 

 

  Aku sudah tidak tahan bertemu sahabatku Sherly, buat ceritain semuanya. Aku bergegas pergi ke Sekolah. Aku menceritakan semuanya ke Sherly. 
 

“Pokoknya orangnya aneh, gayanya aneh, rambutnya gondrong, ngomongnya aneh, kaku banget lagi, sok ganteng sok segalanya lah.” Ujarku 
“hmm aku jadi penasaran sama orangnya” Ujar Sherly
 

  Saat aku pulang sekolah, aku diantar oleh Rendi. Yaps Rendi adalah pacarku, dia genteng, perhatian, keren lagi. Rendi sehabis mengantarku tidak pamit dengan kedua orang tuaku, itu terjadi beberapa kali. Hal tersebut membuat papa semakin tidak suka melihat aku berpacaran dengan Rendi. 
 

“Cinta, papa minta kamu jauhi saja Rendi. Papa liat dia bukan anak yang baik” Ujar papaku.
“Papa gak tau Rendi, yang pacaran kan aku.. udahlah pa, aku capek pulang sekolah udah diomelin.” Ujarku 
“sabar pa.. Cinta kan masih remaja, dia juga pasti belum terlalu memikirkan untuk serius” Ujar mamaku 
 

  Ketika makan malam, lagi-lagi papa membahas tentang hubunganku dengan Rendi. Aku Cuma bisa diam dan bete. Dan tiba-tiba papa bilang.. 
 

“Papa dan mama sudah sepakat bahwa kami akan menjodohkan kamu dengan Muda” Ujar papa 
“What?!” Ujarku 
 

  Mendengar itu, aku seakan tertelan sendok yang ada dimulutku.