Try new experience
with our app

INSTALL

Cintaku Di Ujung Jalan 

Kabar

  Masih hari yang sama ketika Dira berada di Toko Buku Kanaya. Dira tampak baru selesai dengan launching bukunya. Lalu dia melihat sosok yang familiar bagi dirinya. Dia lalu bangun dari duduknya. 
Ya, itu Sakti! Dia datang, duduk paling belakang, telat datang dan pulang duluan. Dira tidak sempat menegurnya.


  Dira penasaran akan Sakti yang pergi begitu saja. Apakah dia tidak mengingat Dira? Kenapa datang dan pergi begitu saja. Walaupun begitu, Dira tetap bersemangat dalam menulis proyek-proyek baru bukunya. Dira yang masih kesal, bertemu dengan Bian dan Riana untuk curhat di sebuah cafe favorit mereka. Dira bilang, dia ketemu Sakti. Bian dan Riana jadi penasaran, terus gimana. Sakti hanya datang di launching bukunya di Kanaya Book Store, tapi setelah acara sharingnya selesai, Sakti sudah gak ada. Bian dan Riana jadi pengen ikut nyariin teman mereka di kampus yang dekat dengan Dira itu. Dira juga sedikit berkeluh kesah dengan adik tirinya yang malah semena-mena berada di rumah seperti itu. 
 

  Hari minggu ini merupakan hari peluncuran buku Dira bersama buku lainnya di Book Store yang besar di Bandung. Selama perjalanannya menuju Book Store besar di Bandung, ia menemukan hal-hal yang mengingatkannya pada Sakti. Sesampainya di Book Store besar dan mempersiapkan peluncuran bukunya, ia terkejut kembali melihat Sakti. Sakti datang bersama adiknya Arisa ke Bandung untuk melihat peluncuran novel Dira. Setelah peluncuran, Dira mengejar mereka berdua. Sakti hanya memberikan senyuman lebar dan menjabat tangan Dira. Supirnya langsung menuntun Sakti masuk mobil. 
 

“Ris, Sakti kenapa?” Dira mencegat Arisa dan memegang lengan Arisa sehingga Arisa pun mau tak mau berhenti. 
“Eh, kak Dira...apa kabar kak?” Arisa mencoba mengalihkan perhatian. Dia terlihat bingung. 
“Please Ris, ada apa? Sakti kenapa ngga inget aku?”
“Mas Sakti...hmm...kehilangan ingatannya kak. Nanti aku ceritain besok yah, karena mas Sakti harus segera pulang.” Arisa kasih nomer telponnya. Dira hanya melamun sambil melihat kepergian mobil Sakti dan Arisa. 
 

  Dira tiba di sebuah rumah sakit di Jakarta tempat Sakti sering melakukan check-up. Dira mendapatkan ruangan dan waktu Sakti berkunjung dari Arisa. Saat mendekati ruangan tersebut, Dira disambut dengan kemarahan dan penolakan ibu Sakti. Dira kaget kenapa dia jadi dimarahi oleh ibunya Sakti. Arisa mencoba melerai mereka, dan membawa Dira ke tempat lain di sudut rumah sakit yang tenang. Arisa bercerita bahwa Sakti mengalami kecelakaan tepat ketika Dira akan terbang ke London. Kecelakaan mobil tersebut cukup parah hingga membuat benturan yang hebat di kepala Sakti. Awalnya Sakti baik-baik saja, namun setelah beberapa bulan, Sakti sering mengalami sakit kepala hebat. Secara berangsur-angsur, ingatannya hilang. Kini Sakti divonis geger otak stadium 3. Air mata Dira terus berlinang kala Arisa menceritakannya. Dirinya hanya bisa terdiam dan tidak menyangka apa yang dialami Sakti. 
 

  Di jalannya pulang, Dira masih terus menangis mengingat Sakti. Dira mengingat banyak hal yang ternyata Sakti lakukan kepadanya saat di masa-masa kuliah. Saat Dira pulang dari perpustakaan malam-malam, dia diganggu preman dekat kampus. Namun ternyata Sakti datang dan melawan para preman tersebut. Karena melindungi Dira, Sakti kena pukul sama seniornya sampe babak belur. Dira mengobatinya, namun Sakti enggan menerimanya. Hingga, saat Dira  berlari-lari saat hujan karena dia ada ujian, Sakti datang menjemputnya mengendarai motor. Jas hujan Sakti diberikan pada Dira, Sakti melindunginya lagi. Sakti selalu datang ketika Dira membutuhkannya. Dira kembali sadar dari lamunannya sambil mengusap air matanya.
 

  Sesampainya di rumah, Dira yang melihat ayahnya sedang membaca koran langsung dipeluknya. Ayahnya heran kenapa Dira menangis dipelukannya. Dira kemudian menceritakan semuanya. Ayahnya menenangkannya, dan memberikan Dira kesempatan untuk coba merawat Sakti. Namun Dira khawatir dengan Alvin, apakah dia akan berubah dengan sikapnya itu. Ayahnya bilang, Alvin dan ayah akan baik-baik saja. 
 

  Arisa datang pada tempat workshopnya Dira. Lalu bercerita bahwa minggu depan Sakti akan melakukan pengobatan di Singapore. Sebaiknya Dira datang untuk mengantarnya berangkat. Dira langsung memutuskan untuk membatalkan semua meeting dan workshopnya. Dia ingin merawat Sakti selama pengobatannya. Arisa bilang dia harus membujuk ibunya dulu dan Dira harus memperkenalkannya lagi pada Sakti hingga dia mau ditemani. 
 

  Dira datang ke rumah Sakti. Sakti langsung menyambutnya dengan ramah karena dia menganggap dia dijenguk oleh penulis novel favoritnya. 
 

“Hai, Nadira. Senang bisa ketemu kamu lagi.”
 

  Dira mencoba menyembunyikan air matanya namun dia tetap tersenyum lalu menjabat tangan Sakti.
 

“Mas, kak Dira ini akan ngerawat mas selama di Singapore.” 
“Hah, serius? Kenapa Dira, bukan kamu atau mama aja Arisa? Dia harus selesaikan sequel novelnya.” 
“Kamu..kamu ngga usah khawatir Sakti, aku bisa kerjakan sambil ngerawat kamu.” Dira coba jelasin sama Sakti
“Tapi kita ngga saling kenal, kenapa kamu mau bantu aku terapi?”
 

  Dira tertegun dengan apa yang Sakti ucapkan, tapi dia tetap tenang. 
 

“Seseorang pernah bilang, ngga perlu ada alasan untuk berbuat baik. Selama itu memang baik.” Dira mengucapkan itu dengan pelan ke Sakti. Sakti lalu hanya tersenyum dan akhirnya bilang terima kasih. 
 

  Arisa dan ibunya Sakti hanya saling berpandangan dari belakang. ibunya Sakti akhirnya bisa menerima niat baik Dira.