Try new experience
with our app

INSTALL

Ding..! Hai! 

Kesempatan Terakhir

Keesokan harinya, Delvin terlihat cemberut dengan tatapan kosong sambil memegang sebuah kotak yang berisi peralatan kerjanya. Ini adalah hari terakhir Delvin sebelum ia dipindahkan ke kantor cabang di kota lain. 
“Aku nggak bisa ketemu Freya dalam keadaan seperti ini, ini sangat memalukan” Delvin merasa khawatir. 
Seorang perempuan memasuki lift, penampilannya cukup modis, dan terlihat sedikit tomboy. 
“Hai, selamat pagi” Sapa perempuan tomboy itu ke Delvin dengan senyumannya. 
“Pagi..” jawab Delvin dengan simpel. 
“Kenapa begitu mudah baginya untuk menyapa orang asing seperti ku?” gumam Delvin yang kebingungan.
“Cuek banget nih cowok, apa mungkin dia tipikal orang yang nggak banyak omong?” gumam perempuan itu sambil melihat Delvin. 
“Penampilannya keren juga, tapi tetap saja, hanya Freya yang berhasil memikatku” gumam Delvin. 
“Garing banget nih, gue gak bisa diem-dieman kayak gini. Gue ajak ngobrol aja deh” Gumam si perempuan sambil melihat kotak peralatan yang dibawa Delvin.
“Anak design yah?” Tanya perempuan itu ke Delvin
“Iya..” Delvin menjawab seadanya dengan datar.
“Bener-bener, yang ada makin garing gue kalo ngajak dia ngobrol, jawabannya lurus banget.” Gumam si perempuan itu. 
Ding..!! pintu lift terbuka, si perempuan itu beranjak keluar. Ketika pintu lift mau tertutup, tiba-tiba Freya masuk, ia nampak sedikit terkejut melihat Delvin. Delvin tidak berani melirik ke arah Freya.
“Freya?? Mati aku, kalo dia ngira aku dipecat, bisa jelek aku di matanya” gumam Delvin yang terlihat mulai panik, ia membuang pandangan ke arah lain, berusaha tidak melihat Freya.
“Apa bener dia dipecat? Kalau dia dipecat, bisa-bisa aku gak akan ketemu lagi sama dia. Ini nggak bisa aku biarkan, ini adalah kesempatan terakhirku untuk mulai obrolan sama dia” gumam Freya. 
“Aku bisa aja menjelaskan ke dia bahwa sebenarnya aku tidak dipecat, aku hanya dipindahkan saja.. Setelah itu baru aku ajak dia untuk makan siang bersama… hmmm, terlalu cepet mungkin.. aku bisa mulai dengan meminta nomor telponnya, ya betul! Nomor telponnya!” Gumam Delvin dengan semangat yang menggebu-gebu. 
“akan lebih bagus jika aku mengajaknya makan malam.. terlihat sangat romantic sepertinya, tapi apakah dia orang yang romantic?” Tanya Freya dalam hatinya. 
“Tepat di hari aku di pindahkan ke cabang lain….” gumam Delvin.
“Aku bertemu cinta sejatiku” gumam Freya, seakan-akan menjawab isi hati Delvin. 
“Sempurna, begitu sempurna” Gumam Delvin.
“Apakah suatu saat kita akan berkencan, bahkan menikah dan berkeluarga dengannya? Indah sekali rasanya” gumam Freya yang semakin terhanyut dalam khayalannya.
“Sangat indah tentunya, jika kita bisa hidup bersama” gumam Delvin. 
“Kenapa di antara kita tidak ada yang berani membuka obrolan?” tanya Freya dalam hatinya
“Kenapa begitu susah mengucapkan kata “Hai” pada dirinya, ada apa denganku?” gumam Delvin dalam hatinya. 
Mereka berdua mulai berbicara dalam hati dengan tujuan yang sama. 
“Hanya”.. 
“Tinggal” 
“Menoleh” 
“Dan katakan….”
Saat itu juga Delvin dan Freya saling menoleh bersamaan dengan senyuman manisnya. Mereka mulai bertatapan cukup lama, sampai akhirnya fokus mereka terpecah ketika pintu lift mulai terbuka. Ding..!!
Delvin pun menyadari bahwa pintu lift sudah terbuka di lantai yang ia tuju, Delvin lalu keluar dari lift meninggalkan Freya yang diam mematung.
“…. Hai ?” gumam Freya wajahnya yang cemberut.