Try new experience
with our app

INSTALL

SIN-TREND 

Chapter 3

  Birong menarikan tarian sintren yang istimewa senja. Tubuhnya meliuk-liuk aduhai. Para pemuda bergantian nyawer untuk bisa menari bersama sintren. Kalau dia dilempari sapu tangan, seketika Birong pingsan dan harus berganti dengan pemuda lain yang akan nyawer. Yang luar biasa tarian Birong malam itu tanpa diduga tim rombongan dapat melompat-lompat diatas kurungan ayam itu tanpa merusak satu bambu pun dari kurungan itu. Datuk keling mendecak, hingga jam 9 malam Birong terus menari tanpa henti. Datuk pun penasaran turun ikut nyawer. Dia menari bersama Birong. Tak ada satu tetes keringatpun yang meleleh dari tubuh maupun wajah Birong. Usai pementasan seluruh grup sintren birong dijamu istimewa dan disediakan tempat menginap tidak terkecuali. Datuk Keling mengundang Birong di tempat praktek supranaturalnya. “Kamu penari sintren yang istimewa,” Birong hanya tersenyum dan mengangguk sebagai tanda terima kasih. 

  Datuk Keling menuangkan kendi ke bokor emas yang dipegangi Birong. Kerlingan mata Birong begitu menawan dilirik Datuk. Leher jenjangnya serta betis rusanya membuat Datuk ingin menerkam layaknya harimau. Seketika aura Birong membuat Datuk kurang fokus dengan tujuannya. Birong meminum air kendi di bokor emas yang dipeganginya. Baik mata Birong maupun Datuk memudar jadi putih semua. Seperti kumbang mengitari kembang-kembang. Hanya kembang terindah yang dihampirinya. Kembang yang mengundang hatinya. Seperti dalam musim gelap yang merindukan cahaya hingga kaki langit mengaburkan logika. Butir demi butir tergelincir pesona menyatu dalam absurditas rasa. Dan seperti kembang, kelopak demi kelopak sama terbuka menyempurnakan malam mereka. Yang tersisa hanya penyesalan Birong. Tidak saja melewatkan kesempurnaannya sebagai gadis. 

  Tapi telah menyebabkan Datuk Keling tergeletak tanpa nyawa. Yang tersisa hanya isak tangis Birong menyadari kebodohannya. “Tidak perlu tetes air matamu meleleh di pipi. Kamu justru akan semakin sempurna Birong. Kamu akan menjadi penari sintren penuh magis dan tidak tertandingi, setelah kau sudahi si Datuk Keling biadab itu.” suara bisikan Nenek Sintren membisik ditelinganya Mata Birong masih berkaca-kaca penuh luapan air mata tak terbendungkan. Isak tangisnya begitu tulus dan lembut. Dia teringat semua larangan dari orang tuanya untuk menjemput mimpi hitamnya itu. Dia teringat Anom yang begitu menyentuh hatinya. Dia teringat teman-teman dan sahabatnya yang telah mencegahnya. Dia teringat sudah tidak memiliki siapa-siapa dan matanya berangsur menyalang memerah. Dia teringat dosa paling modern yang baru dialaminya. Dosa baru baginya yang diabaikan para pendusta modern sebagai dosa yang sedang trend. Sin-Trend Cerpen SIN-TREND ditulis teguh santoso di apartemen kalibata city pertengahan Agustus 2019 - 2