Try new experience
with our app

INSTALL

SIN-TREND 

Chapter 1

  Impian itu berkecamuk di dalam pikiran Putri. Penuh dengan keraguan ingin melakukan apa yang diperintahkan dalam mimpi. Dalam hatinya bertanya seperti inikah orang-orang yang berhasil dalam mencapai tujuannya. Dirasuki mimpi yang membuat hidupnya gelisah dan berusaha membuktikan. Seperti wangsit dari Gusti Pencipta yang hanya disampaikan lewat mimpi. Seperti Nabi Ibrahim kah mimpi yang dialaminya. Mimpi diperintah menyembelih putra kesayangannya sendiri? Yang melahirkan makna melegenda tentang arti pengorbanan. Sedang mimpi Putri sangatlah berbeda dengan Nabi Ibrahim. Mimpi Putri seperti harapannya dalam hidup. Ingin mempunyai kaki sempurna seperti layaknya perempuan pada umumnya. Selama ini Putri berjalan dipandu dengan kedua kraknya. Karena kedua betis dan pahanya sangatlah kurus tanpa daging. 

  Dia bermimpi dilarang menikah dulu dan mencari Uwak atau Datuk yang bisa mengajarinya menari sintren. Setelah dia mampu memenuhi syarat-syarat dalam mimpinya, maka kakinya akan berubah menjadi kaki normal. Selain itu dia akan bisa menari diatas kurungan ayam seperti yang biasa dilakukan para penari sintren di pantura. Tapi semua itu kan mimpi, apa benar atau tidak, Putri masih mempertimbangkan masak-masak sebelum memutuskan sesuatu. Putri hanyalah satu-satunya keturunan keluarga Hermawan. Gadis manis berkulit sawo matang itu masih perawan. Dan sebenarnya Putri termasuk gadis yang kewes dan supel. Sekalipun hidupnya cukup kosmopolit, belum pernah dia tersentuh lelaki manapun. Padahal dia tidak berhijab. Putri benar-benar menjaga dengan baik keperawanannya. Usianya yang hampir 25 tahun itu belum pernah ciuman sama sekali. 

  Bagaimana tidak? Kedua betisnya dan pahanya yang sangat kurus itu tidak pernah lepas dari krak untuk memandunya berjalan. Mungkinkah karena cacat kedua kakinya itu yang membuat lelaki enggan memacarinya? Mungkin malu para lelaki berjalan bersama gadis cacat seperti Putri. Kalau diperhatikan sebenarnya paras Putri begitu menawan seperti ibunya. Pantas juga kalau dia jadi penari atau bahkan pemain sinetron. Hanya saja kedua kakinya yang lumpuh sejak kecil banyak membuatnya terpuruk dari segala keberuntungan hidup. Hampir setiap malam Putri bermimpi ditemui wanita berkebaya hijau berpakaian seperti layaknya wanita dari kerajaan jaman dahulu. Wanita berkebaya itu melarangnya menikah dan menyuruhnya mencari pelatih tarian sintren di sepanjang pantura. Dengan menemui pelatih sintren itu, dia akan mendapat terapi kesembuhan kakinya. Dengan kedua kaki yang indah dan molek nantinya akan bisa menari meliuk-liuk diatas kurungan ayam. Alasan kenapa Putri yang dipilih untuk menjadi penari sintren, tidak lain karena Putri masih perawan beneran. 

  Hanya gadis yang masih benar-benar perawan dan mau menunda menikah yang akan bisa jadi penari sintren yang sebenarnya. Itu syarat utama seorang penari sintren yang selalu dimimpikan Putri tiap malam sebelum subuh tiba. Penari sintren seperti itulah yang akan mementaskan sintren penuh magis dan memukau. Di sepanjang pantura syarat itu sudah banyak diabaikan. Sehingga sintren hanyalah sepenggal kebudayaan yang dilestarikan sekedarnya. Inti daya pikat yang aslinya sudah pudar. Makanya wanita berkebaya hijau itu selalu menemui Putri dalam mimpinya dan berkali-kali meminta Putri melakukan perintahnya. Segala pertimbangan yang diterima Putri hasilnya menolak. Semua tidak merestui terlebih lagi kedua orang tuanya. Alasannya selain Putri cacat kakinya, Putri juga bisu. Semua kerabat dan handai taulannya mengkhawatirkan Putri. Jiwanya yang penuh semangat itu terkenal tidak pernah putus atas dengan segala harapan yang ingin dia tempuh. Putri hanya menangis tiap hari di dalam kamarnya dan lebih sering menyendiri. 

  Pikirannya sungguh tidak tenang. Impiannya mempunyai kaki yang sempurna dan molek sudah beberapa kali dia cari. Berbagai Dokter dan Rumah Sakit yang dikunjunginya menyerah. Kecacatan kedua kaki Putri sudah tidak bisa dilakukan terapi ataupun operasi apapun. Sampai pada suatu saat, datanglah rombongan keluarga Anom yang ingin melamar Putri. Anom juga putra tunggal keluarga Pak Wiji yang sudah lama membujang. Sebagai bujang tua, Anom cukup pemalu. Wajahnya tidak begitu ganteng. Hampir sekurus Putri. Agak minder. Hanya saja pancaran auranya menyiratkan dia orang tulus seperti Ayahnya. “Ya semog ini tembung temu antara Putri dan Anom,” pungkas lamaran Ayah Anom yang disampaikan didepan Putri dan keluarganya. “Gimana Nduk?” tanya Ibunya pada Putri Semua memperhatikan Putri yang tersentuh dengan lamaran itu. Matanya berkaca-kaca. Dia tidak mengangguk tidak juga menggeleng. Hanya senyum yang menyungging, yang membuat semuanya merasa lega. Terutama Anom. Semalaman Putri susah tidur memikirkan lamaran itu. Kalau terwujud pernikahan itu akan menggagalkan impiannya mempunyai kaki yang sempurna. 

  Lebih menakutkan lagi kalau punya anak cacat seperti dirinya. Putri merasa kehilangan kesempatan untuk memperbaiki nasib hidupnya. Tapi dia sudah tidak punya daya upaya lain, karena Putri dalam masa pingitan tidak boleh keluar rumah sampai hari pernikahnya dua bulan kedepan. Dalam perasaan yang kalut serta pikiran berkecamuk tentan dua pilihan; menggapai impiannya memiliki kaki baru nan sempurna atau menikah dan punya anak cacat seperti dirinya. “Sssssttt... Sssssttt.... Putri buka jendelanya.....” terdengar suara Anom dari balik jendela dengan suara pelan. Putri menghambur ke jendela kamarnya dan membukanya perlahan. “Jangan teriak, jangan bersuara keras, ikuti aku sekarang, cepat” Putri menepiskan tangan Anom yang berusaha menyeretnya “Nanti ku jelaskan di mobil.... ayo ikut... “ Putri masih takut dan curiga dengan maksud Anom yang belum dia mengerti “Kamu aku antar ke Cirebon katanya mau cari pelatih sintren disana... Ayo cepetan” Putri akhirnya mengikuti Anom dengan keluar dari jendela kamarnya. Kamar itu terletak dibelakang rumah yang masih joglo klasik ala orang ningrat jaman dulu. Pekarangannya di belakang seperti taman sari ada bangunan kecil-kecil serta berbagai tanaman hias serta pohon-pohon. 

  Malam itu disinari terang purnama yang sahdu. Petromak dan Ceplik kecil masih dipampang di lorong koridor belakang rumah. Dengan sangat kesulitan mengeluarkan kraknya, Anom penuh perhatian yang seksama menerima kedua krak dan menggendong Putri keluar dari jendela kamarnya. Anom langsung menggendong Putri dan kedua krak dipengangi tangannya Putri. Mereka berjalan menelusuri lorong koridor kearah pintu pagar belakang. Sesampainya di pintu belakang, Anom memindah gendongan Putri jadi membopongnya untuk menjulurkan tubuh Putri keluar pagar belakang. Tak disadari kraknya memukul kepala Anom. Putri tersenyum melihat Anom nyengir. Kamar Bapak nya dinyalakan. Sepertinya mendengar suara mereka. Anom bergegas naik pintu pagar belakang. Mereka segera menghambur kedalam mobil Anom. Segera meluncur pelan-pelan mobil black crown itu. “Sudah lama aku ingin melakukan ini. Membawa kamu kabur mengejar impianmu. Malam ini juga kamu aku antar ke Cirebon. Tapi aku langsung balik lagi ke Tangerang supaya orang tua kita tidak curiga. Ya tahunya kamu kabur dari rumah.” 

  Putri tersenyum haru memandang aura ketulusan Anom. Pengorbanan yang lebih dari yang diharpkan dalam hidup Putri. Tangan Putri mengelus pundak Anom seperti ungkapan terima kasih. “Oh iya ini ATM udah aku siapin di dalam dompet ini berikut pin nya. Di dompet itu juga ada uang cash secukupnya. Terus tas pink di belakang itu isinya baju celana jaket untuk kamu. Juga ada handphone di saku resleting depan tas. Kalau kamu sudah menemukan pelatih sintren dan ingin pulang telfon aku saja nanti aku susul” Sepanjang perjalanan Depok ke Cirebon dipenuhi cerita liku-liku Anom berusaha membujuk kedua orang tuanya untuk segera melamar Putri. Anom juga cerita sejak mendengar keinginan Putri mewujudkan impiannya, Anom saat itu juga tersentuh. 

  Teringat selalu. Sebagai temannya Putri sejak SD, SMP hingga SMA, Anom memang peduli dengan Putri. Tapi baru kali ini Anom bisa ngomong lepas. Biasanya sejak dulu didepan Putri ngomongnya selalu gagap karean grogi. Akhinrya Putri bertanya dengan bahasa isyarat yang artinya ‘Kamu melamarku karena memang suka sama Putri atau hanya ingin menolong Putri menebus impian yang selalu menagihnya dalam tidur?’ “Lebih dari suka, lebih dari sahabatan, tapi aku ikhlas kalau tidak ada rasa apa-apa sama aku. Aku ngelakuin ini semua hanya ingin kamu bahagia.” Putri mengkode dengan bahasa bisu lagi ‘Jadi tidak ingin menikahiku?’ “Aku sudah bawa keluargaku melamarmu. Semua tergantung kamu. Aku mencintai kamu dari dulu” Rupanya Putri sudah tertidur kelelahan sepanjang perjalanan banyak diajak ngobrol sama Anom. Namun malangnya, lambat laun ban mobilnya mengempes. Anom melambatkan jalannya dan menepi. Di tengah jalanan sepi. Bulak kalau orang kampung bilang. Hanya tanaman dan pohon-pohon besar yang disekitar situ.