Contents
Ding..! Hai!
Senyuman Pertama
Hari berikutnya, Delvin sedang menunggu di depan lift. Delvin celingukan mencari sosok Freya, tidak nampak sama sekali. Ding..!! pintu lift terbuka, Saat itu kondisi lift terlihat kosong. Delvin langsung memasuki liftnya, ia sudah pasrah karena tidak akan bertemu lagi dengan Freya. Delvin menekam tombol lantai 18. Ketika pintu mau tertutup, Freya menahan pintu liftnya, lalu ia ikut masuk.
“kali ini aku harus ngobrol sama dia, aku sudah mempersiapkan berbagai macam topik menarik! Harus berhasil!” gumam Delvin dalam hatinya sambil mengepalkan tangan dengan tekat yang kuat.
“Haii, akhirnya kita bisa ketemu lagi, banyak hal yang sebenarnya ingin aku ceritakan, tapi kita belum saling kenal” gumam Freya dalam hatinya.
Mereka berdua sepertinya terhanyut dalam lamunan, sampai tanpa mereka sadari jari jemari mereka nampak berdekatan hendak ingin bergenggaman tangan, ketika jari kelingking Freya sudah menyentuh jarinya Delvin, tiba-tiba pintu lift terbuka.. Ding..!!
Beberapa orang pun masuk ke dalam lift membuat lift itu penuh, sampai-sampai Delvin dan Freya terpisah cukup jauh.
“Apa itu tadi, apa kita hampir berpegangan tangan?” gumam Delvin dengan sedikit kaget.
“Jari jemarinya begitu lembut, tapi kenapa dia nggak ada respon?” gumam Freya.
“Bagus Delvin, karena gak berani buat langkah pertama, akhirnya kita terpisahkan, sekarang aku harus berbuat apa?... oh.. aku harus menatapnya” gumam Delvin.
Delvin mulai menoleh ke arah Freya hendak menatapnya dari sela-sela banyaknya orang yang berdiri di dalam lift. Saat itu Freya juga menoleh, mereka kembali bertatapan lagi. Delvin mulai memberanikan diri dengan memberikan Freya sebuah senyumannya. Freya pun langsung membalas senyuman Delvin, dan tidak lama membuang pandangannya.
Freya terlihat sedikit salah tingkah, ia mulai memainkan rambutnya karena merasa malu.
“senyumannya, begitu manis dilihat” gumam Delvin dalam senyumnya yang tiada henti.
“Apa barusan kita saling lempar senyum? Apa mungkin ini langkah pertamanya?” gumam Freya yang masih memainkan rambutnya.
Ding..! pintu lift terbuka di lantai 18.
Beberapa orang keluar dari lift, Delvin masih terdiam melamun. Lalu ia menyadari ia harus keluar di lantai 18, Delvin pun bergegas dengan sedikit terburu-buru. Hal itu diperhatikan oleh Freya.
“hahaha, lucu banget sih dia.. sampai bertemu lagi ya!” harap Freya dalam hatinya.
“Sampai bertemu kembali Freya!” Ucap Delvin dalam hatinya sambil keluar dari lift.
Jam istirahat telah tiba, saat itu Delvin terlihat sedang menunggu di depan lift sambil memegang kotak makan transparannya. Ding..! pintu lift terbuka, terlihat Freya berdiri sendirian di dalam lift sambil memegang tumblr kopi dan sepotong roti, Freya seakan sudah menunggu kehadiran Delvin. Delvin pun memasuki lift, dan saat itu Freya melemparkan senyumannya duluan, Delvin kembali membalas senyumannya.
“senyuman itu, senyuman yang selalu ku nantikan” gumam Delvin, sedikit salah tingkah.
Freya mulai melirik ke arah kotak makan transparan yang Delvin pegang.
“Wah kamu vegetarian? Pasti pola hidupnya dia begitu sehat, gak kayak aku, jam segini harusnya makan makanan berat, tapi malah minum kopi sama makan roti” gumam Freya.
“Roti dan kopi, kayaknya kamu telat sarapan yah? Hahaha ada ada aja kamu, Freya” Ucap Delvin dalam hatinya.
Mereka berdua terlihat seperti hanyut dalam lamunannya masing-masing. Sampai-sampai tanpa mereka sadari ternyata mereka saling tersenyum.
Ding..! pintu lift terbuka, senyum Delvin berubah jadi muram, karena yang memasuki lift adalah bosnya.
Delvin tidak berani menatap wajah bosnya. Freya menyadari ada sesuatu yang aneh di antara mereka berdua.
“Sepertinya dia masih kecewa karena saya pindahkan ke cabang lain, tapi bagaimanapun ini demi karir kamu juga, Delvin.” gumam Boss dalam hati sambil melihat Delvin.
“Ini nggak bisa dibiarin, aku harus ngobrol sama dia, karena ini esok adalah hari terakhirku di kantor ini, aku nggak mau berpisah dengan cara konyol” gumam Delvin dalam hati.
Ding..! pintu lift terbuka di lantai dasar. Boss keluar, Delvin masih terdiam murung.
“Hai, kamu kenapa? Apa tadi itu Boss kamu? Apa yang sudah ia lakukan sampai membuatmu murung begitu?” Gumam Freya dengan seribu pertanyaan dalam pikirannya.
Saat itu Delvin yang masih murung menoleh ke arah Freya yang sedang memperhatikan dia.
“Semoga kita masih bisa bertemu di hari terakhir ku besok, Freya” Gumam Delvin sambil keluar dari lift meninggalkan Freya dalam keadaan bingung.