Try new experience
with our app

INSTALL

Sebelum Malam 

CHAPTER 1

  Di depan sebuah Sekolah Menengah Atas terlihat anak-anak berseragam keluar dari pekarangan sekolahnya. Beberapa dari mereka di jemput oleh orangtua mereka. Beberapa memilih untuk menaiki kendaraan umum ataupun membawa kendaraan sendiri. Beberapa terlihat masih menunggu jemputan mereka. Lara yang berambut panjang diikat kebelakang dengan tas punggung yang disandangnya, berdiri tidak jauh dari gerbang sekolah. Lara sedang menunggu jemputan sambil berbincang dengan beberapa temannya. Sementara aktifitas pulang sekolah masih terjadi di sekeliling mereka.


  Sebuah Vespa berhenti di depan Lara dan teman-temannya. Vespa tersebut di kendarai oleh seorang pria yang sebaya oleh Lara. Kevin, pria yang cukup tampan menggunakan kacamata. Kevin membuka helmnya dan tersenyum kepada Lara yang juga tersenyum padanya.
 

“Lar, mau pulang bareng gak? Biar gue anterin.” Kevin tersenyum manis.
“ Gak usah Kak, makasih. Lara udah ada yang jemput” Lara balas menjawab dengan sopan.
“ Ohh oke.” Kevin tampak sedikit kecewa. “Lain kali aja kalo gitu” sambungnya. 
“Bye”.   Kevin melampai lalu pergi mengendarai vespanya. Begitu Kevin pergi teman-teman Lara langsung memberondongnya, maklum Kevin adalah kakak kelas yang cukup popular. 
“Cieeeee” goda Anisa teman Lara.
“Apaan sih” jawab Lara tersipu.
“Kenapa gak diterima aja sih tawaran kak Kevin” Tanya Maya
“Iya, emang siapa yang mau jemput elu?” tanya Anisa
Lara terdiam sebentar.
“Ada…Seseorang” Jawab Lara tanpa emosi. Teman-teman Lara memperhatikan, dari tadi Lara memang tampak diam. Mereka tidak ingin mendesak Lara untuk bercerita. Mereka tau, jika Lara siap, Lara akan bercerita dengan sendirinya. 
 

  Lara dan teman-temannya masih menunggu jemputan mereka,satu persatu mulai pergi sampai akhirnya Lara hanya berdua saja dengan Anisa. Keduanya menungu sambil mengobrol. Tidak lama kemudian sebuah mobil berhenti dan Ayah Anisa datang menghampiri.
 

“Ayah lama deh” kata Anisa sedikit kesal.
“ Iya maaf deh, Ayah tadi ada meeting dulu. Gimana kalau kita mampir dulu ke café favorit kamu itu? ” jawab Ayah Anisa.
“ Boleh banget yahh, aku kepengen ice cream” Anisa tampak antusias.
Lara memperhatikan mereka berdua, tersirat sedikit kesedihan dimatanya.
“ Lar, gue duluan ya.” Anisa melambai. Lara balas melambai sambil tersenyum. Lara memandang kepergian Anisa dengan sedih. 
 

  Lara membuka smartphonenya dan melihat galeri foto di handphone, ia menatap satu foto. Foto tersebut adalah sebuah foto Lara yang terlihat lebih muda dengan rambut pendek. Di belakang Lara seorang pria yang terlihat berusia empat puluh tahunan.  Keduanya tampak tertawa ke arah kamera. Lara terlihat memegang kuas melukis dan dibelakang mereka terdapat sebuah lukisan. Lara memandang foto tersebut dengan sedih. 
 

“Lara” sebuah suara memanggil Lara dan membuatnya mendongak.
 

  Pria yang memanggil Lara adalah Pria yang ada di photo yang baru saya Lara lihat, hanya saja pria tersebut tampak lebih tua, Roni, Ayah kandung Lara. Lara memandang pria itu sesaat. Pria itu tersenyum lebar pada Lara, tapi Lara hanya terdiam. Pria itu menghampiri Lara.
 

“Maaf Ayah telat, kamu nunggu lama ya?”
Lara tidak menjawab dan langsung masuk ke dalam mobil Ayahnya.  Roni menghela nafas, Roni tau Lara membencinya sejak kejadian beberapa tahun lalu. Kejadian yang benar-benar Roni sesali. 
 

  Roni masuk kedalam mobil dan memandang anaknya sekali lagi. Lara hanya diam memandang ke depan tanpa mempedulikan ayahnya.
 

“ Makasih udah mau kasih waktu kamu buat Ayah.”
“ Terpaksa. Ibu yang suruh.” Lara berkata ketus
 

  Roni terdiam beberapa saat.
 

“ Kamu cepat sekali dewasa. Anak Ayah sudah besar” Ungkap Roni
“Orang cepat sekali berubah ketika kita tidak melihat. Terutama ketika tidak melihat dalam waktu yang lama.”
 

  Lara berbaling memandangi jendela disampingnya, matanya berkaca-kaca, tapi dia tidak ingin memperlihatkan itu pada Ayahnya.
Roni memandang Lara dengan sedih dan lanjut mengendarai mobilnya.