Contents
Sebelum Malam
CHAPTER 3
Lara dan Roni berada di dalam mobil. Mereka sedang dalam perjalanan menuju tempat selanjutnya. Sebuah lagu terdengar dari radio.
“ Lar, Taylor Swift, kesukaan kamu.” Kata Roni
“I hate Taylor Swift, I hate her so much!”
Lara kesal. Toni terlihat kaget dan langsung mengganti channel radio tersebut ke sebuah channel berita. Lara dan Roni termenung diam. Hanya terdengar suara pembawa berita yang membawakan beritanya.
“Penangkapan yang terjadi tadi malam menurut sumber kami adalah sebuah penangkapan yang cukup besar. Disinyalir narkoba yang tersita menjadi salah satu sitaan narkoba terbanyak diabad ini dalam sejarah indonesia. Walaupun beberapa pelaku tertangkap, polisi menyatakan masih mencari beberapa orang lagi yang juga bertanggungjawab, meski diduga mereka sudah tidak berada di tanah air. Polisi mengatakan dengan barang bukti sebanyak itu, besar kemungkinan pelaku akan mendapatkan hukuman mati”
Roni mendengar berita itu menghela nafas dan memandang Lara.
“Kamu kenapa?”
“aku mau pulang”
“Ayah pikir tadi kita udah..” Lara langsung memotong
“ Udah apa? Baikan? Kalau semuanya baik-baik aja? Kayak gak pernah ada yang terjadi?” Lara tampak emosi dan matanya berkaca-kaca.
“ Ayah gak bilang semuanya bakalan seperti semula.”
“ Karena gak bakalan sama!” teriak Lara
Roni terdiam melihat anaknya marah besar. Lara melanjutkan
“ Lima tahun! Gak ada kabar sama sekali. Awalnya Aku nunggu Ayah, setiap hari, karena Aku pikir pasti ada sesuatu, bahwa Ayah gak mungkin ninggalin Aku, tapi Ayah gak pernah pulang. Terus setelah Aku sadar Ayah mungkin gak akan pernah pulang. Aku bertanya-tanya, kenapa? Kenapa Ayah pergi? Kenapa Ayah ninggalin Aku? Apa karena Ibu? Apa…apa karena Aku?” suara Lara mulai bergetar, menumpahkan perasaan yang selama ini dia pendam.
Roni kaget dengan perkataan anaknya dan menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Lara melanjutkan perkataannya
“ Jawaban gak pernah datang. Aku kemudian muak. Muak dan sakit hati karena Ayah, Aku mutusin buat melupakan semuanya, ternyata lebih mudah untuk tidak peduli dari pada menunggu ayah”
“ Lara… Ayah..”
“ You never there. Never, when I really need you, you never there. Tapi sekarang kita disini, Ayah datang lagi. Gimana kalo Ayah per... pergi lagi? Apa yang .... Aku...Aku gak bisa merasakan hal yang seperti itu lagi untuk kedua kalinya Yah! Seharusnya Ayah gak usah ketemu Aku lagi...”
“Kamu ingin Ayah pergi?” Tanya Roni sedih
Hening cukup lama didalam mobil.
“ Ya” kata Lara lirih. Hati Roni remuk, namun dia berusaha kuat.
“ Ayah ngerti Lara, tapi hanya hari ini, sebelum malam, Ayah minta waktu kamu, hanya hari ini saja Lara. Ayah mohon.”
Lara mengangguk singkat.
****
Lara dan Roni tengah menghadiri pameran seni. Lara melihat-lihat lukisan, ia tampak bersemangat. Roni memperhatikan dengan sedih. Tidak lama lagi ia harus mengucapkan perpisahan pada anaknya.
“ Aku pengen jadi pelukis, tapi Ibu gak suka.” Kata Lara tiba-tiba
“ Jangan menyerah pada mimpi mu Lara. Perjuangkan dan perlihatkan pada Ibumu kamu serius. Kamu salah satu pelukis terbaik yang pernah ayah lihat, jadi jangan menyerah oke?” Kata Roni
Lara memandang Ayahnya dan mengangguk
“Oke”
Mereka berdua kembali mengelilingi galeri tersebut. Sampai sebuah lukisan Ayah dan anak yang dipajang cukup besar menarik perhatian mereka, keduanya menatap lukisan tersebut dalam diam.