Contents
Sebelum Malam
CHAPTER 2
Keduanya sampai di tempat makan dan kemudian duduk disebuah meja. Seorang pelayan mendatangi mereka dan memberikan menu makanan.
“Kam mau makan apa?”
“Salad.” Jawab Lara singkat
“ Ini makan siang Lar, bukannya kamu lebih baik makan nasi?
“Aku mau salad.” Lara berkeras
“Mereka punya sop iga favorit kamu loh” Roni mencoba membuat anaknya tetep makan
“Aku lagi diet.”
Roni memandang anaknya beberapa saat tampak bingung.
“ Kamu gak gendut.” Jelas Roni
“ Ya bagus dong, dan Aku mau tetap seperti itu.” Lara masih ketus
Roni menghela nafas, tidak mau berdebat, ia kemudian memanggil pelayan dan memesan makanan. Sambil menunggu makanan, keduanya kembali terdiam.
“Rambut kamu panjang, waktu terakhir Ayah ketemu kamu rambut kamu pendek, katanya kamu suka rambut pendek” Lara langsung memotong
“Lima tahun lalu. Itu waktu yang lama banget” kata Lara. Lara memandang Ayahnya dengan tatapan yang tampak sakit hati.
” ...dan Aku benci rambut pendek”
Pelayan kemudin membawa makanan mereka. Roni memesan dua porsi makanan untuk dirinya sendiri dan mulai makan sedangkan Lara memakan saladnya dengan lesu. Setelah beberapa saat Lara mulai melirik makanan Ayahnya.
“Kamu mau?” tanya Roni
Lara tidak menjawab dan melanjutkan memakan saladnya. Mereka melanjutkan makan siang dengan diam dengan Lara sesekali memperhatikan makanan Ayahnya.
Setelah selesai makan Lara mengambil tasnya dan pergi ke kamar kecil. Keluar dari kamar kecil Lara terlihat telah mengganti baju sekolahnya. Lara memakai blus yangterlalu terbuka dan rok berbahan jeans yang cukup pendek. Lara menghampiri Ayahnya.
“Baju kamu gak terlalu terbuka?” kata Roni khawatir
“ Jangan kuno deh “ jawab lara.
“ Lara, hidup bukan tentang bagaimana orang-orang ngelihat penampilan kamu.”
“ Jangan mulai ceramah deh, itu bukan tempat Ayah lagi, tempat itu udah hilang sejak enam tahun lalu” Lara mulai emosi
“ Ayah bilang seperti ini, karena ayah sayang sama kamu”
“ Kalau Ayah sayang, Ayah gak akan pergi ninggalin aku dan ibu”
Roni tidak bisa berkata-kata.
“ Ayah mau nganterin aku pulang jam berapa? Aku gak bisa lama-lama”
“ Sebelum malam, kamu pasti sudah dirumah sebelum malam”
****
Roni menemani Lara berbelanja baju. Lara sibuk memilih-milih beberapa baju dan menaruh beberapa baju di lengannya dan kemudian ke ruang ganti untuk mencobanya. Lara terkadang memotret dirinya yang tengah memakai baju baru tersebut. Roni mempehatikan bahwa Lara banyak membeli baju yang terlalu sexy atau terbuka untuk seumurannya.
Saat Lara melihat pantulan dirinya dikaca, Lara tidak sengaja melihat Ayahnya yang sedang menelepon dengan suara pelan.
“ Ya? ... Ditangkep? ... kapan? Polisi tindakannya apa? “ Roni tampak stress dan menghela nafas.
“Saya gak bisa ninggalin Indonesia, ada hal yang lebih penting” Roni melirik Lara yang pura-pura tidak memperhatikan Ayahnya.
“Saya tau... Saya akan ambil resiko” Roni lalu menutup smartphonenya dan memandang Lara.
Lara terlihat memegang sebuah kaos abu-abu dan sebuah dress. Lara terlihat tertarik dengan kaos abu-abu tersebut dan hendak mengembalikan dress ke tempatnya, namun Lara melihat beberapa anak seusianya juga terlihat ingin membeli dress yang seperti Lara.
“ Liat deh lucu banget.” Mereka sibuk mengomentari baju itu
“Lo bakalan seksi deh pake itu.”
“Gue bakalan update pake baju ini.”
“Ntar bakalan banyak yang love deh, dan si Nathan bakalan liat, dia pasti suka tuhh.”
“Bener banget.”
Lara yang memperhatikan itu tidak jadi mengambil kaos abu-abunya dan memilih dress. Roni memperhatikan itu dan saat Lara berada di antrian, Roni menghampiri Lara dan berdiri disebelahnya.
“ Cantik itu.. bukan berarti harus memiliki size tubuh yang kecil dan memperlihatkan bagian tubuh sebanyak mungkin. Pakai apa yang kamu suka, bukan yang orang lain suka. Pakai Apa yang nyaman dengan kamu. Buat orang melihat apa yang ingin kamu perlihatkan, bukan apa yang ingin mereka lihat. “
Lara tidak mengatakan apapun atau memandang kearah Ayahnya.
Keluar dari toko pakaian Lara berakhir memakai baju kaos abu-abu agak kebesaran namun terlihat nyaman serta sebuah celana jeans yang diperhatikannya dari tadi. Di belakanganya Roni tersenyum melihat anaknya.
****
Lara dan Roni memasuki sebuah tempat bermain. Tempat ini penuh dengan berbagai macam permainan. Lara terlihat senang saat memasuki tempat ini. Berlarian kesana kemari dan keduanya terlihat mencoba berbagai permainan. Di tempat bermain ini, Lara dan Roni tidak terlihat berjarak, Lara dengan nyaman bermain dan tertawa bersama Ayahnya. Roni terlihat senang dengan itu. Roni tampak sesekali mengajari Lara menembak atau memasukkan bola ke dalam ring.
Lara terlihat berkali-kali gagal dalam menembak dan mulai terlihat kesal. Roni mulai tertawa karena itu.
“Hidup juga seperti itu Lara. Berusaha dan terus mencoba. Ayah mau kamu tumbuh jadi seseorang yang tidak mudah menyerah”
Lara tampak bingung karena Roni mengatakannya dengan serius. Tapi Lara senang. Sekali lagi dia merasakan bagaimana rasanya memiliki ayah yang menyayanginya. Tapi Lara tidak mau mengatakan itu di depan Ayahnya. Lara takut, bagaimana kalau Ayahnya meninggalkannya lagi.