Try new experience
with our app

INSTALL

TERKA 

Manusia Terbatas

30 puluh menit tepat Al mengemudikan Jeepi, kini mobil kesayangannya itu sudah terparkir sempurna di Rumah sakit dimana adiknya Michelle bertugas sebagai dokter muda. Ternyata bayang-bayang Michelle belum juga terlihat keluar dari lobby rumah sakit. Akhirnya Al memutuskan untu keluar dari Jeepi, dan melangkahkan kakinya untuk menunggu Michelle di lobby.

 

Ketika Al mulai mendekat ke gedung berlatar putih itu. Banyak orang menangis ketika memasuki bangunan namun ada juga yang menangis ketika keluar. Melihat orang-orang itu menyadarkan Al bahwa manusia memang benar-benar lemah. Tidak ada gunanya semua harta yang ia miliki saat ini, ketika suatu saat ia terbaring di salah satu bilik rumah sakit ini.

“Kak, !” panggil Michelle memecahkan lamuna Al yang sedang berdiri di dekat pintu lobby

“Eh..! Elll, sekarang kayaknya gantian kakak yang marah” ujar Al

“Heh marah kenapa lagi?”

“Kamu yang lama, kaka udah nunggu lama lho di parkiran, kamu gak nongol-nongol” ungkapnya sedikit kesal

“Helloww kakak Aldebaran, liat jam tuh!”

 

Lalu Al melirikkan matanya kearah jam tangan yang melingkar di pergelangannya. Jam menunjukkan pukul 3 pm tepat, yang artinya ia sampai di Rumaha sakit 30 menit lebih awal.

 

“Ya intinya kakak kesal, karna nunggu kamu lama” katanya ngeles

“Ihhh apaan sih!, Eh kak iku aku sini” menggeret Al kearah luar area rumah sakit

“Eh! El mau kemana?”

“Udahh ikut aja”

 

Michelle mengajak kakak laki-laki satu-satunya itu menuju warung makan mie ayam yang berada di depan area rumah sakit. Warung itu terlihat ramai dengan pengunjung, namun Al sedikit kaku ketika di ajak masuk oleh adiknya.

“Eleh.. CEO masuk warung, grogi ya..” ejek Michelle

“Nggak El kakak biasa aja” memalingkan wajahnya

“Pak Mie ayam 1 ya makan sini” kata Michelle pada penjual mie ayam itu

“Heh kok 1 sih El?”

“Oh kakak mau juga?”

“Pak satu lagi, yang satu pake ceker” imbuh Michelle

Al memang jarang sekali bahkan mungkin tidak pernah menyantap makanan di pinggiran jalan. Berbeda sekali dengan Michelle, karena ketika kuliah ia ingin berbaur dengan orang-orang biasa di sekitarnya.

 

“El kamu mau ngomongin apa soal Elsa?” tanya Al sambil menunggu Mie ayam datang

“Oh iya hampir aja lupa.Pertama kakak udah janji kan kalo aku mau bantuin kakak bakalan kabulin permintaan aku? Kedua ini soal Elsa,.._” Michelle menghentikan kata-katanya karena tiba-tiba mie ayam datang, “Makasih pak” katanya kepada abang mie ayam.

"Apa El?"

"Tunggu kayaknya makan dulu lebih enak, El udah laper banget tadi pasien rame" menuangkan sauce tomat ke mangkuk mie ayamnya

Al menarik napas dalam, tapi mau bagaimana lagi dirinya pun juga sudah kelaparan karena tadi melewatkan makan siang.

 

>>>

 

“Rifki mbk pulang duluan ya, nanti jangan lupa kunci pintunya” kata Andin apa anak magangnya itu

 

Rifki yang masih harus menyelesaikan pekerjaannya, sedangkan yang lain sudah selesai.

“NASIB anak magang mah gini” gumamnya sambil mengetik

“Eitsss bilang apa tadi?”

“Hehe nggak mbak, mau pulang kan. Hati-hati” kata Rifki cengengesan

“Bener lho jangan lupa kunci pintu”

“Iya iya”

 

Lalu Andin, meninggalkan Rifki sendirian di ruangan itu.

 

Sudah sekitar 30 menit Rifki duduk sendiri di ruangan itu, awalnya ia menikmati namun lama-kelamaan suasana semakin sepi membuat bulu kuduknya semakin merinding.

 

Deretan angka di dalam kolom-kolom layar komputer masih ia otak atik, ia belum juga menemukan titik keseimbangan dalam hitungan angkanya hari ini. Ditambah suasana sepi ini membuat dirinya semakin stress, untuk menenangkan rasa takutnya Rifki menghubungi temannya Toni melalui video call.

 

“Woy Broo!”

“Heyy lo temenin gue ya, gue lagi dikantor sendirian nih”

“Ha gimana gue harus kesitu?”

“Nggak udah ngomong-ngomong aja dari sini”

“Eh Ki lo mrinding gak sih, sendirian terus kantor lo kan ada orang bunuh diri”

“WOY lo malah bahas itu lagi, ahhh udah ah, gue mau fokus kerjain. Lo di situ aja sekarang nyanyi atau cerita-cerita apa, yang penting jangan horor”

“Alahhh ternyata Rifki penakut juga”

 

Akhirnya Rifki bekerja di temani video call dari sahabat karibnya.

 

“Eh Ton ntar lo pulang kerja jam berapa?” tanya Rifki sambil fokus dilayar komputer

“Jam setengah 5, kenapa lo minta jemput?”

“Biasa..”

 

>>>

 

“El lanjut, soal tadi” pinta Al ketika melihat adiknya sudah menyelesaikan makan mie ayam

“Oh iya bentar minum dulu” cetus Michelle “Jadi gini aku tuh pengen buka klinik setelah lulus, kakak mau kan jadi investornya?” lanjutnya jelas.

“Aduhhh El kakak kira kamu mau menemukan informasi soal Elsa”

“Ya aku.. aku tahu sesuatu soal Elsa, tapi dikit he” kata Michelle

“Ya udah apa?” kekeh Al ingin tahu soal Elsa

“Tapi Kakak janji dulu tahun depan jadi investor klinik aku” paksa Michelle

“Iya iya!”

 

Michelle akhirnya menjelaskan informasi yang ia dapatkan tetntang Elsa. Sekitar satu bulan yang lalu, tepat Michelle masuk pada shift pagi dan ia mulai segera memabntu dokter karena pasien bagitu ramai. Ketika ia bertugas memanggil pasien yang antri dan mengatarkan ke ruangan dokter, tak sengaja ia melihat Elsa melintas di hadapannya, tapi karena Michelle harus bertugas waktu itu mereka hanya saling menyapa tidak sempat untuk mengobrol meskipun hanya basa-basi.Elsa berjalan ke arah ruangan dokter ibu dan anak, maka dari itu Michelle mengira Elsa sedang memeriksakan kandungan.

 

“Kamu tahu nama dokter yang Elsa kunjungi?” tanya Al penasaran

“Ya tahu dong dia bestie aku”

“Kakak boleh ketemu sama dia?”

“Ihhh mau ngapain, dia udah punya calon suami” jawab Michelle sambil menikmati es jeruknya

 

Al sedikit geram dekan adiknya,

 

“Elll maksud kakak bukan ituuu..”

“Terus maksudnya mau ngapain?, Lagian ngapain sih kakak jauh-jauh cari tahu soal Elsa kesini, kan harusnya perusahaan sebesar itu punya data-data staffnya”

“Kamu bener juga sih, tapi kakak itu butuh informasi yang lebih. Data yang ada di kantorkan hanya terbatas, ayo dong El oke deh kakak janji bakalan jadi investor klinik kamu nanti” kata Al memohon

“Okeyy,kalo begitu besok kakak jemput aku lagi, kita ketemuan sama Dr.Mira” Ujar Michelle

“Sekarang nggak bisa?”

“Ya Enggak dong kakakku, sekarang jam berapa? Jarang dokter yang praktik disini sore-sore”

 

>>>

 

Pukul 5 sore tepat Rifki turun ke lobby, pekrjaan yang diberikan seniornya hari ini benar-benar menguras energinya.

 

“Nasib-nasib jadi anak magang. Yang lembur gue tapi yang dapet gaji lebih siapa” gerutunya di dalam lift

 

Setelah lift terbuka buru-buru ia keluar dan mempercepat langkahnya karena Toni pikirnya Toni sudah menunggunya diluar kantor.

 

Ternyata instingnya salah, Temannya itu belum juga sampai dikantor alhasil ia harus menunggu di pos satpam dekat gerbang.

Di pos satpam ada satu orang satpam yang sedang berjaga dengan santai bermain Hp tanpa memerhatikan keadaan sekitar. Karena ia memang anak magang, jadi seperti biasa tidak ada sapaan dari satpam itu berbeda jika sekarang yang berdiri di situ adalah wanita cantik atau pak Al mungkin satpam itu tidak sesantai sekarang. Bukan maksud Rifki ingin disapa atau dihormati, tapi menurut dia ketika ada security yang tidak fokus, bukan tidak mungkin akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di dalam gedung.

 

“Sore pakk” Sapa Rifki menyindir

“Sore” jawab satpam itu tanpa melihat Rifki dan masih Fokus dengan Hp

 

Dari kejauhan layar Hp satpam itu terlihat oleh mata Rifki yang tajam, ia mengernyit untuk memfokuskan pandangannya pada apa yang sedang dilihat satpam itu. Rifki termasuk anak yang memiliki rasa penasaran yang sangat tinggi.

 

Betapa kagetnya, satpam itu berulang kali memutar video rekaman CCTV yang isinya dirinya sedang turun dari motor bersama Toni tadi pagi. Rifki bingung kenapa satpam itu begitu fokus memerhatikan video itu sampai diputar berulang, apakah ada yang aneh dengan dirinya dan Toni. Tapi belum sempat ia mendekat dan menghampiri satpam itu Toni sudah berada di sebrang jalan dan memanggil Rifki untuk cepat menghampiri dirinya.