Try new experience
with our app

INSTALL

TERKA 

Penyelidikan Dimulai

“KRIINGGGG-KRIINGGGG”

Suara alarm yang cukup tetangga kosnya terganggu hanya menggoyahkan pergerakannya. Mata Rifki tidak bergerak sedikitpun, padahal Toni sudah mengetuk-ketuk pintu tidak mempan untuk membangunkannya tidur.

“TOK TOK TOK”

“RIFKI WOYYY. LO KALO PENGEN BANGUN SIANG JANGAN PASANG ALARM BRO” teriak Toni di depan kamar Rifki.

Sebenarnya Rifki mendengar suara-suara berisik pagi itu, tapi sepertinya rasa malas lebih kuat setiap pagi. 

“GrubbbaaAAAKK!!”

Suara seperti ember di lempar kearah pintu kamarnya terdengar yang akhirnya mengagetkan, jantungnya. Seketika ia berdiri dan membelalakkan matanya. Dengan menahan kantuk terpaksa Rifki berjalan menuju pintu kamar yang tidak ajauh dari ranjang tidurnya.

 

“DuuuuhhHHHH siapa pagi-pagi udah beriSiiKKK?” menguap di gang pintu

 

Sosok wanita berdaster dengan melipatkan kedua tangannya didepan menghampiri Rifki yang sedang menguap santai. 

“Ckckckck” dercak wanita itu

“Hee ibuu” kata Rifki cengengesan

“BAGUSS YA, pagi pagi bikin brisik orang”

“siapa yang brisik bu Adam, Rifki dari tadi masih tidur. Noh si Toni pagi-pagi brisik” ucap Rifki ngeles.

“BagusSSS” celetuk Toni sambil sibuk mengelap motor bebeknya.

“Itu bu bagus nama burungnya, hehehe” kata Rifki

“Burung siapa Ha?” tanya bu Adam melotot

"Ya burung Toni siapa lagi bu" ucap Rifki "Eh! apaan bawa nama gue, gak ada ya bu Toni gak punya burung" sela Toni mendekati Rifki dan ibunya.

“aAAAHHH sudah!, pokoknya ibu gak mau denger besok pagi ada ribut lagi, kamu Rifki jangan pasang Alarm kencang-kencang.” Urai bu Adam tegas, lalu berjalan meninggalkan Rifki dan Toni.

“Bu tunggu! Mau KEMANA?!” tanya Toni

“PASAR !” balas bu Adam tanpa berbalik.

 

Setelah ritual perdebatan pagi, bersama ibu kos dan anaknya Rifki segera bergegas untuk mengambil perlatan mandi.

“Eh Ton, lo gak punya burung bener, itu apa?” tanya Rifki yang berkalung handuk dan tentengan peralatan mandi.

“Emang gue gak punya burung, gue punyanya bebek nih!” jawab Toni yang masih mengelap motor bebeknya

“Ya maksud gue itu tadi, bebek sama burung satu kelas yaitu unggas” keliknya mendekati Toni

“Lo nagapain deket-deket, Iiiihhh”

 

Rifki mengangkat kedua alisnya dan membelalakan kedua matanya seakan menginginkan sesuatu dari Toni.

 

“Ohhhh nggak nggak, nggak bisa!” Toni menggelengkan kepala

“Okeyy, tapi jangan salahin gue ya kalo emak lo besok gantian lempar ember ke kamar lo” meinggalkan Toni menuju kamar mandi

“RIFKI! Iya deh gue anterin lo, tapi jangan lupa kirim lagi besok!” teriak Toni

 

Rifki mengacungkan jempolnya.

 

>>>

 

Perjalanan pagi ini sangat mendukung perasaan Al, ia semobil dengan perempuan yang sayang setelah ibunya. Melihat wajah Michelle setiap pagi adalah moment yang harus ia syukuri.

 

“Eh kak, btw ya lo ngapain sih, penasaran banget sama masalah Elsa, atau jangan-jangan…_?” ujar Michelle yang duduk disamping Al.

“Jangan-jangan apa?, kakak suka gitu sama Elsa?” tebak Al, sambil menyetir Jeepi

“Tuh kan gue belum ngomong aja, lo udah ngaku” ejek Michelle

“Omaigat! Michelle! Big no! Buat kakak suka sama staff kakak sendiri.” Sangkal Al

“Ihhh YA YA, biasa aja ngomongnya. Ka lo bisa cepetan dikit nggak?, gue udah telat soalnya” pinta Michelle setelah mengecheck layar Hpnya.

 

Akhirnya Al mempercepat laju mobilnya untuk bisa segera sampai di rumah sakit tempat Michelle melaksanakan praktek Koas.

 

Setelah melewati perjalanan selama tiga puluh menit, mereka berdua sampai di lobby rumah sakit. Michelle dengan buru-buru dari mobil kakaknya, namun tiba-tiba tangan Michelle di tahan Al.

 

“El tunggu!”

“AduhhHH apa kak, El udah telat bangettt!?”

“Kamu janji dulu mau bantuin kakak”

“Ehmmm gimana ya..” memutarkan bola matanya

“Eh! Ayo dong El kan semalam udah janji”

“Iya dehh, tapi El mau imbalan sesuatu”

“apa?”

“Nanti aku aksih tahu, sekarang aku mau masuk dulu, bye kakak ku yang sok kulkas”

 

Michelle langsung keluar dari mobil kakaknya.

 

>>>

 

Setelah mengantar adik kesayangannya, Al tidak langsung menuju kantor ia akan menyempatkan pergi ke makam Elsa, mengingat ia kemarin tidak ikut dalam upacara pemakaman Elsa.

 

Suasana sepi mulai terasa, mobilnya mulai terpakir di pakiran Tempat pemakaman umum daerah. Nisan-nisan TPU seperti mengucapkan sambutan untuk segelintir orang yang datang termasuk Al. Orang-orang yang berkunjung ke makam, adalah biasanya membawa rasa rindu dan kesedihan. Mereka ingin mendo’akan sanak saudara yang pergi dari dunia terlebih dahulu, rasanya Al tidak pernah sekalipun mendengar tawa terbahak-bahak setiap berkunjung ke makam dimana pun.

 

Al berdiri di makam yang aromanya masih segar, rumput belum bertumbuh di dekat batu nissan. Karangan bunga juga masih terlihat segar di sekira makam, termasuk bunga tabur. Nissan bertuliskan Elsa kurnia binti Jaja. Al mulai duduk di samping makam, menunduk dan berdo’a untuk assisten yang sudah mendampinginya bekerja bertahun-tahun.

 

“Elsa saya minta maaf, saya tidak pernah menanyakan kabar kamu. Sampai kamu bisa melakukan ini” ujarnya menatap batu nissan putih Elsa.

 

“Kamu tidak perlu merasa bersalah Al!” suara perempuan terdengar dari belakang

 

Sambil mengeryit Al menengok ke arah sumber suara, “Nenek?!” kagetnya melihat nek Tjandra datang dengan kaca mata hitamnya.

 

“sudah nenek bilang kamu, kamuu nggak perlu merasa bersalah apapun soal Elsa. Dia bunuh diri karena masalah dia sendiri, nggak ada sama sekali hubungannya sama kamu” tegas nek Tjandra

“Nek!, nenek itu nggak ngerasain, aku orang yang seeetiap hari sama Elsa, kalau nenek orang baik pasti nenek mengerti maksud aku” Jelasnya tegas lalu langsung meninggalkan nenek Tjandra sendiri di makam Elsa.

 

Nenek Tjandra hanya memandang tajam cucu pertamanya itu, matanya seolah ingin menyuruh Al agar melupakan apapun tentang Elsa. 

 

>>>

 

Dikantor Al kembali harus fokus dengan pekerjaanya, meskipun benaknya terus menerus terpikir oleh bayangan Elsa. Apalagi jika ia sudah memasuki ruangan pribadinya, susunan kertas-kertas dan bingkai foto yang biasanya disusun rapi oleh Elsa dipandang matanya dengan penuh rasa bersalah.

 

“Hallo boleh sambung kan saya ke HR?” ucapnya di gagang telepon

 

Al berencana untuk membuka lowongan untuk mencari pengganti Elsa. Meskipun kemarin ia sudah sempat berbincang soal ini dengan Andin yang notabene pihak Accounting, ia juga harus mendiskusikan ini dengan HR.

 

“Hallo Gina, saya minta tolong kamu buka lowongan untuk cari pengganti Elsa, tapi kalo kamu rasa ada staff yang bersedia dan sesuai kriteria saya kamu bisa langsung suruh dia ke ruangan saya” papar Al dari balik telephone

“Baik pak,”

 

Sembari menunggu, kabar tentang assisten barunya, Al akan memulai permainan detektifnya sendiri. Ia ingat tentang laki-laki berjaket hitam, lalu ia segera menuju ruang CCTV, sekaligus mengecheck apakah coretan itu hilang atau tidak.

 

>>>

 

Pria berjaket dan bertopi hitam itu tak terlihat jelas di area wajah karena memakai masker. Hal ini membingungkan pikiran Al, namun dirinya semakin tertantang untuk menyelidiki.

 

“Pak coba putar pas bagian saya keluar dari lift, terus jalan ke arah mobil saya” pintanya kepada security

 

Terlihat pada layar CCTV, Al sedang berjalan menuju Jeepi dan mesuk, pada saat yang sama layar CCTV lain memperlihatkan pria berjaket hitam itu mulai beraksi mencoret tiang di salah satu basement, yaitu tiang yang Al lihat kemarin.Namun tetap saja mereka tidak menemukan ciri-ciri spesifik dari dari pria itu.

 

“Kalo kamera dari arah luar gedung pak?” tanya Al penasaran

“Oh iya pak, disebelah sini” kata security menunjukkan layar

“Coba putar yang kemarin mulai siang hari sampai sore” parintahnya.

 

Dari layar CCTV, siang hari luar kantor terlihat ramai dengan wartawan sampai pada pukul 14.32 tepat pria itu terlihat pada gerombolan wartawan yang memaksa masuk ke gedung. Beberapa dizinkan masuk termasuk pria yang menyamar itu.

 

Melihat video itu Al sedikit geram dengan kinerja satpam yang berjaga kemarin, karena teledor dalam pengecheckan wartawan-wartawan yang masuk area.

 

“Siapa nama, yang jaga kemarin?”  tandas Al tegang.

“A.. anu pak, itu.._” ucap satpam terbata-bata

“ITU ITU SIAPA!?” bentak Al

“anu pak, si Adi” jawab satpam cepat

“hari ini dia masuk?”

“masuk pak, sekarang di depan”

 

Al langsung meninggalkan ruangan itu.