Contents
Misteri kelas IPA
3. Mimpi atau Nyata?
Pulang sekolah, Michelle berlari menghampiri ibunya yang sedang mempersiapkan makan siang di dapur.
"Bu, El ngalamin hal aneh lagi tadi." Michelle memeluk ibunya dari belakang.
"Hal aneh apa sayang?" Mila mengelus tangan Michelle yang melingkar di perutnya.
"Tadi El tidur di kelas tapi El ngerasa kalau El lagi di sebuah bis hantu gitu bu." Jelas El.
"Itu cuma mimpi sayang, jangan terlalu di pikirin." Mila melepaskan tangan Michelle kemudian berbalik dan memeluk anaknya itu.
"Tapi bu, semenjak El masuk IPA hal aneh sering terjadi di kelas itu."
"Itu perasaan kamu saja sayang, ayo sekarang ganti baju. Sebentar lagi makan siang nya siap." Mila melepaskan pelukannya kemudian melanjutkan memasak.
"Iya bu." Michelle pergi ke kamarnya untuk mengganti pakaian.
Namun begitu membuka pintu kamar, dia terkejut melihat sosok perempuan cantik dengan rambut panjang terurai dan memakai seragam sekolah SMA sedang duduk di tepi kasur Michelle.
"Astagaaa." Michelle berteriak sambil kembali menutup pintu kamarnya dengan keras.
"Ada apa El?" Teriak Mila dari dapur.
"Ga bu, ada kecoa." Michelle berbohong kepada ibunya karena tidak ingin membuat ibunya khawatir.
Ya, ibu nya tidak mengetahui kelebihan anaknya yang satu ini. Yang dia tahu hanyalah jika Michelle sering mendapat mimpi atau firasat yang nanti nya akan menjadi kenyataan.
"Kirain kenapa, bikin ibu panik aja." Mila menghampiri Michelle yang masih berdiri di depan pintu kamarnya.
"Sini ibu lihat." Mila membuka pintu kamar Michelle perlahan. "Dimana sayang?" Tanyanya setelah pintu terbuka lebar.
Michelle mengintip di belakang ibunya dan perempuan tadi ternyata sudah tidak ada disana.
"Udah pergi kayanya bu, tadi El liat di bawah sana." Michelle menunjuk ke bawah meja belajarnya.
"Ya sudah nanti kalau ada lagi, panggil ibu ya."
"Siap ibu."
Mila kembali ke dapur sementara Michelle melangkahkan kaki perlahan menuju kamarnya.
Setelah menutup pintu, Michelle berbalik dan alangkah kagetnya. Perempuan yang tadi dia lihat sedang berdiri berhadap-hadapan dengan nya. Tinggi mereka sama, rambut mereka sama dan muka mereka sama, yang membedakan hanya seragam yang mereka kenakan.
Michelle menggunakan seragam putih abu tanpa dasi sedangkan perempuan itu memakai rok warna hitam dan memakai dasi hitam melingkar di lehernya seperti huruf X.
"Loe siapa?" Kali ini Michelle tidak berani teriak karena takut ibunya panik lagi.
Dia tidak menjawab, hanya tersenyum kemudian melayang menuju jendela kamar Michelle.
"Aku senang, akhirnya ada yang bisa melihatku." Ucapnya sambil melihat keluar jendela.
Michelle menghampiri perempuan itu dengan perlahan.
"Jangan-jangan mitos tentang kelas IPA yang gue tempati bener lagi. Loe hantu wanita yang sering mengganggu di kelas itu ya?" Tanya Michelle dengan tegas.
"Bukan, bukan aku yang mengganggu. Justru aku yang menolong kalian dari hantu itu." Jawabnya sambil menatap Michelle tajam.
"Ahh mana ada maling ngaku." Michelle menyilangkan tangannya didada dengan senyum yang mengejek.
"Hantu itu jahat. Kalau aku baik." Dia sedikit berteriak.
"Trus mau apa loe kesini? Nemuin gue disini." Tanya Michelle ketus.
"Aku ingin pulang." Jawabnya dengan ekspresi sedih.
"Pulang? Alamatnya dimana? Mau gue anter."
"Bukan pulang itu yang aku maksud." Dia terlihat marah.
"Trus?"
"El, sini cepat. Makan siangnya udah siap." Terdengar suara Mila memanggil dari luar.
"Baik bu, sebentar." Teriak Michelle dari kamarnya.
"Oke, gue mau makan siang dulu. Nanti kita sambung ngobrolnya." Michelle cepat-cepat mengganti pakaiannya lalu keluar kamar dan pergi menuju meja makan.
***
'Kenapa hantu tadi mirip gue ya. Walau dia keliatan jadul tapi wajahnya bener-bener mirip gue.' Batin Michelle dalam hati.
"El, kenapa ga dimakan." Sahut Mila karena melihat Michelle hanya bermain-main dengan makanannya.
Namun michelle seolah mengabaikan teguran ibunya.
"El, denger ibu ga." Mila menggoyang-goyangkan tangan Michelle.
"Eh iya bu, ada apa?" Tanya Michelle kaget.
"Kamu ngelamunin apa sih nak?" Tanya Mila khawatir.
"Ga koq bu, perasaan ibu aja kali." Michelle mengelak.
"Atau makanan nya ga enak ya?"
"Enak koq bu, enak banget." Michelle mulai memakan makanan yang dari tadi hanya di aduk-aduk saja.
'Ada yang salah dari El.' Gerutu Mila dari dalam hati.
Setelah selesai makan, Michelle izin kepada ibunya untuk istirahat dikamar padahal biasanya dia selalu membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah.
***
Didalam kamar, Michelle tidak melihat hantu perempuan tadi.
"Katanya mau minta tolong di anter pulang. Eh dia nya ngilang." Gerutu Michelle.
Dia pun merebahkan tubuhnya di atas kasur. Perlahan dia memejamkan mata dan akhirnya dia tertidur lelap.
"Dimana gue?" Michelle melihat sekeliling.
Semuanya gelap namun samar-samar ia melihat pohon-pohon tinggi berjajar rapi di pinggir jalan dan ia baru ingat kalau jalan ini terlihat sama dengan jalan yang ia lihat saat menaiki bis hantu itu.
Michelle berjalan menyusuri jalan dengan aspal hitam yang sering ia lihat di film film jadul.
"Loe ngapain disini?" Seorang laki-laki tiba-tiba menepuk bahu Michelle yang sontak membuatnya terkejut.
Saat membalikan badannnya, ia melihat laki-laki yang menepuk bahunya ternyata adalah Rifki.
"Loe! Kenapa loe ada disini?" Tanya Michelle heran.
"Loe yang harusnya jawab, kenapa loe ada di tempat berbahaya ini." Rifki memegang kedua bahu Michelle.
"Emm, ya gue ga tau. Gue tiba-tiba ada disini." Jawab Michelle pelan sambil melihat ketampanan wajah Rifki dari dekat.
Tett teeettttt tetttt
Terdengar suara klakson bis yang tiba-tiba ada di depan mereka.
Rifki menarik tangan Michelle hingga mereka terjatuh ke pinggir jalan.
"Gue bilang juga apa, disini bahaya buat loe." Teriak Rifki.
"Siapa juga yang mau kesini." Michelle cemberut lalu menjauhkan badannya dari Rifki. "Tapi koq aneh, perasaan tadi ga ada bis deh."
"Loe yang ga nyadar. Sekarang loe pejamin mata. Jangan buka sampai gue suruh."
"Tunggu-tunggu, loe belum jawab pertanyaan gue tadi. Kenapa loe ada disini?"
"Sekarang bukan waktunya untuk gue jelasin. Cepat sekarang pejamkan mata loe." Rifki menutup mata Michelle agar ia terpejam.
Beberapa menit kemudian terdengar samar-samar suara Rifki. "Buka."
Michelle pun langsung membuka matanya karena kaget. Dia mengatur nafasnya yang dari tadi tidak beraturan. Pikirannya benar-benar melayang namun dia bersyukur karena sekarang dia sudah kembali ke kamar nya.
"Ternyata hanya mimpi." Ucap Michelle namun dia merasa aneh saat sikutnya terasa sakit dan memar.
"Bukannya ini karena terjatuh tadi ya." Michelle menyipitkan matanya, mengingat-ingat kejadian barusan saat ia terjatuh bersama Rifki.
"Koq aneh sih, sebenarnya apa yang terjadi barusan."
Michelle beranjak dari tempat tidurnya dan semakin kaget saat melihat kakinya yang kotor seolah dia habis berjalan-jalan tanpa alas kaki.
Dia melihat ke luar jendela dan suasana diluar masih siang sedangkan dalam mimpinya barusan sangat gelap seolah sudah tengah malam.
***