Contents
Aladin On The Way (Season 2)
Part 7
Bab 7
Al lalu mengeluarkan buket bunga matahari yang ia sembunyikan di balik badanya. Kemudian memberikan kepada Andin.
"Maaf atas moment Matahari terbit yang terlewatkan, saya harap kecantikan bunga matahari ini mampu menerbitkan senyuman di bibir matahari saya," rayu Al membuat Andin kelimpungan.
Senyuman Andin merekah,
"Mas Al ... Kamu paling bisa deh ngerayu aku," ucap Andin seraya memeluk Al erat.
Al membalas pelukan Andin, "Pelan-pelan, Ndin, kasian anak kita ketekan kalau kamu peluk saya erat begini," ujar Al memperingati.
Andin melepas pelukannya, "Hehe iya, Mas, makasih ya," ucap Andin.
"Sama-sama," jawab Al seraya mencium kening Andin penuh cinta.
Al lalu berjongkok di hadapan Andin, mensejajarkan posisinya dengan perut buncit Andin. Kemudian mengecupnya pelan, lalu mengelusnya sembari mengajak calon bayinya bicara.
"Selamat pagi anak Papa, Sayang, sudah bangun belum? Kamu sehat-sehat di perut Mama ya, jangan nakal, jagain Mama selalu.
Baik-baik di sana sampai saatnya kamu hadir di dunia ini ya, Nak," ucap Al.
Tiba-tiba terasa tendangan lembut dari perut Andin.
"Dia semakin aktif menendang ya, Ndin," ucap Al bahagia.
Andin sedari tadi tersenyum bahagia melihat perlakuan Al, "Iya, Mas, Alhamdulillah, dia sehat dan aktif."
"Alhamdulillah."
tiba-tiba Hp Al berbunyi.
"Rendy? saya angkat dulu ya, Ndin."
"Iya, Mas."
Al mengangkat telfon dari Rendy, sedang Andin melanjutkan aktivitasnya.
Beberapa saat kemudian, setelah panggilan telpon Al dan Rendy berakhir.
Al berjalan ke arah Andin yang sedang mematut dirinya di depan cermin.
"Ada apa, Mas?"
"Rendy minta pendapat soal tempat pemotretan untuk produk maharatu yang terbaru. Karena pihak maharatu baru saja meminta meeting untuk membahas masalah ini," jelas Al.
"Oh gitu, terus gimana udah dapat?"
"Belum sih, karena kali ini sedikit berbeda, produk terbaru maharatu ini basicnya herbal, jadi mungkin untuk photoshootnya perlu nuansa alam yang natural, berbeda dengan produk-produk sebelumnya."
"Oh gitu Mas ... kenapa nggak photoshoot di sini aja, Mas? nuansa alam Paradiso kan masih sangat natural, dan bagus banget loh Mas di sini," saran Andin.
"Di sini? Sepertinya terlalu rumit, Ndin.
Karena kan acara pemotretan ini melibatkan banyak pihak. Kalau lokasinya di Bali sepertinya terlalu memakan banyak waktu," jelas Al.
"Iya sih Mas, tapi aku ada ide, Mas."
"Apa itu?"
"Gimana kalau yang datang cukup brand ambassadornya aja, untuk jasa photogrpahy, make over, dll, pasti di Bali banyak yang bagus kan, Mas, kamu bisa minta Bu Nini untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Jadi All crew yang di Jakarta tetap bisa beraktivitas seperti biasa," jelas Andin menyampaikan idenya.
"Ya bisa juga sih seperti itu," Al mulai berpikir.
"Nah, nanti Aurel suruh datang kesini sama Rendy, Mas, kan nggak mungkin Aurel datang sendiri," lanjut Andin lagi.
"Rendy?"
"Iya Rendy Mas, aku perhatikan waktu acara lounching Maharatu itu, sepertinya Rendy punya ketertarikan dengan Aurel, Mas, kenapa nggak kita coba deketin mereka, siapa tau mereka memang berjodoh 'kan?
Yaa ... anggap aja ini liburan juga untuk mereka, mereka juga bisa menghabiskan waktu bersama di pulau paradiso ini Mas."
"Ya, kamu benar. Tapi, Ndin, Rendy kan harus menggantikan posisi saya di kantor, kalau Rendy di sini juga siapa yang akan menggantikan posisi saya?"
Andin tampak berpikir sejenak.
"Kamu ambil waktu weekand aja, Mas.
Kamu kan bisa minta tolong Felice untuk kosongkan jadwal di hari sabtu. Supaya Rendy bisa berangkat di hari itu, pemotretan bisa tetap dilakukan di hari sabtu sore, jadi masih di hari kerjanya Aurel. Barulah hari minggunya biarkan mereka berlibur berdua di sini, Mas. Terus Senin kita sama-sama kembali ke Jakarta, gimana?"
Al tampak menimbang saran dari Andin.
"Ayolah Mas, bisa ya? Aku yakin mereka pasti seneng. Lagian Mas jujur aja ya, terkadang aku kasihan dengan Rendy. Dari pagi sampe malam harus selalu siap kamu beri tugas, mungkin sekarang saatnya Rendy juga harus memikirkan urusan pribadinya, Mas, kehadiran Aurel barangkali bisa mengubah sedikit hidup Rendy dari kejenuhannya bekerja di kantor. Ya seperti kamu bertemu aku, Mas," tanya Andin sembari tersenyum tersungging.
"Jadi maksud kamu secara garis besarnya saya dan Rendy adalah orang yang membosankan? Yang monoton hidupnya dan tak bahagia, begitu?"
"Ehm, bisa dibilang begitu sih, Mas. Tapi kamu kan sudah menemukan aku, dan mungkin Rendy pun bisa menjadikan Aurel sebagai penyemangatnya. Please ... boleh ya, Mas,
Lagian ini saatnya kita untuk berbalas budi membantu Rendy Mas,'kan Rendy banyak berjasa atas bersatunya kita saat ini." Andin terus merayu suaminya.
"Ya udah nanti coba saya sampaikan ke Rendy,
Yang penting sekarang kita sarapan, yuk kamu sudah siap?"
Tak menjawab, Andin justru malah memikitkan hal yang lain.
"Mas," panggil Andin mulai genit.
"Kenapa, Ndin? "
"Aku pengen sesuatu. "
"Apa? "
"Aku mau pancake strawberry, Mas. "
"Oke, saya minta Cheff Syalala buatin pancake strawberry untuk kamu ya," ucap Al tanggap.
"Aku nggak mau, Mas."
"Terus?"
"Aku maunya kita masak sendiri."
"Kita?"
"Iya, Mas, Aku sama kamu."
"Saya nggak bisa masak, Ndin."
"Bisa, Mas ... Ayolah, Mas, mau ya?" desak Andin mulai memelas.
"Oke ... Oke, kita coba ya," jawab Al pasrah.
"Yeee makasih ya, Mas."
Al menghela nafasnya berat. Memijat pelipisnya yang mendadak terasa berat.
"Sabar Al ... tahan sampai 4 bulan lagi," batinnya menghibur.
"Ayoo, Mas, jangan bengong!" ucap Andin mengejutkan Al.
"Iya iya ...."
Sementara itu di rumah Papa Surya, Nino berjalan masuk ke dalam rumah itu dengan langkah kaki yang berat, entah kenapa semua semakin berat ia rasakan.
"Semoga jalan yang aku ambil ini tepat, jauh di lubuk hatiku yang terdalam, aku sadar bahwa aku menolak untuk kembali bersama Elsa, tapi demi permintaan Mama dan Papa, aku bersedia untuk kembali memaafkan Elsa dan menerimannya kembali," batin Nino
----------- Flashback ----------
"Apa? Papa dan Mama ingin aku kembali pada Elsa? Tapi kenapa, Ma, Pa? Elsa sudah terlalu menyakiti hati dan perasaan aku," ucap Nino kesal.
"Mama dan Papa tau, Nino, tapi pada dasarnya semua yang dilakukan Elsa itu untuk mendapatkan cinta dari kamu, No," jawab Mama Karina.
"Tapi bukan dengan cara membuang anak kandung aku ke panti asuhan, memfitnah Andin dan--," dipotong pa Chandra.
"Cukup, Nino! semua sudah berakhir, hubungan kamu dan Andin sudah berakhir. Kamu harus bisa terima itu, untuk apa kamu sesali itu lagi, penyesalan tak bisa merubah apapun, No.
Coba kamu pikir, Nino, dengan kembalinya kamu pada Elsa, itu merupakan salah satu cara agar kamu bisa bertemu Reyna, karena Elsa dan Andin bersaudara, kamu bisa selalu punya alasan untuk bertemu Reyna. Karena kamu adalah omnya Reyna, suami dari adiknya Andin," ujar Pak Chandra tegas.
"Di samping itu, No, Mama dan Papa ingin sekali secepatnya punya cucu, dan kamu adalah satu satunya harapan kami. Umur kamu sudah tak muda lagi dan butuh waktu berapa lama untuk kamu bisa kenal lagi dengan seorang wanita? Proses perkenalan, tunangan hingga menikah dan punya Anak, butuh berapa lama lagi, No?
Tapi dengan Elsa, kamu hanya cukup memperbaiki semuanya dari awal, menutup semua masa lalu kalian dan memulai program hamil hingga Elsa pada akhirnya hamil, ini akan memakan waktu yang tak begitu lama, Nino. Jadi Mama dan Papa mohon untuk kamu mempertimbangkan lagi masalah kamu dan Elsa ini, Mama yakin Elsa bisa berubah dan menyesali semua perbuatannya. Karena
pada dasarnya Elsa adalah anak yang baik," sambung Mama Karina.
Pak Chandra mendekati Nino dan merangkul bahunya memberi kekuatan,
"No, Mama kamu benar, Kami tau kamu kecewa sama Elsa, kamu marah sama Elsa, Elsa sudah sangat menyakiti kamu. Kami tau itu.
Tapi, Mama dan Papa berharap, kamu mampu membesarkan hati kamu untuk kembali memaafkan Elsa. Karena kami melihat Elsa sangat tulus mencintai kamu, No. Dia hanya salah jalan, dia salah memilih cara untuk memperjuangkan cintanya. Dia hanya butuh kamu bimbing, No.
Satu hal yang kamu harus tau, memiliki seorang wanita yang mau tulus mencintai kamu dan menerima kamu apa adanya itu tidak mudah.
Kamu sudah gagal mempertahankan Andin, tolong kali ini jangan sampai kamu menyesal karena gagal mempertahankan Elsa.
Buang ego kamu, No, lihat Elsa dengan ketulusan cintanya," ujar Pak Chandra membuat Nino berpikir keras.
Nino terdiam lalu berpamit ke kamarnya, meninggalkan Mama Papanya di ruang tamu.
Sejak kejadian itu Nino terus memikirkan hubungannya dengan Elsa, hingga akhirnya ia memutuskan untuk kembali menerima dan memaafkan Elsa, dan orang tuanya terlihat sangat bahagia dengan keputusan Nino itu.
Nino tersadar dari lamunannya, kini ia sudah berada tepat didepan pintu rumah Pak Surya untuk menjemput Elsa. Tangannya dengan ragu ragu perlahan mulai mengetuk pintu rumah Pak Surya
"Iya, sebentar," seseorang dalam rumah menyahut, dan dari suaramya sepertinya itu adalah Mama Sarah.
Suara kunci terdengar tak lama kemudian pintu terbuka dan "Nino?" Ternyata benar itu adalah Mama Sarah.