Try new experience
with our app

INSTALL

Aladin On The Way (Season 2) 

Part 1

Ini adalah cerita lanjutan dari judul "Aladin On The Way Reborn" yang sudah tayang lebih awal di aplikasi ini, cek akun admin untuk baca season 1 nya.


jangan lupa subscribe dan tinggalkan komentar.


Aladin On the way 2 


Bab 1 


-----Rooftop Pulau Paradiso-----


Al membantu Andin turun dari helikopter. 

"Pelan-pelan, Ndin, kamu harus hati-hati,"

ucapnya khawatir terhadap kondisi istrinya yang tengah hamil. 


"Iya, Mas," balas Andin menurut. 


Ya, sejak kehamilan Andin, Al menjadi overprotektif. Seolah-olah istrinya itu tidak boleh bergerak tanpa pengawasannya. 


Al dan Andin sudah turun dari helikopter. Andin menoleh ke kanan dan ke kiri, tersungging senyuman bahagia dari bibir mungilnya. 


"Seneng?"


"Seneng banget. Makasih ya, Mas, kamu udah nurutin kemauan aku untuk pergi ke surga duniaku ini. Yaa ... meski harus menunggu sampai kehamilanku berusia lima bulan sih," ucap Andin. 


Al menghela nafasnya panjang.

"Kamu ini niat ucapin terimakasih apa niat protes sama saya sih?"


Andin terkekeh "Hehe makasih Suamiku cayaaang ...," jawab Andin seraya bergelayut manja di lengan Al. 


"Heemm, Saya minta maaf kalau baru bisa turutin kemauan kamu sekarang, saya lakukan ini demi kebaikan kamu dan calon anak kita, Ndin, kamu nggak lupa 'kan? Dokter sendiri yang sarankan kalau mau berencana trevelling tunggu trimester kedua?" ucap Al mengingatkan Andin.


Andin memandang suaminya sekilas, "iya ... iya Mas, aku ingat kok, makasih ya," jawab Andin kembali tersenyum.


"Ya sudah, kamu tunggu sini ya, saya mau cek barang-barang kita, memastikan semuanya sudah turun dari helikopter tanpa ada yang tertinggal."


"Bentar, Mas."


"Kenapa?"


"Kita selfie dulu ya, Mas."


"Nggak usah lah Ndin, nanti aja ya." 


"Bentar aja, Mas ...."


Andin menarik tangan Al untuk mendekat. 

Al pun hanya menurut. 


"Mas kamu pegang anak kita dong!"


Al meletakkan tangannya di perut buncit Andin sesuai instruksinya. 


Daan ....


Satu ... Dua ... Tiga ... 

Cekriiikk Cekriik Cekriiikk!


Setelah puas mengambil gambar, Andin melepas tangan Al. 


"Saya tinggal dulu ya," pamit Al.


"Oke, Sayang." jawab Andin seraya memandangi foto-foto di layar gawainya. 


Al berlalu meninggalkan Andin, baru beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba terdengar teriakan Andin. 


"Maaasss!"


"Apa lagii?"


"Jangan lupa guling kelinci kesayangan aku ya, Mas!" 


"Iya."


"Bantal hamil aku yang doraemon ada di bagian belakang jangan sampai ketinggalan, Mas, di bungkus kantong hitam."


"Iya, Andin."


Al lalu melanjutkan langkahnya, namun lagi lagi teriakan Andin menggema di telinganya. 


"Mas ... Mas Al," panggil Al lagi 


Al menghela nafas panjang lalu berbalik ke arah Andin, ia mengatur nafasnya sedemikian rupa agar tidak menghasilkan intonasi tinggi saat bicara akibat emosi yang melanda. 


"Apalagi, Andini Kharisma Putri?" jawab Al pelan.


"Cemilan aku jangan sampai ketinggalan ya, Mas, apalagi kuaci sama kerupuk sayurnya," ucap Andin mengingatka .


"Iya, ada lagi?"


"Nggak ada, Mas."


Al baru saja membalikkan badannya


"Eh Mas!"


Suara Andin kembali menginterupsi.


Al mengepalkan tangannya kuat, namun ia masih tetap berusaha bersabar. 


"Kenapa lagi, Andin?"


"Sweeter aku yang bertopi beruang tadi ada di bangku tempat aku duduk, jangan sampai ketinggalan ya."


"Iya Andin, saya akan pastikan semua barang kamu tidak ada yang tertinggal, kamu tenang ya."


Andin tersenyum puas "Makasih suamiku sayang."


Al tidak menjawab ucapan Andin, ia berlalu dalam keadaan emosi yang memuncak tinggi. 


"Sabar Al ... Sabar, Andin lagi hamil, dia kaya gitu karena pengaruh hormon kehamilannya Al. Dia cuma butuh lo perhatiin," bathin Al mencoba menenangkan dirinya. 


Dari kejauhan Andin memandang Al seraya mengelus elus perutnya yang sudah mulai tampak membuncit. 


"Papa kamu baik banget ya, Sayang, dia sayang sekali sama kita, kamu harus bersyukur punya Papa sepertinya," ucap Andin berbicara pada janinnya. 


Ia memandang sekitar "Entah mengapa, aku sangat ingin berkunjung ke tempat ini.

Tempat ini penuh kenangan Indah, di tempat inilah awal aku merajut tali kasih dengan mas Al tanpa ada bayang-bayang dendam di antara kita. 


Tempat ini menjadi saksi bisu penyatuan cinta kita, hingga kini, buah dari cinta itu sudah tumbuh di dalam rahim ku dan akan segera hadir ke dunia. 


Terima kasih ya Allah atas segala anugerahmu, aku sangat bersyukur atas apa yang aku miliki saat ini," syukur Andin dalam hatinya.


___________________________________


( Istana Pondok Pelita ) 


Kiki dan Mirna sedang duduk di dapur menikmati hari santainya. 


"Alhamdulillah ya, Mbak Mir, kerjaan kita udah kelar semua," ucap Kiki memulai obrolan. 


"Iya ... ya, Ki, bisa nyantai juga hari ini.

Biasanya mah kalau gue habis antar Reyna sekolah gini masih riweh ngerjain perintah Pak Bos yang ini itu," balas Mirna. 


"Bener banget, Mbak, hari ini kita tenang, karena untuk beberapa hari kedepan kita aman dari teriakan Pak Bos yang horor."


"Kok horor sih, Ki?" tanya Mirna heran. 


"Ya horor lah Mbak Mir, pasti perintahnya aneh-aneh deh. Mbak Mirna tau, kemarin waktu Mbak Mirna antar Reyna sekolah, Pak Boss tiba-tiba pulang dari kantornya. Terus teriak teriak manggil Kiki." 


"Lah kenapa tuh?" tanya Mirna


------- Flash Back -------


"Kikiiiiii!" teriak Al seraya berjalan ke arah dapur dengan terburu-buru. 


"Loh, Mas Al? Kok balik lagi, Mas? Ada apa Mas?"


"Nggak usah banyak tanya! Saya mau minta tolong sama kamu," ucap Al dengan nafas tersengal-sengal. 


Firasat Kiki mulai tidak enak,"Mi ... Minta tolong apa, Mas Al?"


"Kamu sekarang cepetan bikin bubur ayam untuk Andin ya. Bikin bubur ayam tapi jangan ada aroma bawang putih, jangan ada daun bawang, dan nggak usah pakai kaldu ayam. 

Terus kerupuknya kamu gorengnya jangan terlalu merekah yah, tapi harus renyah. Paham kan?" Al menjelaskan panjang lebar pada Kiki.


"Emm, anu, Mas, goreng kerupuk jangan merekah tapi harus renyah itu gimana ya? Setau Kiki kalau gorengnya kurang merekah teksturnya jadi alot Mas," tanya Kiki ragu.


Al mengusap wajahnya gusar. 


"Ya mana saya tau, Ki, yang jelas itu permintaan Andin seperti itu, saya nggak mau tau, buatkan sesuai permintaan dia ya. Sama satu lagi, kamu hidanginnya jangan pakai mangkuk, tapi pakai piring yang di lapisi daun pisang ya!"


"Daun pisang, Mas?"


"Iya"


"Tapi Kiki dapat dari mana Mas daun pisangnya? "


"Ya terserah kamu mau cari ke mana, yang penting itu bubur harus dihidangkan di atas daun pisang, saya nggak mau tau, titik! Kamu kan bisa minta tolong Uya."


Kiki tampak kebingungan. 

"I ... Iya, Mas."


"Jangan lama-lama ya, sejam lagi saya ada meeting soalnya, Andin maunya makan di suapin saya, jadi bubur harus matang sebelum satu jam."


"I ... Iya Mas Al." 


Al pun berlalu meninggalkan Kiki.. 


"Ampun Ya Allah. Ini kerjaan sebagai ART kenapa sekarang jadi berasa ikutan Final Master cheff ya," gerutu Kiki.


Kiki menengadahkan wajahnya ke atas seraya berucap, 

"Aladin, Sayang, kesayangan Miss Kiki, janji ya ini terkahir kalinya kamu minta aneh-aneh sama miss Kiki ... miss Kiki ga sanggup Nak." 


----------------------------------


Cerita Kiki di sambut tawa terbahak-bahak oleh Mirna. 


"Ya Ampuun Ki, Nasib lu gitu amat daah.

Yang sabar ya ... Ibu hamil emang gitu," sahut Mirna terkekeh.


"Kiki kurang sabar apa sih Mbak selama ini? 

Kemarin aja baru setengah jam ditinggal, Mas Al udah balik lagi, nanyain buburnya udah mateng apa belom. 


Lah kerupuknya aja masih harus di rendam minyak dulu Mbak, Uya juga nyari daun pisang belom dapet, rasanya jantung Kiki hampir copot, udah lompat-lompat kemana mana tuh jantung. Ngalahin finalisnya master cheff yang lagi berebut piala utama."


Mirna semakin tertawa keras.


"Ya ampun, Ki, Perut gua ampe sakit tau dari tadi ketawa mulu!" 


"Mbak Mirna ih, bahagia di atas penderitaan Kiki," ucap Kiki merajuk membuat Mirna semakin tertawa. 


Tiba-tiba Mama Rossa datang. 

"Ada apa ini? Sepertinya happy sekali?"

tanya Mama Rossa sembari menuang air putih ke gelasnya. 


"Eh Ibu, sini biar Kiki tuangin, Bu."


"Nggak usah, Ki, saya bisa sendiri. 

Ada apa ini? Sepertinya happy sekali ya?"


"Mbak Mirna tuh, Bu, yang happy di atas sad-sad nya Kiki."


Mama Rossa menahan tawanya mendengar ucapan Kiki dengan gaya inggris medoknya. 

"Bener gitu, Mirna? Kenapa?"


"Hehe engga kok, Bu, saya cuma lucu aja dengar cerita Kiki yang hampir tiap hari ngeladenin Pak Bos nurutin ngidamnya Andin yang aneh-aneh."


"Oohh gitu. I see, Maaf ya Ki, kalau Al sering merepotkan kamu," ucap Mama Rossa.


"Nggak papa kok, Bu, sudah menjadi tugasnya Kiki. Yang penting calon Aladin baik-baik aja, Kiki rela di suruh ngapain aja Bu."


Mama Rossa tersenyum 


"Makasih ya, kalian emang yang terbaik. 

Btw, mumpung hari ini kalian sedang libur tugas dari Al dan Andin, gimana kalau kalian shopping-shopping aja? Kerjaan rumah sudah selesai 'kan? Nanti saya transfer bonus satu jutaan ke rekening kalian untuk shopping. Gimana?


Mirna dan Kiki saling memandang tak percaya. 


"I ... Ibu serius, Bu?" tanya Kiki heran. 


"Iya, Bu Boss nggak sedang bercanda 'kan?"


"Ya saya serius, anggap aja ini ungkapan rasa terimakasih saya untuk kalian karena telah siap siaga selalu menjaga Andin dan calon cucu saya, sudah sana siap-siap, saya transfer sekarang uangnya."


Kiki dan Mirna lalu bergantian mencium tangan Bu Rossa dan mengucapkan ribuan terima kasih.