Contents
Good Romance
Wedding 2A
Hening nan hikmat, terdengar seorang laki-laki tengah mengucap ijab qobul. Di sampingnya, sudah duduk seorang perempuan cantik dengan gaun berwarnakan putih. Gugup terlihat di raut wajah kedua mempelai serta tamu undangan. Setelah dirampungkannya ijab, sorak bahagia terdengar hingga memenuhi ruangan tersebut.
Di salah satu gedung di Jakarta, Aldebaran Alfahri dan Andini Kharisma Putri, melangsungkan janji suci dalam sebuah pernikahan. Hubungan yang sudah terjalin selama di bangku kuliah, akhirnya menemui titik akhir bahagia. Riasan elegan di wajah keduanya, membuat para tamu tertegun ketika memandangnya.
"Selamat ya mbak, akhirnya lo nikah juga" ucap Elsa
"Iya Sa, terima kasih ya"
Setelah memberikan ucapan, kakak beradik tersebut bersua foto. Tidak lupa juga, seluruh keluarga termasuk mama Rosa pun bergabung. Setelah selesai, datang seorang tamu yakni Riki. Dia adalah teman seangkatan Andin selama kuliah.
"Selamat ya Ndin, akhirnya nikah sama sultan Pondok Pelita. Ini kan yang lo incar?"
"Maksud lo bro?" ucap Aldebaran dengan wajah penasaran
Andin yang terkejut dengan pernyataannya, segera mengalihkan pembicaraan. Dengan wajah kesal, ia mengusirnya secara halus.
"Banyak makanan tu Rik, lo kan suka makan. Ada sate juga, hem jadi lapar."
"Ya sudah, gue makan ya" ucapnya kemudian meninggalkan tempat resepsi
Tidak berselang lama, Aldebaran memandang Andin dengan raut wajah yang menyimpan tanya.
"Maksud dia tadi apa Ndin? Bisa dijelaskan?"
"Dia cuma becanda sayang" Andin mencoba menghindari perdebatan
"Saya bisa membedakan, mana becanda dan mana yang serius. Teman kamu tadi tidak sedang becanda."
Andin terdiam, tidak menggubris pertanyaannya. Mama Sara yang berada tepat di samping mereka, segera menegurnya. Dengan berbisik, ia menyeru...
"Sudah Al, malu dilihat tamu"
Aldebaran tidak bisa berkutik ketika mama Sara memperingatkannya.
"Iya ma"
*Selesai Acara
Beberapa jam kemudian acara pun berakhir. Di jam 16.20, seluruh tamu sudah meninggalkan gedung, dan ruangan tersebut hanya menyisakan pak Surya, mama Sara, mama Rosa, Roy, dan juga Elsa. Namun tidak berselang lama, Elsa pun pamit dan kemudian disusul Roy.
"Ma, pa, aku duluan ya. Ada kuliah sore soalnya"
"Ya sudah, hati-hati ya Sa."
"Iya ma"
Elsa meninggalkan gedung, kemudian Roy mengikutinya.
"Roy juga ya ma, semuanya" ucapnya sembari berjalan
"Maaf ya pak Surya, bu Sara, dia memang begitu anaknya" ucap mama Rosa
*Di Parkiran Gedung
"Bareng tidak?" ucap Roy sembari menyeimbangkan langkahnya dengan Elsa
"Tidak, aku bawa mobil"
"Oh, ya sudah"
Tanpa pamit, Roy mendahuluinya.
Sesampainya di parkiran, Elsa langsung memasuki mobil. Namun saat akan dihidupkan, mobil tersebut tidak menyala. Dicobanya beberapa kali, namun hasilnya tetap sama. Saat tengah kesal dengan kendaraannya, terdengar jelas kaca pintu terketuk. Saat dilihat, ternyata Roy sudah berdiri di sana. Dengan pakaian batik serta kacamata hitam, Elsa tertegun melihat penampilannya, terdiam beberapa detik sebelum ketukan yang kedua menyadarkan Elsa.
"Ini beneran Roy?"
"Buka kenapa Sa?" suara tersebut samar terdengar
Tanpa menjawab, Elsa segera membukanya.
"Apaan?"
"Galak amat sih."
"Apaan, cepat. Panas ini"
"Bareng gue saja, gue juga ada kampus sore ini."
"Tidak, gue naik taxi online saja."
"Oh, ya sudah."
Tanpa mengulang ajakannya, Roy berlalu meninggalkan Elsa. Ia yang heran dengan sikapnya, segera menyeru ...
"Niat ngajak tidak sih?"
Roy menghentikan langkah, kemudian menyeru ...
"Lah, iya. Kan lo sendiri yang mau pesan taxi online."
"Hih, ayo cepat. Panas" ucapnya kemudian menuju mobil Roy
"Lah, cewek aneh" sembari tertawa, Roy menyusulnya
*Di Gedung
"Andin, mama sama papa pulang ya..." ucap mama Sara
"Iya Ndin, mama juga pulang ya. Kamu have fun di sini" imbuh mama Rosa
"Andin ikut ya ma, pa"
"Jangan, kamu udah punya suami Ndin" ucap papa Surya sembari melihat ke Aldebaran
"Tapi pa"
Aldebaran memberi kode kecil agar Andin mengalah.
"Iya pa" ucap Andin
"Assalamu'alaium"
"Wa'alaikumsalam"
Kini tersisa Aldebaran dan sang istri, Andin. Terdiam karena tidak ada topik obrolan, akhirnya Andin memecahkan hening dengan,
"Ayo.."
"Kemana?"
"Ya kemana?"
"Kamu kan ngajak, ya saya tanya kemana?"
"Kamu tidak ada rencana apa gitu.."
"Rencana, rencana apa?"
"Oke, berarti tidak ada. Sekarang pulang aja" ucap Andin kemudian meninggalkannya
"Ya memang pulang Ndin" ucapnya pelan
Selama di perjalanan, mereka terdiam. Tidak ada sekata patahpun dari mereka. Bahkan untuk menanyakan lelah atau tidaknya selepas pesta, merekapun enggan. Hingga akhirnya, dering ponsel Andin melepas rasa canggung di antara mereka.
"Mama mas.."
"Angkat, siapa tau penting"
Tanpa menunggu waktu lama, Andin menjawab panggilan suara tersebut.
"Hallo Ndin"
"Iya ma, kenapa?"
"Andin, kamu sekarang di mana?"
"Aku di jalan ma, kanapa?"
"Jadi benar yang mama papa lihat.."
"Lihat apa ma?"
"Papa kamu tadi tanya ke mama, kalau yang di belakang mobil kita itu mobil kamu bukan, ternyata mamang kamu"
"Iya ma, tadi mas Al ngajak pulang. Ya sudah, mau gimana lagi"
Aldebaran yang terkejut, segera menyangkal pembicaraannya.
"Andin yang ngajak ma"
Hal tersebut mengundang perdebatan kecil antara mereka, hingga akhirnya...
"Sudah sudah, mau kalian pulang atau tidak, semua sama saja. Ya sudah ya, hati-hati di jalan. Mama papa langsung pulang ya Ndin"
"Iya ma, hati-hati ya ma pa"
Panggilan pun berakhir.
"Kamu jangan begitu lah Ndin"
"Memang kenapa?"
"Nanti takutnya, mereka fikir saya yang tidak mau berduaan sama kamu."
"Apa? Coba ulang?"
"Ulang apanya?"
"Barusan ngomong apa?"
"Menurut kamu, saya ngomong apa"
"Berduaan.."
"Itu tahu, kenapa nanya?"
Mendengar jawabannya, raut wajah Andin seketika berubah.
"Kenapa mukanya gitu?"
"Tidak."
"Serius ini, mukanya kenapa gitu?"
"Tidak, sudah dibilang tidak kenapa-kenapa.."
"Marah sama saya?"
Andin tidak menjawabnya dan diulangnya pertanyaan tersebut.
"Andin, kamu marah sama saya?"
"Menurut kamu gimana?"
"Iya.."
"Ya sudah, kalo sudah tahu kenapa nanya?"
"Ya sudah, saya minta maaf.." ucapnya dengan tarikan nafas berat
"Hem."
"Kok hem?"
"Ya terus?"
"Bilang "iya sayang, aku maafin kamu" gitu atau gimana.."
"Iya.."
"Ya sudahlah. Dekat sini ada tempat makan enak, mau tidak?" ucapnya sembari menatap Andin
"Makan? Ayo.."
"Makan aja, cepat."
"Ya sudah iya, terserah ajalah. Mau makan ayo, tidak juga tidak apa-apa."
"Iya deh iya, makan. Kita makan.."
Sesampainya di tempat tersebut, seorang pelayan mendekat ke arah mereka.
"Mari saya antar.."
Dengan wajah penuh tanya, Andin mengikuti kemana Aldebaran dan pelayan tersebut melangkah. Hingga tiba di satu ruangan dengan konsep elegan.
"Silakan pak"
"Terima kasih.."
"Mas, ini.." ucapnya sembari tersenyum
"Iya, ini kan yang kamu mau.."
"Iya" jawabnya sembari tersipu malu
"Ya sudah, duduk. Kita makan, lanjut pulang"
Dengan wajah bahagia, Andin menduduki kursi yang berada tepat di depan suaminya, Aldebaran.