Try new experience
with our app

INSTALL

Rantau 

Kerasukan

Sosok anak kecil tersebut mulai mengganggunya saat jam bekerja. Selain kejailan nya di area balkon, sekarang ia disangka customer sebagai karyawan halusinasi. Pasalnya, Naura sempat menegur anak kecil yang tengah bermain lari-larian di area cafe. Tentunya hal tersebut dilarang, karena takut mengganggu customer lainnya. 


"Dek, dek, jangan lari-larian ya" ucapnya sembari mendekat ke arahnya

"Orang tua kamu mana?"


Anak kecil tersebut hanya terdiam mematung dan tidak menjawab pertanyaannya. Tanpa ia sadari, seluruh customer hingga karyawan memandangnya dengan tatapan heran. 


"Dek, kok diam. Orang tua kamu mana?"


Naura mencoba memegang tangannya, dan ...


"Kok" 


Ia merasa jika badannya teramat dingin dan jika diperhatikan lebih dalam, "kulitnya pucat pasi."


"Kamu"

"Hallo kak" jawabnya sembari tertawa kemudian menghilang


Naura yang terkejut dengan apa yang menimpanya, segera memandang seluruh pengunjung cafe. Saat tengah terfokus kepada mereka, Putra dan Dini mengajaknya ke belakang.  


*Di Dapur


"Naura, lo" ucap Dini kesal

"Maaf kak"

"Maaf? Kalo kejadian ini bikin cafe sepi gimana, lo mau tanggung jawab?"

"Sudah Din, sudah"

"Sudah? Putra!"

"Dini! Tahan emosi lo, lo tidak lihat Naura ketakutan?"

"Lo toxic Put, salah tegur, benar baru bela!" ucap Dini penuh kesal kemudian meninggalkan mereka

"Sorry Put, aku tidak tahu. Aku kira dia anak dari customer, maaf Putra" ucapnya menjelaskan

"Hei, sudah sudah. It's okay, tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

"Lain kali kamu harus bisa membedakan mana yang asli dan mana yang tidak."


Naura hanya mengangguk tanpa bersuara.


"Ya sudah, aku ke depan ya. Berani kan di sini sendiri?"

"Iya, berani."


Putra pun meninggalkannya seorang diri di dapur. 


Jam dinding menunjukkan 16.00, pertanda jam kerja berakhir. 


"Gimana Nau?"

"Udah mendingan"

"Alah, gitu aja drama" ucap Dini sembari berjalan melaluinya

"Sudah, dia memang seperti itu orang. Yuk bareng pulangnya"


Mereka pun pulang bersama untuk yang kesekian kali. Namun sebelum tiba di rumahnya, Putra mengajaknya jajan es serut di depan jalan sebelum masuk ke perumahan. 


"Bang, dua ya"

"Iya pak"


Beberapa menit kemudian, pesanan mereka terima dan menikmatinya sembari mengobrol ringan. Namun di tengah obrolan, pak Asoy penjual es serut menyeru,


"Anaknya ngga dikasih mbak? Dia dari tadi lihatin mbak sama masnya"

"Anak kecil?" ucap Putra

"Iya mas"

"Udah Putra, kita pulang aja."

"Tapi belum" ucapnya terhenti ketika Naura meninggikan suara

"Pulang sekarang!"

"Iya iya"


Putra segera menaruh mangkuk dan berlari ke arah motor. Sesampainya di rumah, Naura terlihat diam dan lesu. 


"Nau, lo tidak apa-apa?"


Ia hanya mengangguk kemudian menuju rumahnya. Putra yang menaruh curiga dengannya, segera mengikuti Naura. 


"Eh, mau ngapain Nau?"


Ia tampak sedang menabrakkan badannya di dinding.


"Naura Naura" ucap Putra menahannya

"Kamu mau ngapain?"

"Aku mau nembus kak, tapi ini kok ngga bisa ya?"


Saat tengah mengobrol dengannya, datanglah Dini dan Algis. Algis menanyakan keadaannya, sedangkan Dini sibuk merekamnya.


"Aku mau masuk kak, capek mau istirahat" ucap Naura kemudian berjalan menabrak tembok. Namun aksinya berhasil ditahan oleh Putra dan Algis

"Badan kamu beda dek, jadi tidak bisa menembus. Sekarang tolong keluar dari kakak ini ya" pinta Putra kepada sosok tersebut

"Tidak mau. Kakak nya lucu, aku suka."

"Kalo kamu suka, harusnya kasihan bukan malah pinjam badannya."

"Biarin" jawabnya sembari tertawa dan masih mencoba menembus tembok


Putra yang iba dengannya, tidak ada pilihan lain. Ia harus keluarkan paksa sosok anak kecil tersebut. Dengan mengucap surah pendek kitab suci, sosok tersebut berhasil dikeluarkan dan Naura tidak sadarkan diri. 


*Di Ruang Tamu


Di sana sudah datang mbak Olive. Algis menghubunginya karena mereka harus masuk ke rumahnya tanpa izin. Olive yang mendengar kabar tersebut, segera mengakhiri pekerjaannya dan bergegas pulang. Sesampainya di rumah, ia melihat saudaranya tengah dibaringkan di sofa ruang tamu dengan keadaan tidak sadarkan diri dan lebam di lengannya. 


"Nau, Naura" ucapnya untuk menyadarkan Naura


Beberapa kali panggilan dan tepukan di wajahnya, hingga ia pun tersadar. 


"Mbak Olive" ucapnya sembari memeluknya

"Kamu tidak apa-apa Nau, kita ke rumah sakit ya?"

"Tidak usah mbak, aku tidak apa-apa kok. Cuma sakit sedikit lengannya"

"Syukur kalo tidak ada yang serius Nau. Ya sudah, kami pulang ya bu Olive"

"Iya silahkan, terima kasih semua"


Mereka pun meninggalkan rumah tersebut. Sebelum berpisah, Putra meminta agar Algis dan Dini tidak bercerita apapun dan ke siapa pun perihal apa yang sudah terjadi di hari ini. Mereka pun menyetujui perjanjian tersebut. 


Malam pun tiba, hujan membasahi seluruh area perumahan. Naura yang sudah tertidur lebih awal, akhirnya terbangun karena merasa lapar. Dengan berjalan sempoyongan, iya pun menuju dapur. Sembari menunggu air nya mendidih, ia melihat ke luar jendela. Ia pandang seluruh rumah yang basah karena hujan. 


Saat tengah terfokus pada satu titik, pandangannya teralihkan oleh sesosok perempuan yang tengah menggandeng anak kecil laki-laki. Kedua sosok tersebut mengarah ke salah satu rumah yang berada tepat di depannya. 


"Anak kecil itu" gumamnya pelan


Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, ia pun segera menutup gorden dan kembali ke meja dapur. 


*Di Kamar


Setelah selesai makan, Naura kembali ke kamar. Dengan pencahayaan remang, ia duduk di atas ranjang dan fikirannya dipenuhi pertanyaan mengenai kedua sosok tersebut. 


"Apa ada hububungannya dengan rumah yang di depan?" gumamnya pelan