Try new experience
with our app

INSTALL

Askara sang penerus tahta 

1. Pulang

Askara berlari sambil menyeret kopernya di sebuah bandara di Jepang. Saking terburu-burunya hingga ia tidak sengaja menabrak seorang perempuan dan terjatuh.


“Sorry.” Askara mengulurkan tangannya hendak membantu dia yang ia tabrak.


Namun perempuan tersebut hanya diam tanpa menyambut uluran tangan Askara. Karena sudah sangat telat, akhirnya Askara mengabaikan perempuan itu dan kembali berlari menuju pesawat yang sebentar lagi akan berangkat.


"Dasar cewe aneh, niat mau ditolongin malah bengong." Gerutunya.


"Aahhh sial, kenapa gue harus bangun kesiangan sih."


Akhirnya setelah banyak drama, Askara berhasil juga naik pesawat. Dia memandang awan-awan dari kaca.


"Akhirnya gue pulang juga. Indonesia I'm coming." Teriaknya yang membuat seisi pesawat menengok ke arahnya. Dia pun langsung menundukan wajahnya karena malu.


Walaupun dia bersekolah di jepang selama 3 tahun, dia kurang suka berbicara menggunakan bahasa nya. Dia lebih suka memakai bahasa inggris, malah terkadang dia suka menggunakan bahasa Indonesia bahkan sampai teman-temannya disana minta diajarin bahasa indonesia. Menurutnya terlalu sulit menggunakan bahasa Jepang jika belum terbiasa.


***


Askara mengeluarkan sebuah foto yang selalu ia bawa ke mana-mana. Foto tersebut adalah foto dirinya bersama keluarganya.


Ibunya bernama Andini Karisma Putri. Dia adalah seorang dosen cantik di Universitas milik suaminya sendiri.


Sedangkan ayahnya bernama Aldebaran Alfahri, pengusaha no 1 di indonesia. Selain mengelola yayasan, dia juga memiliki perusahaan dibidang kosmetik yakni Maharatu.


Askara juga memiliki seorang kakak perempuan dan adik perempuan juga.


Kakaknya bernama Reyna putri Alfahri, usianya terpaut 5 tahun. Sekarang, Reyna sedang melanjutkan s2 nya di swiss.


Dan yang terakhir, sibungsu Rania putri Alfahri. Dia terpaut 3 tahun lebih muda dari Askara. Sekarang Rania hendak masuk SMA.


***


Askara sangat bahagia mempunyai keluarga yang sangat harmonis. Orangtuanya begitu baik dalam mendidik anak-anak sehingga semuanya tumbuh menjadi anak-anak yang baik juga.


Hari ini setelah tiga tahun lama nya jauh dari kedua orang tua, akhirnya Askara pulang ke Indonesia. Warga pondok pelita sudah sangat menantikan hari ini. Kejutan sudah disiapkan untuk menyambut sang penerus tahta keluarga Alfahri.


"Ki, Mir.. Itu balon kayanya kurang banyak deh." Andin berteriak memanggil Kiki dan Mirna yang sedang menyiapkan makanan di dapur.


Kiki dan Mirna berlari menghampiri Andin di ruang tengah rumah mewah pondok pelita.


"Iya mba Andin, sepertinya kurang banyak ya." Kiki menerka-nerka posisi balon yang nantinya akan di tambah.


Kiki adalah asisten rumah tangga di pondok pelita yang terbilang paling lama, dan sekarang walaupun sudah menikah. Dia tetap setia bekerja di keluarga Alfahri.


"Aduh Ndin, Askara bukan bayi lagi. Dia udah gede jadi ga usah banyak-banyak balonnya." Mirna tertawa.


Begitu pula dengan Mirna, meski sudah menikah dengan Riza dan memiliki anak, dia tetap memutuskan untuk bekerja di pondok pelita karena dia sudah menganggap pondok pelita dan yang ada di dalamnya adalah keluarga.


"Mas mas sini deh." Andin memanggil Aldebaran yang sedang berjalan menuju ke luar rumah.


"Apa?" Al menghampiri Andin kemudian merangkulnya. Pasangan ini seolah menolak tua dan selalu romantis meski telah menikah lebih dari 20 tahun.


"Menurut kamu mas, ini balonnya kurang ga ya? Kiki bilang kurang tapi kata Mirna kebanyakan." Andin menatap wajah suaminya sambil tersenyum manja.


"Sayang, Askara udah besar. Ga perlu banyak-banyak balonnya." Al tertawa melihat istrinya cemberut.


"Tapi bagiku Askara masih seperti bayi, gak terasa ya mas sekarang dia udah lulus SMA." Ekspresi Andin mulai berubah menjadi sedih terharu.


"Mah,, mana dress aku yang kemaren mamah beliin buat nyambut kakak?" Teriak Rania, putri bungsu Andin dan Al sambil berlari menghampiri mamah da  papahnya.


"Jangan teriak-teriak nak." Ucap Al sambil mengelus rambut putrinya itu.


"Maaf pah." Rania tersenyum manja.


"Coba tanya cus Mirna sayang." Andin tersenyum lembut.


"Cusss.. Mana baju.." Belum selesai Rania bicara, Al menatapnya tajam. "Hehe maaf pah, cuss mana baju aku yang kemarin di beliin mamah?" Tanyanya yang kali ini dengan suara pelan.


Memang Rania ini beda dari kakak-kakaknya yang lain, Reyna yang anggun dan kalem. Askara yang cool walau sedikit humoris. Tapi Rania agak tomboy, slengean dan berisik.


"Di gantung di lemari Nia, udah di cek belum." Jawab Mirna yang dari tadi sibuk merapikan dekor bareng Kiki.


"Belum." Rania tersenyum malu.


Al dan Andin menggeleng-gelengkan kepalanya. Sementara Mirna dan Kiki ketawa-ketawa.


"Sebelum nanya, cari dulu sayang." Al mencubit hidung Rania.


"Males pah, mending nanya dulu jadi ga usah nyari. Hehe." Rania tertawa sambil berlari kembali menaiki tangga menuju kamarnya.


"Anak kamu itu." Andin menggoda suaminya.


"Anak saya mah ga gitu, anak kamu itu mah." Al membalasnya.


"Ihhh.. kayanya pas bikinnya kamu terlalu agresif sih jadi anaknya gitu." Andin tertawa geli.


"Huusss." Al menutup mulut Andin dan melihat Mirna dan Kiki tertawa.


Andin melepaskan tangan Al dari mulutnya kemudian memukul manja tangan suaminya itu.


"Saya pergi dulu ya, Rendi udah nunggu di kantor." Al melihat jam tangannya.


Rendi adalah asisten pribadi Al, juga suami dari Jesicca. Sepupunya Andin.


"Loh mas, Askara kan pulang hari ini. Masa anak laki-laki kita baru pulang, ayahnya ga ada." Andin terlihat sedih.


"Perjalanan jepang ke indonesia kurang lebih 8 jam. Urusan saya dua jam juga beres Ndin." Al meyakinkan Andin kalau dia juga akan ikut menyambut anak laki-lakinya pulàng.


"Ya udah, hati-hati dan cepat pulang." Andin mencium punggung tangan Al dan Al mencium kening Andin kemudian pergi keluar.


***


Setelah berjam-jam di dalam pesawat, akhirnya Askara  sampai di bandara Soekarno-Hatta. Dia duduk sebentar di kursi tunggu. Melepas penat karena perjalanan yang cukup jauh.


"Den Askara." Seseorang menyebut namanya. Dia pun langsung menaikan kepalanya.


"Eh pak Riza. Koq tau aku sudah sampai pak?" Tanya Askara kepada seseorang yang memanggilnya tadi dan ternyata itu adalah Riza, salah satu pengawal keluarga Alfahri.


"Bu Andin yang suruh saya ke sini sekarang Den." Jawab Riza.


"Mamah memang ajaib, tau aja kalau anaknya udah nyampe." Askara menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum manis.


"Ayo Den." Riza membawakan koper Askara.


"Pak Riza, kak Reyna pulang ga?" Tanya Askara sambil berjalan dibelakang mengikuti Riza.


"Katanya minggu depan den kalau tidak ada halangan." Jawab Riza.


"Padahal aku udah kangen banget pengen ketemu." Askara terlihat sedih mendengar kakak tersayangnya tidak pulang.


"Kan masih ada non Nia den."


"Ihhh Nia mah ngeselin."


Riza tersenyum mendengar pernyataan Askara.


Tak terasa mereka sudah sampai di parkiran bandara, Riza membukakan pintu mobil untuk Askara. Setelah sudah siap, mobil pun melaju dengan cukup cepat.


Dalam perjalanan menuju pondok pelita, Askara tak hentinya tersenyum membayangkan pertemuannya dengan semua keluarga.


***