Try new experience
with our app

INSTALL

CLBK (Cinta Lama Belum Kelar) 

1. Satu Windu

"Lo masih gantungin Aldino? Seriously, Michelle?"


Rara menatap tak habis pikir pada gadis yang saat ini begitu fokus dengan pizza dan juga cappucino dingin di depannya. Suaranya yang terlalu melengking saat bertanya barusan membuat beberapa pasang mata menatap ke arah meja mereka. Rara meringis pelan, mengangguk beberapa kali untuk meminta maaf karena telah membuat keributan.


Rara kembali menatap Michelle, sahabat yang di usianya yang menginjak angka 25 tahun ini masih lajang dan jomlo. "Aldino kurang apa, sih? Dia setia banget, lho, nungguin lo dari zaman sekolah, Chelle."


Michelle mengambil tissue. Mengelap mulutnya yang belepotan oleh saus dari pizza yang dia santap. "Gue sama Aldino itu temenan, apanya yang ngegantungin coba?" balas Michelle santai setelah menelan makanan di mulutnya.


Rara menggeleng keras. Tidak percaya dengan apa yang Michelle katakan. "Mungkin cuma temen menurut lo, tapi Aldino-nya sendiri? Lo yakin dia cuma nganggap lo temen? Lo enggak ngeuh sama perasaan dia apa?" Rara memberondong Michelle dengan banyak pertanyaan yang bertubi-tubi. "Dia pernah nembak lo, Chelle. Kok bisa-bisanya lo masih nganggap dia temenan sama lo tanpa rasa apa-apa?" dia melanjutkan dengan nada tak habis pikir.


Hari gini, masih ada pertemanan antara cewek dan cowok sampai selama itu? Impossible! Rara tidak percaya.


Michelle sendiri terkekeh pelan mendengar penuturan Rara, teman sebangkunya ketika SMA dulu, yang berlanjut menjadi sahabatnya sampai sekarang. "Peristiwa tembak menebak itu terjadi waktu kita masih bocah ingusan, Rara. Itu tuh delapan tahun lalu, hampir sembilan tahun malah. Satu windu lebih, anjir! Gimana mungkin Aldino masih punya rasa? Halu banget lo!" pungkasnya, menyanggah hal yang Rara sampaikan barusan.


Ya, Michelle masih ingat kejadian itu. Bagaimana bisa dia melupakan pengakuan yang Aldino ucapkan ketika mereka berkemah? Secara, pengakuan itu dia utarakan saat api unggun! Benar, hampir satu angkatan tahu perihal Aldino menyukai Michelle! Beberapa bulan mereka menjadi buah bibir setiap orang di sekolah. Semua orang berpikir Michelle dan Aldino berpacaran. Padahal, Michelle menolak Aldino di belakang layar.


Rara semakin menatap Michelle tak habis pikir. "Makanya itu, Chelle. Sembilan tahun, lho! Sembilan tahun dia suka sama lo, masa lo masih aja enggak mau natap dia?" Rara geleng-geleng kepala melihat Michelle. Dia tidak bisa menebak isi pikiran gadis di depannya. "Kalian sama-sama jomlo sekarang, kenapa enggak gas aja, sih? Gereget tahu gue ngelihatin kalian!"


Tawa Michelle mengudara karena ucapan Rara. Bahkan gadis itu sampai menepuk-nepuk tangannya seolah apa yang dikatakan oleh Rara barusan benar-benar lucu.


"Idih, malah ngakak. Kesambet lo?" Rara mendelik ngeri melihat Michelle seperti itu.


"Enggak. Tapi lo beneran lucu, Raraaa! Duh, udah mau jadi emak-emak juga masih aja lo lawak," pungkas Michelle pada calon ibu muda itu. Rara memang sudah menikah beberapa bulan lalu. Bahkan saat ini, wanita itu sedang mengandung buah hati pertamanya dengan Wiliam, bule dari Inggris, suaminya.


Rara mendengkus sebal. "Gue ngomong serius, dikira bercanda. Giliran gue bercanda, diseriusin. Gini amat temenan sama manusia," gerutunya.


Michelle hanya tersenyum mendengar gerutuan Rara. Dia sama sekali tidak berpikir serius mengenai Aldino. Selama ini, mereka hanya jalan dan bertemu sebagai seorang teman. Aldino membantu Michelle di saat-saat terburuk hidupnya. Pun dengan Michelle. Namun, tidak ada perasaan istimewa di sana. Aldino juga tidak pernah mengungkit apa pun jika memang dia masih menyukai Michelle. Pria itu bahkan beberapa kali memiliki pacar.


"By the way, gimana perasaan lo setelah nikah?" tanya Michelle, memandang Rara dengan saksama.


Rara seketika menyunggingkan senyum. "Enak," jawab wanita itu dengan lugas. "Tiap malam kelonan. Kalau subuh kedinginan, ada guling anget. Bonusnya, dapat gaji bulanan. Pokoknya enak banget, deh."


Michelle memutar bola matanya dengan malas karena ekspresi wajah Rara yang berlebihan. "Gue nanya soal perasaan, jawabnya malah yang lain-lain," gerutu Michelle.


Rara tergelak. "Ih, iya. Emang enak bukan perasaan?" tandas Rara tak mau kalah. "Beneran, deh. Nikah enak tahu. Nikah, gih! Aldino juga udah siap kok. Karir udah mapan, setia, bertanggung jawab, mana ganteng lagi. Bisa memperbaiki keturunan, Chelle!"


Michelle geleng-geleng kepala. "Bodo amat, ah. Enggak asyik, bahasnya Aldino mulu."


"Apaan bawa-bawa nama gue?"


Baik Rara mau pun Michelle seketika mengangkat wajah saat terdengar suara yang familiar untuk mereka. Dan yap, dia adalah pemilik nama yang sejak tadi terus-terusan mereka sebut. Aldino Brawijaya.


"Nah, ini dia calon mempelainya nongol!" Rara bersorak riang. Sementara Michelle hanya tepok jidat karena kelakuan wanita itu. Rara menarik Aldino duduk di kursi yang kosong, dan kebetulan itu adalah di sisi Michelle. "Jadi, Michelle mau nikah. Terus ...."


"Rara!" tegur Michelle kesal.


"Serius, Chelle? Lo mau nikah? Sama siapa? Kenapa enggak ngenalin calonnya sama gue?" Aldino langsung nyerocos.


Michelle menggeleng. "Enggak, Al. Jangan dengerin Rara. Dia, kan, emang rada-rada anaknya."


Rara terkekeh mendengar jawaban yang Michelle lontarkan untuk mengelak. "Nikahnya sama elo, Al. Kalian berdua, nikah."


"Lah?" Aldino kebingungan. Pria itu menatap Michelle meminta penjelasan, tetapi Michelle hanya mengangkat bahu sambil kemudian mendesah keras.


Aldino seketika tahu apa yang terjadi. Reaksi Michelle telah memberikan jawaban untuknya.


"Gue mah kalau Michelle-nya emang mau, gas aja. Minggu depan juga jadi," tandas Aldino tiba-tiba.


Rara melebarkan pupil matanya, tak percaya dengan jawaban Aldino. "Chelle, dengerin tuh! Apa yang gue omongin bener tahu!" pekiknya sambil mendekat pada Michelle dan menepuk bahu Michelle agak keras sampai Michelle meringis. Jika saja wanita itu tidak sedang hamil, Michelle mungkin akan balas memukulnya. "Duh, bentar lagi kondangan nih gue." Rara menyengir lebar seolah semuanya benar-benar akan terjadi.


Michelle tertawa pelan. "Bercandanya kalian ngeri ah."


"Emang lo nyari calon yang kayak gimana, Chelle?"


Pertanyaan Aldino seketika mengubah atmosfer di sekitar mereka menjadi lebih serius. Rara bahkan membungkam mulutnya menyaksikan Aldino yang tiba-tiba mengubah raut wajahnya menjadi begitu tenang. Sementara Michelle, gadis itu diam dengan tatapan menelisik menatap Aldino.


"Kenapa?" tanya Michelle setelah jeda yang cukup lama.


"Gue mau memantaskan diri," tandas Aldino tersenyum samar. Membuat Rara menutup mulutnya dengan kedua tangan, seolah tengah menyaksikan adegan romantis di televisi yang membuat jantungnya berdebar-debar tak karuan.


Namun, "Lo pikir lo Rey Mbayang, anjir?" adegan romantis itu dirusak oleh orang-orangan sawah bernama Michelle Laurencia Hermawan.


"Bajingan, Michelle!" pekik Rara nyeplos. Kemudian menutup mulutnya saat sadar bahwa dia baru saja berkata kasar. "Eh, astaghfirullahal adziim. Buna enggak ngomong kasar ya, Nak. Tadi itu maksud Buna bajigur." Rara mengusap perutnya, seolah tengah berbicara dengan bayi di dalam perutnya itu.


Michelle tergelak begitu keras menyaksikan hal itu. Benar-benar merasa terhibur. Namun tanpa dia sadari, Aldino memperhatikan setiap gerak-gerik dirinya dalam diam. Ketika Michelle tertawa dengan begitu lepasnya, kedua sudut bibir pria itu terangkat naik.


"Cantik," gumam Aldino pelan.


***