Contents
Amorf Part 2: CEMBURU
PART 2
Mobil Aira melaju kencang di jalanan. Nat yang ada di dalam mobil tampak mengencangkan sabuk pengamannya. “Woy! Jangan ngebut kenapa? Cepet-cepet amat sih kayak kebelet pup lo!”
“Duh… mesti buru-buru. Kan gue ada janji jam tujuh.” ucap Aira seperti tak peduli.
“Jam tujuh? Yailah... Sekarang baru jam lima.” Kata Nat.
“Kan dandan dulu… dandannya kan lama.” Aira mengedipkan sebelah matanya.
Nat bergidik. “Idihh. Najiiss.” cibirnya lalu tertawa. “Janji sama siapa, sih? Pake dandan segala. Ganjen.”
“Ada deehh.”
Nat menatap mata Aira, mata yang redup dan menenangkan. Sangat menyenangkan menatap bola mata Aira yang berwarna coklat dibingkai oleh bulu matanya yang lentik. Nat menyadari sesuatu, ia melihat sedikit sinar di mata Aira. Ada yang berbeda.
“Lo kenapa? Lagi seneng ya?”
“Seneng, dong. Kan ada Nat.”
Nat menggeleng. Mata Aira jarang tampak bersinar seperti ini. “Emang lo janjian sama siapa sih? Cewek ya?”
Aira nyengir ditanya seperti itu. “Eh, tenggorokan gue kering nih… di landa kemarau! Ada jus?”
“Ada!” jawab Nat sambil membongkar tas slempangnya. “Jus stroberi!” katanya sambil tersenyum.
“Stroberi kan asem. Lo ikhlas nggak sih?” tanya Aira dengan mata sipit.
“Itu stroberi dari Bandung, Ra! Udah di kasih gula pake gula Jawa. Jadi rasanya pasti manis. Gue jamin!” ujar Nat yakin. “Lo boleh ngegantung gue di pohon jengkol kalo rasanya asem.” kata Nat sok pede.
“Bikin jus aja kok sampe muter-muter pulau Jawa. Ya udah, deh, gue minum!” Aira mengangguk pasrah. Dengan cepat ia meneguk jus stroberi itu.
“Gimana, Ra?” tanya Nat penasaran, sebenernya, Nat juga belum nyicipin. Kelihatannya sih asem banget!
“Enak. Seger. Thanks banget yah. Jus stroberi lo emang paling mantep.” Komentar Aira.
“Iya gitu?”
“Dari dulu elo sering banget ngasih gue jus stroberi. Elo yang bikin gue suka sama stroberi.”
“Emang iya? Emang kapan pertama kali gue ngasih jus stroberi ke elo?” tanya Nat.
“Pas umur lima tahun.” Jawab Aira.
“Lima tahun? Bukannya gue kenal elo pas umur tiga belas?” tanya Nat.
Aira terkesiap. “Eh, maksud… gue pas…pas… umur tiga belas.” Jawab Aira gugup. Hampir saja... batinnya. Jangan sampai Nat teringat kejadian belasan tahun yang lalu, itu cuma bikin dia makin sedih...
***
Hai, Nat. Maaf baru bales ya... Gue juga lagi sendirian nih di rumah, Rea pergi nge-date. Rasanya sepi. Tapi, biasanya juga sepi sih :D
Begitulah isi chat yang dikirim Reodith dengan Line Mesengger-nya. Pesan itu pula yang membangunkan Nat yang sedari tadi melamun.
Nat seakan enggan membalas pesan Reo karena suatu perasaan tak menentu di hatinya. Nat meletakkan telepon genggamnya di atas meja belajar. Ia berjalan ke jendela kamarnya, menatap lurus. Dari situ terlihat jendela kamar Aira yang gelap, tanda kalau Aira sedang tidak ada di kamar. Nat melirik jam dindingnya yang berbentuk stroberi… jam setengah tujuh malam. Siapa sih orang yang punya acara sama Aira? Kayaknya Aira menanti-nanti banget dan kelihatannya Aira juga seneng. Pasti cewek. Eh, emang Aira punya cewek? Jangan-jangan, yang lagi nge-date sama Rea itu Aira?
Nat merebahkan tubuhnya di kasur dengan wajah cemburu tak menentu. Ia tidak suka ketika pikiran-pikiran itu hampir di kepalanya dan membuat hatinya sesak, gelisah. Nat menggembungkan pipinya tanda tak suka. Apa benar dugaannya?
Nat mengambil kotak musiknya di laci meja belajar. Nat memutar kunci. Walau sudah ribuan kali ia mendengarkan musik tersebut, tapi Nat tidak pernah bosan. Musik itu menenangkan hatinya, walaupun hanya sedikit. Membayangkan Aira pergi dengan Rea, berkencan, membuat Nat sedikit marah. Mungkin benar ini yang orang bilang cemburu.
“KRRIIIINGGG!”
Telepon tersebut membuyarkan lamunan Nat. Nat tak bersemangat mengangkat telepon tersebut.
“NATASHA!!” Sapa seseorang di telepon. Cempreng dan heboh. Nat tahu benar ini suara siapa.
Nat menutup sebelah kupingnya. “Heboh bener. Tumben lo telpon. Kenapa, Neir?” tanya Nat.
Neira terdengar cekikikan di seberang. “Besok, ulang tahun sepupu gue. Gue mau beli baju. Eeengng… siapa tau ada cowok ganteng yang kecantol pas gue pake baju baru. Jadi, anterin gue ke mall ya… yayayaaa? Gue traktir red velvet plus strawberry cheesecake favorit lo, deh!” pinta Neita yang bermaksud menyogok Nat.
Nat terdiam, berpikir. “Oke. Gue juga bete sih di rumah sendiri. Lo jemput gue, ya.”
“Sip. Sepuluh menit lagi gue nyampe.”
***
Nat sedang berada di toilet. Nat merasa agak pusing kalau belanja baju bareng Neira, lamaaaa banget pilih-pilihnya, penuh dengan pertimbangan! Nat jadi bosan sendiri. Neira emang yang paling modis di antara Nat dan Rocha.
Nat masuk ke dalam toilet wanita dan duduk di atas kloset saat tiba-tiba... “BRAAKK!” tiba-tiba pintu toilet dibanting dengan keras. Nat kaget setengah mati!
Seorang cowok masuk dengan gak tahu malu. Nat menjerit lalu memukul cowok itu dengan tasnya. “Heh, dongo. Cowok mesum!! Ngapain lo masuk toilet cewek! Untung gue gak lagi pup. Coba kalo gue lagi pup, lo bisa liat pup gue. Nyokap gue aja gak pernah liat pup gue!” omel Nat tanpa menghentikan pukulannya.
“Nat, Nat, ampuun!! Ini gue.”
Nat mengernyitkan dahi setelah mengetahui siapa cowok mesum yang tiba-tiba masuk toilet cewek tadi. “Aira? Lo ngapain di sini?” tanya Nat heran.
“Ssstt…” Aira meletakan jari telunjuknya di depan bibir Nat yang sukses membuat wajah Nat memerah.
“Kenapa?” bisik Nat pelan.
“Gue lagi dikejar-kejar sama mantannya Rea.”
“Lho? Kok bisa?”
“Ntar aja gue ceritain deh, ya. Dia lagi ada di luar, lo usir dia ya. Please…” mohon Aira dengan tampang memelas.
“Tapi lo janji harus cerita!” kata Nat sambil ke luar dari toilet tersebut.
Nat terkesiap begitu melihat cowok yang katanya mantannya Rea itu. Cakep banget dengan kemeja hitam dan denim berwarna abu. Tapi kayaknya Nat familiar banget, ya, sama orang iyu?
“Sorry… lo Gilbert, kan? Ini toilet cewek, loh...” ujar Nat sopan.
Cowok itu mengangguk. “Iya, Ibet aja manggilnya. Elo…Natasha kan? Gue lagi cari Aira. Lo kenal kan? Mana orangnya?” Gilbert celingukan dengan wajah menahan emosi. Ia tampak acuh dan cuek pada Nat.
Nat tersenyum. Bener, kan. cowok itu satu sekolah dengannya. Gilbert… ketua kelas 3 IPS 3. “Gue gak liat, cowok satu-satunya yang gue liat di toilet cewek sih elo doang. Mungkin lo salah liat.”
“Mmm.. Maybe. Gue pergi aja deh.” ujar Gilbert cuek. Ia tampak sebal sendiri kemudian melangkah pergi.
SUMPAH! Demi apa pun! DIA CAKEP BANGET TERNYATA KALAU PAKE BAJU KASUAL!! Nat tampak gak berkedip.