Try new experience
with our app

INSTALL

The Runaway 

TR 4. Tancap Gas

Malam hari sebelum isya.


 

Mobil Ferdiansyah dan truk polisi melewati ATM tempat tadi Radika transfer.


 

***


 

Sementara itu Radika mengajak Yura masuk ke sebuah kamar di lantai atas vila milik om Sundara.


 

***


 

Polisi-polisi sudah sampai di depan vila itu. Mereka turun dari truk. Dengan arahan Ferdiansyah mereka bergerak mengepung vila itu.


 

***


 

Yura melihat kamarnya. “Kamal besal bagus amal Ula cil lek.” Yura duduk di tepi kasur kemudian duduk melompat-lompat. “Nak mpuk.”


 

Radika tersenyum. “Yura sekarang buka baju ya?”


 

Yura mencoba menarik resleting bajunya yang terletak di belakang. Ia sangat kesulitan.


 

“Ula ak isa uka aju,” ungkap Yura.


 

“Kalau begitu, Radika bantu ya?” tawar Radika.


 

Akan tetapi saat itu terdengar suara pintu didobrak dari arah ruang tamu di lantai bawah. Radika dan Yura terkejut. Yura ketakutan.


 

***


 

Di ruang tamu vila ....

Polisi-polisi menangkap semua yang ada di ruang tamu. Sundara, semua PSK dan para tamu ketakutan.


 

“Mana Radika?” tanya Ferdiansyah. Semua diam tidak ada yang berbicara. “Geledah semua ruangan jangan terlewatkan!” Semua polisi bergerak menggeledah.


 

***


 

Yura ketakutan. “Aut.”


 

“Jangan-jangan polisi,” duga Radika. Radika melihat keranjang rotan baju kotor berukuran sangat besar. “Kamu sembunyi di sini!” Radika membuka tutup keranjang besar itu dan memasukkan Yura ke dalam keranjang itu. Ia mengambil sprei dan selimut yang ada di tempat tidur untuk menutupi Yura, baru ia tutup lagi dengan tutup keranjangnya. Setelah itu ia pun bersembunyi di jendela berselimut tirai tebal bermotif yang bertumpuk tirai putih.


 

***


 

Beberapa polisi memeriksa dapur, yang ia temukan hanya beberapa PSK. Polisi-polisi menggiring para PSK itu.


 

***


 

Beberapa polisi memeriksa ruang berkumpul para PSK. Polisi-polisi itu hanya menemukan PSK.


 


 

***


 

Beberapa polisi naik ke lantai atas. Mereka masing-masing masuk ke kamar-kamar yang ada di lantai atas. Beberapa polisi ke luar dari kamar yang mereka masuki bersama seorang PSK dan seorang tamu pria.


 

***


 

Seorang polisi masuk ke kamar yang di sewa Radika. Ia tidak melihat siapa pun di dalamnya. Ia memeriksa kamar mandi, balkon, dalam lemari, bawah tempat tidur, tapi tidak menemukan siapa pun. Setelah menurutnya sudah pasti tidak ada siapa pun di dalam kamar itu, polisi itu lalu keluar.


 

***


 

Semua polisi sudah berkumpul lagi di ruang tamu vila itu.

“Target tidak berhasil ditemukan, Pak!” lapor salah seorang polisi.


 

Ferdiansyah berpikir lalu ia mendapatkan pemikiran. “Dia masih di sini, karena mobil barunya ada di depan. Begini saja, beberapa anggota tetap di sini, tapi sembunyi, agar dia kira kita sudah pergi semua. Saya dan Anda akan berkendara memeriksa jalanan sekitar Vila. Untuk yang lain, bawa PSK dan para pria hidung belang ke kantor!”


 

“Siap, Pak!” seru para polisi.


 

Beberapa polisi menggiring semua yang ditangkap ke luar dari vila itu.


 

***


 

Dari jendela tempat ia bersembunyi, ia melihat Ferdiansyah dan seorang polisi pergi. Kemudian ia melihat truk polisi sedang mengangkut para PSK dan tamu. Truk itu juga pergi.


 

“Sudah pergi, sudah aman,” duga Radika melihat mereka telah pergi. Radika tersenyum miring.


 

Radika membuka tutup keranjang, membuka semua kain, dan mengeluarkan Yura dari keranjang itu.


 

“Sudah aman. Ayo, kita pergi dari sini!” ajak Radika. Yura mengangguk. Radika dan Yura ke luar dari kamar itu.


 

Radika dan Yura berjalan menuju tangga.


 

Beberapa polisi yang tinggal mendengar langkah dari lantai atas. Mereka lekas bersembunyi di balik bawah tangga.


 

Radika dan Yura menuruni tangga.


 

Radika dan Yura sudah di bawah tangga. Saat itu sebuah pistol langsung siap di belakang kepala Radika.


 

“Angkat tangan!” tegas polisi yang mengancam dengan pistol.


 

Radika dan Yura terkejut. Radika mengangkat kedua tangannya. Yura menengok ke Radika dan ia ikut melakukan yang Radika lakukan. Yura juga mengangkat kedua tangannya. Baru saja Yura mengangkat tangan, Radika bergerak menghindar sembari meraih tangan polisi yang memegang pistol, dan merebut pistol. Radika sekaligus melepaskan tembakan ke arah wajah polisi itu, tapi wajah polisi itu lekas menghindar dan polisi itu sekaligus mengamankan dirinya dengan lekas menjauh dari Radika. Peluru mengenai dinding dan terpental mengenai salah satu polisi yang bersembunyi. Radika langsung melepaskan tembakan lagi ke arah polisi yang lainnya yang bersembunyi. Para polisi berhasil menghindar. Sementara itu terjadi Yura berteriak-teriak ketakutan sembari bingung antara menutupi telinga atau wajahnya sehingga kedua tangannya bergantian berulang kali menutupi wajah dan kedua telinganya. Yura pun menjadi jongkok di lantai karena ketakutan.


 

Satu polisi mengeluarkan pistolnya dan hendak menembak kaki Radika. Kaki Radika yang menjadi sasaran lekas berkelit. Radika lekas menembak pergelangan tangan polisi yang memegang pistol. Polisi itu terkena tembakan sehingga menjatuhkan pistolnya.


 

Polisi-polisi yang lainnya juga hendak melepaskan tembakan, tapi keduluan Radika menebak tangan mereka sehingga pistolnya terjatuh. Selain itu Radika juga berhasil berkelit dari mereka yang berhasil melepaskan tembakan. Kemudian Radika lekas menembak tangan polisi yang melepaskan tembakan dan kesemua tangan polisi yang memegang pistol sehingga semua polisi itu pistolnya terjatuh. Setelah itu Radika menembak ke arah badan mereka. Para polisi lekas menghindar dari tembakan mematikan.


 

Radika terus menembak dan polisi terus berhasil menghindar. Di kala Radika sibuk menembak, seorang polisi berhasil merangkak mendekat, menarik, dan menjatuhkan tubuh Radika ke lantai. Pistol di tangan Radika terjatuh juga. Radika menjadi bertarung dengan polisi yang menjatuhkannya.


 

Radika sudah dalam posisi berdiri lagi. Polisi itu juga dalam posisi berdiri. Sembari bertarung Radika hendak mengambil pistol yang tadi jatuh. Radika berhasil meraih pistol yang tadi jatuh dan menembakkan ke arah polisi itu, tapi ternyata pistol itu sudah kosong. Radika mau meraih pistol yang lain. Polisi itu lalu menendang jauh pistol yang akan di raih Radika. Radika mau meraih pistol yang lain yang ada di lantai. Polisi lain kembali menendang jauh pistol itu. Beberapa pistol di raih oleh polisi-polisi lainnya. Radika menendang tangan polisi-polisi yang mendapatkan pistol sehingga pistol jatuh lagi. Kemudian Radika menendang jauh pistol-pistol itu.


 

Radika dan polisi-polisi bertarung tangan kosong. Yura yang sedari tadi ketakutan bangkit dan membantu Radika memukuli polisi dengan semampunya. Radika berhasil melumpuhkan para polisi itu. Radika menarik tangan Yura untuk lari.


 

Di teras ternyata tidak ada polisi-polisi. Radika mengajak Yura naik ke mobilnya yang baru dibelinya itu. Mobil sedan sport berwarna biru.


 

***


 

Salah seorang polisi yang kalah tadi, mengeluarkan smartphonenya dan menghubungi Ferdiansyah.


 

“Lapor, Radika kabur bersama seorang wanita! Dia berhasil mengalahkan kami!”


 

***


 

“Putar balik, Pak!” tegas Ferdiansyah saat masih mendengarkan telepon dari smartphonenya. Polisi yang mengemudi memutar balik arah mobil.


 

***


 

Radika menyetir mobil dengan kecepatan tinggi. Yura meringkuk sembari berpegangan dan berteriak histeris ketakutan.


 

Mobil biru Radika bertemu dengan mobil Ferdiansyah. Radika lekas menjalankan mobilnya mundur dan belok ke jalur yang lainnya ke kiri jalan. Mobil Ferdiansyah mengejarnya.


 

Setelah berbelok, polisi yang mengemudi tancap gas dengan kecepatan tinggi.


 

Mobil Ferdiansyah berhasil berada di belakang mobil Radika. Radika terkejut dan sedikit panik. Radika semakin mengencangkan laju mobilnya. Akan tetapi jaraknya belum bisa benar-benar jauh dari mobil di belakangnya yang sedang mengejar.


 

Radika melihat lahan kosong penuh rerumputan. Ia melambat sejenak lalu berbelok ngepot ke rerumputan itu, dan tancap gas melaju kencang berbalik arah. Mobil Ferdiansyah terlanjur melaju kencang lurus.


 

“Sial!” pekik Ferdiansyah kesal.


 

Polisi menginjak rem, lalu memukul kesal kemudiannya. Ia lalu berputar arah.


 

Radika melihat mobil Ferdiansyah sedang putar balik untuk mengejarnya. Melihat itu ia mempercepat laju mobilnya.


 

Radika memperlambat laju mobilnya untuk berbelok ke jalan sebelumnya. Setelah belok ia tancap gas kemudian semakin mempercepat lajunya. Mobil Ferdiansyah melaju cepat dan sampai juga di belokan. Polisi yang mengemudi juga memperlambat laju untuk berbelok. Setelah itu tancap gas lagi, mempercepat laju dengan kecepatan tinggi bertahap.


 

Radika melihat mobil Ferdiansyah sudah berbelok dan menyusulnya.


 

“Jika begini terus aku bisa kesusul. Aku harus cari akal,” benak Radika. Kemudian tampak mobil Ferdiansyah semakin mendekat. Radika terbelalak panik. “Apa yang harus aku lakukan?” tanyanya dalam hati.


 

Beberapa saat kemudian ia mendapatkan pemikiran. “Tidak efektif, tapi hanya ini saat ini yang terpikir,” ujarnya dalam benaknya. Radika sembari menyetir ngebut mengeluarkan semua korek gasnya dan sebungkus rokok.


 

“Yura ambilkan rokok yang banyak!” perintah Radika. Yura mengambil dengan susah payah. “Cepat, Yura!” bentak Radika karena panik. Yura berhasil mengeluarkan semua.


 

Sembari menyetir Radika menyalakan api. Mobil menjadi sedikit melambat.


 

“Sentuhkan semua rokok ke api!” perintah Radika lagi. Yura melakukannya dengan salah-salah karena beberapa rokok terbalik.


 

Mobil Ferdiansyah sudah sangat dekat di belakang mobil Radika.


 

Radika mengambil beberapa rokok yang menyala.


 

Mobil Ferdiansyah sudah persis di belakang mobil Radika.


 

“Yura lempar semua rokoknya ke rumput sisi sana!” perintah Radika kemudian.


 

Yura mengikuti kata-kata Radika. Radika juga melempar rokok-rokok ke rumput sisinya. Radika melempar lagi satu korek gas yang ia patahkan terlebih dahulu. Rumput di sisi kiri mulai terbakar sedangkan rumput di sisi kanan benar-benar terbakar. Radika tancap gas melesat cepat sembari melemparkan satu lagi korek gas yang ia patahkan. Polisi terpaksa mengerem mendadak.


 

Mobil Ferdiansyah menjadi terhalang sedikit api di sisi yang Radika membuang dua korek gas yang isinya terburai keluar. Ferdiansyah lekas mengambil jaket yang dibasahi dengan air mineral. Ferdiansyah memberikan jaket itu kepada polisi. Jaket itu diletakkan di api yang besar yang menghalangi mobil. Api dengan segera mengecil. Polisi kembali tancap gas, lalu kecepatannya meningkat, dan semakin meningkat.


 

Ferdiansyah dan polisi kembali bisa melihat mobil Radika meski jauh di sana.


 

“Kita jangan sampai kehilangan dia lagi!” tegas Ferdiansyah.


 

Polisi tancap gas tancap gas semakin berusaha mempercepat laju kendaraannya.


 

Radika yang jauh di sana tampak menoleh. Yura juga duduk dengan posisi menghadap ke belakang memeluk sandaran kursi dan melihat juga ke arah Ferdiansyah.


 

“Dia melihat kita. Dia pasti mencari akal untuk menghentikan kita atau menjauh dari kita. Kita harus hati-hati, tapi tetap jangan sampai kehilangan dia!” kata Ferdiansyah.


 

Yura ketakutan dan menangis sembari posisi duduknya menghadap ke belakang memeluk sandaran kursi.


 

“Ck!” Radika berdecak karena melihat Yura menangis. “Shhhh!” Radika berdesis karena juga bingung memikirkan bagaimana cara menghentikan mereka dan bisa kabur dari mereka. “Apa yang harus aku lakukan sekarang?”


 

Radika berekspresi kesal karena Yura menangis karena semakin menambah kebingungannya. Ada rasa terenyuh kasih pada Yura bercampur ketegangan berpacu kendaraan dengan kecepatan tinggi yang harus konsentrasi tinggi ditambah lagi ia harus berpikir cepat untuk bisa menghentikan yang mengejarnya dan bisa kabur dari yang mengejarnya.


 

“Yura, tenanglah aku jadi tidak bisa berpikir! Jangan menangis, Yura!”


 

Yura menjadi terisak-isak tersedu-sedu karena berusaha menghentikan tangisnya dan menahan tangisnya.


 

Radika melihat di kaca spion mobil Ferdiansyah sudah tampak jelas. Radika terbelalak.


 

“Apa lagi yang harus aku lakukan? Yura, apa kau tidak bisa berpikir apa pun?”


 

Yura menggeleng. Saat itu Radika melihat anting-anting Yura. Iya mendapatkan ide meskipun idenya jauh dari kata bagus.


 

“Yura lepaskan anting-antingmu!”


 

Yura mencoba melepaskannya, tapi kesulitan selain karena ia tidak bisa mobil yang melaju kencang dan ia yang goyang-goyang semakin mempersulit.


 

“Ak isa,” kata Yura.


 

“Coba berusaha Yura, kalau tidak kita bisa mati! Kita bisa tertangkap penjahat-penjahat itu!” bohong Radika menuduh polisi-polisi itu penjahat, padahal sebaliknya.


 

Yura terbelalak takut. Ia menjadi berusaha dan akhirnya ia bisa melepaskan satu sisi antingnya.


 

“Berikan padaku!” perintah Radika. Yura memberikan. Radika membuat bengkok ujung-ujungnya keluar. Meskipun tidak mungkin, saat ini tidak ada pilihan lain yang bisa aku coba. Semoga beruntung lagi!” Radika melemparkan anting itu ke jalan.


 

Ferdiansyah dan polisi melihat Radika membuang sesuatu ke jalan.


 

“Awas, dia membuang sesuatu ke jalan! Jangan sampai roda melindasnya! Sepertinya tajam bisa merusak roda,” terang tegas Ferdiansyah. Polisi menjadi memperlambat laju saat di wilayah Radika membuang anting itu.


 

Radika melihat mereka sudah jauh dari pandangan lalu tidak terlihat karena sudah terlalu jauh. Radika lega.


 

“Apakah rodanya rusak?” Radika menghembuskan napas lega.


 

Setelah melewati area Radika membuang sesuatu, polisi kembali tancap gas. Tancap, tancap, dan tancap hingga mereka kembali melihat mobil Radika meski jaraknya masih jauh di sana. Yura melihat keberadaan mereka lagi dan berteriak ketakutan. 


 

“Da agi da agi!” seru Yura cemas.


 

Radika pun melihat keberadaan mereka lagi dari spion dengan terbelalak. Yura menangis ketakutan lagi.


 

“Jangan menangis, tidak guna menangis!” tegas Radika.


 

Yura kembali berhenti menangis dan menahan tangis, terisak-isak, tersedu-sedu.


 

“Cepat lepaskan antingmu satu lagi!” perintah Radika mencoba mengulangi cara yang gagal tadi.


 

Yura berusaha lagi, tapi lagi-lagi kesulitan. Sementara mobil Ferdiansyah sudah tampak lebih dekat.


 

“Yura, cepat!” seru Radika panik.


 

“Ak isa!” Yura ikut panik dan semakin kesulitan melepaskan antingnya.


 

“Yura ayo!” seru Radika lagi.


 

Yura berusaha keras dengan segala kekurangannya dan segala hambatan. Akhirnya ia menjadi bisa saat terbelalak melihat mobil Ferdiansyah tepat ada di belakang mobil Radika. Yura lekas memberikan anting itu ke Radika. Radika lekas membuat bengkok lagi.


 

“Ini mungkin harapan terakhir soga beruntung.” Radika kembali melemparkan benda itu saat mobil Ferdiansyah menubruk mobilnya.


 

Mobil polisi berhasil melindas benda itu. Polisi menjadi mengurangi kecepatan. Mobil Radika menjadi menjauh lagi dari mobil Ferdiansyah.


 

Polisi merasakan ban mobil melindasnya. “Sepertinya roda terkena. Em ... tapi sepertinya tidak pengaruh.” Saat merasa tidak berpengaruh, polisi tancap gas lagi dan lagi.


 

Radika masih melihat mobil Ferdiansyah meskipun berjarak, tapi jaraknya masih bisa dibilang dekat dan membahayakan dirinya. Akan tetapi tiba-tiba mobil Ferdiansyah tampak kembali melambat.


 

“Sepertinya yang tadi berpengaruh. Kempes,” kata polisi.


 

“Sial!” gerutu Ferdiansyah.


 

Radika melihat mobil di belakangnya sudah hampir tidak terlihat. Radika berbinar.


 

“Hehehehe ... Radika selalu beruntung! Sebentar lagi sudah jalan raya.”


 

***