Try new experience
with our app

INSTALL

KUNTILANAK (Sebuah Awal Mula) 

KUNTILANAK PART 2

Den Ayu yaitu sapaan akrab dari nama aslinya Nyi Dewi Kunti, oleh para emban dan semua orang memanggilnya begitu, dibawa oleh suaminya ke dalam pesanggrahan Raden Aryo Tirto. Den Ayu sangat senang sekali, bahkan bahagia ketika suaminya yang diimpikan dan diharapkan  sekian tahun dalam mimpinya kini telah ada dihadapannya.  Banyak para gadis bahkan bangsawan mendambakan Raden Aryo Tirto menjadi suaminya. Namun tidak pada Den Ayu, dirinya tak sengaja bertemu begitu saja dengan Raden Aryo Tirto. Dalam sebuah pertemuan yang tak disangka-sangka, cinta mereka mengalir begitu saja. 

Semua orang menganggap Den Ayu benar-benar beruntung. Bagaimana tak beruntung, Raden Aryo Tirto atau yang sedari kecil mempunyai sapaan dipanggil Arya Kemuning begitu tampan. Raden Aryo Tirto digambarkan seperti sebuah sosok pewayangan bernama Pandu Dewanata. Begitu bijak, mempesona, hanya satu kekurangan dari Raden Aryo Tirto, yaitu sifat bimbangnya dan plin plan. Kadang hal ini membuat para emban atau pelayan di rumahnya kebingungan untuk melaksanakan titah antara Raden Adipati Harjokusumo atau ayah dari Raden Aryo Tirto

Raden Aryo Tirto meneruskan kepemimpinan ayahnya yang telah mangkat dan sesuai titah dari Sultan Keraton di pusat. Wilayah kekuasaannya meliputi daerah hutan utara dan perbatasan timur daerah lain. Kepemimpinannya yang adil dan bijaksana sangat dikagumi oleh semua rakyat. Itupun karena dibalik doa dan restu dari sang istri yaitu Den Ayu.

Beberapa kali Den Ayu ditinggal pergi oleh Raden Aryo Tirto ketika melakukan lawatan dan ditugaskan ke wilayah lain. Ada terbersit di dalam pikiran Den Ayu jika suaminya akan berpaling pada wanita lain. Apalagi ketika sebelum mereka menginjak pernikahan, banyak sekali wanita yang begitu mati-matian mengejar Raden Aryo Tirto.

Setiap saat, Den Ayu selalu iseng bertanya pada suaminya mengenai hal yang tak penting bahkan jika dikatakan hal ini merupakan konyol.

"Kang mas, apakah cintaku sudah cukup untuk memenuhi hidupmu?"

Raden Aryo Tirto  menoleh dan dahinya berkerut dengan lantang ia tertawa keras

"Haahahaha, apa yang ada dibenakmu istriku? Kau begitu tertarik menanyakan hal itu padaku?"

Nyi Kunti panik dan segera memohon agar Raden Aryo Tirto tak memarahi dirinya.

"Ampuun Kang Mas, bukan maksud saya lancang dan,,,,"

Raden Aryo Tirto memotong pembicaraan dan meletakkan telunjuknya di depan bibir Den ayu.

"Kamu tak usah gusar dengan segala kekhawatiran mu. Sudah kuserahkan semua jiwaku hanya untukmu. Ingat janji suci kita, bagaimanapun dirimu, keadaanmu. Aku tak ingin mempermasalahkan, aku sudah menerima dirimu dalam jiwaku."

"Kamu adalah perwujudan Dewi Kunti yang begitu memikatku dalam kesederhanaan dan kubawa serta pada singgasanaku, dan aku adalah Pandu dewanata yang akan membuatmu bahagia. Mata Den Ayu berbinar  takjub dalam kelembutan suara dan keelokan rupa suami yang begitu diistimewakan oleh dirinya.

"Lalu apakah engkau akan membawa madu mu kemari? Seperti Pandu dewanata membawa madunya Dewi Madri ke istana? Den Ayu masih penasaran dengan pertanyaan  yang  bergejolak di dalam benaknya yang selama ini terpendam

Dalam pewayangan Mahabarata, dikisahkan Pandu yang sudah mempunyai istri bernama Dewi Kunti memperistri kembali seorang wanita bernama Madri.

"Itupun sesuai persetujuan mu." Tegas Aryo Tirto menjawab kekhawatiran Den Ayu.

"Maksud Kang mas?" Den Ayu mengernyitkan dahi dengan keras dan terlihat dengan tegas urat mengurai hijau di dahi Den Ayu.

"Hahahaha, aku hanya bercanda dinda."

Tangan Den Ayu memukul manja pada bahu Raden Aryo Tirto. Bukannya menyadari perlakuannya terhadap Den Ayu, Raden Aryo Tirta malah tertawa makin keras. Raden Aryo Tirto membawa Den Ayu dengan lengannya yang melintang di bahu Den Ayu untuk duduk sejenak dan menjelaskan. "Aku tak mungkin mencintai lagi perempuan selain dirimu, Aku sudah memiliki semuanya.  Apalagi aku sebentar lagi akan memiliki putra."

Nampaknya mata Den Ayu sedikit berbinar dan sekejap bahagia setelah mendengar penjelasan dari suaminya Raden Aryo Tirto. Tapi hatinya masih tetap was-was, bagaimana pun yang namanya manusia selalu ingkar semenjak diciptakan oleh Yang Maha Kuasa. Manusia hanya sebuah perwujudan yang tertuang dalam sebuah wadah. Sedangkan hati dan pikiran bisa berubah secara tiba-tiba. Wajah dalam manusia hanyalah topeng yang bisa dimainkan kala dalam gundah, dalam kesulitan. Semua hanya tipuan, bagaimana pun juga rupa seorang manusia yang bergitu sempurna seperti Raden Aryo Tirto yang tak mungkin berkata dusta, bahkan tak mungkin juga berkata sesumbar janji yang diucapkan, bisa saja hilang dalam sekejap. 

"Sudah melamunnya?" Raden Aryo Tirto melambaikan tangan di depan wajah Den Ayu.  Lamunan yang ditakutkan oleh Den Ayu seketika hilang setelah mendengar suara Raden Aryo Tirto memanggil namanya.

"Kamu masih memikirkan hal itu?" Raden Aryo Tirto memastikan tanggapan Den Ayu  sebelum dia beranjak pergi.

"Kang mas, jangan lupa bawa ini!" Den Ayu  memberikan selendang berwarna merah kesukaannya. "Semoga Kang mas mengingat aku dimana pun berada."

Den Ayu selalu membekali suaminya dengan selendang warna merah ini pada suaminya. Ini agar suaminya ketika melihat wanita lain maka malah mengingat istrinya di rumah. Hal mitos ini sering dilakukan Den Ayu setiap saat. apalagi di abad 17 ini, perjalanan darat yang ditempuh saja sudah sangat menghabiskan waktu. Saat itu rakyat biasa melakukan perjalanan darat dengan berjalan. Sedangkan bangsawan, ningrat bahkan saudagar melakukan perjalanan dengan berkuda bahkan ditandu oleh para pelayan. 

"Aku pasti selalu mengingatmu dinda, bahkan dengan wajahmu aku selalu ingin cepat pulang." 

"Jangan bercanda lagi kang mas!"

"Kok bercanda sih? kamu nggak mau kalo kang mas mu ini pulang cepat?!"

"ihh kok kang mas malah menantangku seperti itu?"

"Hahahaha."

Raden Aryo Tirto selalu tertawa lepas setelah melihat istrinya diajak bercanda.  Baginya, istri adalah tempat mengadu bahkan menghibur dirinya di kala mumet dengan pekerjaannya yang selama ini menjadi kewajiban dirinya. Semua berubah setelah Raden Aryo selalu melakukan lawatan ke setiap residen dan wilayah lain. 

********