Contents
Menjadi Manusia Dewasa
Tentang Bintang Pelajar
Waktu yang begitu cepat berlalu..tak terasa masa liburan semester satu tinggal 2 hari lagi. Aku mengisi liburan seperti biasa, berkunjung ke rumah nenek, ke destinasi wisata terkenal di kota bandung. Dari total hari libur 2 minggu,satu minggu aku dan keluarga menghabiskan waktu di luar kota. Satu minggu sisanya aku habiskan di rumah.
Liburan semester 2 sudah usai..besok aku kembali ke sekolah. Dengan harapan baru dan semangat baru. Pagi ini kami semua bersiap pergi ke sekolah. Kali ini bukan hanya aku dan ayah saja yang berangkat. Melainkan sekeluarga, karena Zaki dan Ziana sudah mulai masuk sekolah TK. Selesai sarapan kami semua bersiap untuk berangkat. Tempat pertama yang dituju adalah sekolah adikku, karena jaraknya dekat dari rumahku. Ibu dan si kembar segera turun. ..” baik baik disekolah ya nak “.Begitu biasa ibu berucap sambil mengelus dan mencium kening kami satu persatu. Tak sabar rasanya ingin segera bertemu dengan sahabatku, bercanda dan bertukar cerita semasa liburan, duduk berjejer di tangga, atau makan bersama dikantin sekolah dengan menu pavorit batagor mang Maman.
“ Ai..tunggu,..kangeeen” . Yuli menghampiri aku di gerbang sekolah, kami saling melempar senyum dan berpelukan hangat. Yuli adalah sahabatku yang suka cuplas ceplos, tapi punya rasa solidaritas yang tinggi. Sedangkan Almira, dia anak yang ceria dan selalu pede, karakternya yang to the point alias tidak suka bertele tele... membuat kami merasa saling melengkapi dan saling mengisi.
Pukul 07.00 WIB....bel berbunnyi.
Kali ini aku dan sahabatku tidak sempat berkumpul di tangga seperti biasa, kami langsung menuju lapangan upacara, kami berjalaan bersama menuju lapangan sambil bertanya kabar satu sama lain, tapi ada satu yang belum terlihat batang hidungnya,
“ Rio ga masuk yah?’ tanyaku kepada Ikbal.
“ Dia masih di jogja, sakit katanya” jawab Ikbal. Aku kaget... tanpa sengaja aku melihat Amin sedang menatapku. Sepertinya Amin mulai menebak-nebak perasaanku terhadap Rio.
“ sakit apa?’ tanya Almira.
“ katanya sih DBD...” amin menyambung singkat
“ emmm, pasti banyak keluyuran tuh anak, mudah-mudahan cepet sembuh...” . Sambung Almira lagi.
\tUpacara \tsudah \tdimulai. \tSeperti \tbiasa \tupacara berlangsung lancar dan khidmat, satu demi satu susunan acara sudah dilaksanakan. Sampailah dipenghujung upacara yang ditandai dengan dibubarkannya seluruh pasukan upacara.
Tiba dikelas..Kami sudah siap siap dengan Al quran masing masing. Seperti biasa sebelum pelajaran dimulai, diawali dengan membaca Al quran. Dengan dipimpin oleh ketua murid masing-masing kelas. Metode yang dipakai adalah setiap siswa membaca satu ayat saja, bergiliran terus ayat berikutnya, sampai siswa dibangku terakhir, barulah selesai.
Jam pelajaran pertama kali ini adalah pelajaran bahasa inggris. Ini adalah salah satu guru favoritku. Pak Hasan hambali namanya..selain cara mengajarnya yang enak dan meresap ke dalam pikiran, beliau sering memberikan istilah-istilah filosofis yang berharga. Jadinya selain belajar bahasa inggris kami juga dapat ilmu baru dari beliau.
Tak terasa sudah satu minggu awal semester ini berlangsung. Rio sudah mulai masuk sekolah. Disela sela jam pelajaran aku sempatkan ngobrol sebentar dengan dia.
“ Kamu sakit apa Yo ?” tanyaku.
“ DBD Ai, satu minggu aku di rumah sakit,...gimana liburanmu
?”
“ Semoga jangan lagi yah, sehat terus kamu...liburan kemaren aku ke rumah nenek terus ke Bandung “ .
“ Kemaren itu, pas aku sakit sempet ditransfusi, karena trombositku turun drastis “ Rio menjelaskan, kalo golongan darahnya termasuk langka. Agak sulit mecari pendonor, tapi untungnya ada tantenya yang punya golongan darah yang sama.
Hari-hari berlalu, bulan berganti bulan...semester dua pun berlalu.
Seperti biasa momen kenikan kelas dan perpisahan selalu menjadi momen yang ditunggu tunggu, mungkin karena pentas seninya, atau karena waktu liburan segera tiba, atau mungkin bagi kelas 3 adalah momen dimana mereka segera melanjutkan ke bangku SMA. Usai kenaikan kelas, kami berkumpul seperti biasa berjejer ditangga ujung lorong.
Dikelas dua nanti, Kami berenam terpisah kelas. Syukur alhamdulillaah Allah mengabulkan doa-doaku.Aku, Ikbal dan Rio masuk di kelas dua unggulan yaitu kelas 2A Sisanya terpecah menjadi dua, Amin di kelas C, Yuli dan Almira di kelas D.
Meskipun kami berpencar tapi kami tetap saling support satu sama lain. Ada rasa sedih yang menyeruak direlung hatiku. Aku sudah sangat dekat dengan Almira dan Yuli, begitu juga dengan Amin. Tapi proses belajar kami mengharuskan demikian, ada yang datang ada juga yang pergi ...begitu seterusnya. Sebelum pulang kami berkumpul di parkiran depan, sambil menunggu jemputan kami ngobrolngobrol dulu barang sebentar. Tak lama kemudian Almira, Yuli dan Ikbal dijemput orang tuanya masing-masing. Sedangkan Aku, Rio dan Amin duduk di depan pos security sambil sesekali menoleh kiri kanan melihat siswa yang pulang .
Tiba tiba..
Amin bergeser duduk mendekatiku, Rio melirik ke arah Amin dengan mata yang penuh tanya. Suasana sudah mulai sepi, hanya tinggal beberapa murid yang keluar satu per satu.
“ Ai...aku mau ngomong sesuatu sama kamu”.
“ Ngomong aja, mau nngomomg apa Min?’ jawabku.
“ Aku ke mesjid dulu ya Min” sahut Rio seperti ingin memberikan ruang kepada Amin untuk bicara denganku.
“ eh jangan, tunggu Yo...kamu disini dulu bentar aja”.
“ Kamu yakin Min, aku ga ganggu kamu...bukannya kamu mau ngomong sesuatu ke Aisha”.
“ Gapapa Yo,temani aku dulu” Ajak Amin kepada Rio, Aku semakin penasaran dengan apa yang mau disampaikan oleh Amin.
“ Ngomong apa Min, serius amat ?’ tanyaku lagi.
“ emmm, eehhh aduh gimana yah ngomongnya?” Amin terlihat gugup.
“ Aku mengagumimu sejak berpapasan di aula setahun yang lalu”.
“ Di aula?’’ timpal Rio “ waktu testing masuk ke sini dong?” .Tanyaku pada Amin.
“ Iya,dari waktu testing masuk aku udah suka sama kamu, maafin aku Ai, aku lancang mengtakan ini, tapi aku ga mau harus mendam perasaan kaya gini. Aku tidak mengharuskan kamu membalas perasaanku, aku hanya ingin hatiku lega, sekali lagi maafin aku , kamu jangan marah ya Ai....”
Kami bertiga terdiam sejenak dan sibuk dengan fikirannya masing masing Sepanjang Amin bicara aku hanya memperhatikan wajah Rio, wajahnya langsung memucat saat Amin mengungkapkan isi hatinya. Tapi Rio bukan tipe anak yang baperan atau gampang bersedih. Dia pintar mencairkan suasana.
Sekejap saja kami sudah tertawa bersama lagi.
“ Gapapa min,kamu ga usah minta maaf,..kamu berhak punya rasa suka kepada siapapun, termasuk sama aku, aku hargai keterus terangan kamu. Memang begitulah laki-laki seharusnya. Gentle dan tidak banyak kepura-puraan. Tapi aku minta maaf, aku mau kita tetap jadi sahabat, kamu ga kecewa kan?” . “ Aku mengerti Ai, ngomong-ngomong kita tetep sahabatan kan?” kata Amin sambil tertawa. “ Tentu saja, kita tetap bersahabat “ jawabku.
Akhirnya kami sama-sama meninggalkan sekolah menuju rumah masing masing. Sepanjang perjalan pulang masih tergambar dipikiranku, wajah pucat Rio saat Amin mengungkapkan persaannya padaku. Tadinya aku berharap Rio yang akan mengungkapkan itu padaku.