Contents
Menjadi Manusia Dewasa
Aku sangat kecil
Perkenalkan, namaku Aisha Ghania. Aisha adalah nama istri Nabi dan Ghania berarti indah nan cantik. Indah bukan?, orang tuaku memberiku nama tersebut dengan penuh do’a agar anak perempuan satu-satunya ini dapat menjadi perempuan yang tidak hanya cantik fisiknya tetapi juga hati dan akhlaknya. Aku terlahir sebagai anak sulung dari ibu yang bernama Arumi dan ayahku bernama Dadang..yah asli dari sunda...Ayahku bekerja disebuah perusahaan ekspedisi sedangkan ibuku bekerja di salah satu perusahaan kendaraan bermotor berskala internasional.
Aku panjatkan puji syukur tak terhingga ke hadirat Allah SWT ...karena curahan rahmatnya aku terlahir ke dunia ini dengan sehat walafiat..walaupun berat badan lahir yang abnormal, hanya 2 kg..hmmm,,sangat mungil kan? Tapi itulah hidup, rahasia sang maha kuasa..sekarang aku tumbuh dewasa,sehat dan tidak mungil lagi...
Seperti pasangan muda pada umumnya, ibu dan ayahku bahagia dengan kelahiranku....sampai suatu ketika, kabar buruk menimpa kami. Ayahku divonis mengidap kanker otak stadium lanjut...aku tidak tau sama sekali hal ini atau lebih tepatnya tidak ingat, karena saat itu usiaku baru 13 bulan.
Usiaku sudah lima tahun saat ibuku menceritakan kepergian ayahku karena kanker. Mulai saat itu aku dirawat dan diasuh oleh nenekku. Hanifah adalah nenekku yang sangat menyayangiku mengasihiku dan mencintaiku melebihi dirinya.
Saat Umurku menjelang enam tahun aku sudah duduk dibangku sekolah dasar kelas satu. Nenekku membesarkanku dengan penuh kasih sayang dan sudah menganggapku seperti anaknya sendiri. Begitupun denganku, sejak ayahku meninggal dan ibuku lanjut bekerja untuk membiayai aku. Aku merasa saat itulah nenekku menjadi ibuku, dengan tidak bermaksud mengecilkan peran ibuku karena beliau adalah seorang single parent yang tangguh. Ibuku hanya pulang 1 bulan sekali namun begitu, komunikasi kami tetap lancar.
Kami hidup sederhana dan aku besar di lingkungan yang lumayan religius tapi juga complicated. Tinggal bersama paman-pamanku yang masih remaja dan bergejolak, ada kakekkku yang terkena penyakit hipertensi, yah..sering terdengar adu mulut antara kedua pamanku atau kakekku yang cepat sekali tersinggung, itu menjadi santapanku sehari hari.Tapi satu hal yang aku bangga dengan kakekku adalah taat beribadah dan sangat religius...inilah yang membuat seisi rumah tetap saling mengasihi dan menyayangi.
Geugeu.... “neng Geugeu”.... Begitulah panggilan kesayangan keluarga terdekatku. Nenekku yang pertama kali memanggiku dengan nama itu, singkatan dari GEULIS yang artinya cantik menurut bahasa sunda. Neng geugeu adalah anak yang sangat cengeng sewaktu di TK, selalu minta ditunggu sampai selesai sekolah. Kata nenekku persis ibuku waktu TK dulu selalu nangis kalau bel masuk kelas berbunyi, karena pasti ditinggal pulang oleh nenekku.
Geugeu kecil bersekolah dikampung sebelah di SDN 3 Alam sari. Berangkat dan pulang sekolah dengan berjalan kaki sejauh tiga km setiap harinya. Yaaah... cukup jauh memang untuk anak seusia Geugeu dan dengan tubuhnya yang kurus, walaupun di kelasnya Geugeu adalah siswi paling tinggi. Berjalan kaki sejauh tiga km setiap harinya sudah pasti membuat betis Geugeu bak atlet lari.
“Neng Geugeu gak cape berangkat sekolah jalan kaki ?, panas lagi”. Tutur salah satu tetangga nenekku. “Ngga nek, udah biasa.. alhamdulillaah nek..masih sehat dan bisa berjalan normal.. mungkin disana ada anak-anak yang gak seberuntung Geugeu bisa berjalan dengan kedua kaki yang sehat dan normal”. Mendengar jawabanku si nenek tersenyum sambil menghela nafas. Mungkin merasa tidak menyangka jawaban seperti itu muncul dari seorang bocah kecil sepertiku. Begitulah aku, selalu diajarkan oleh orang-orang tersayang tentang bagaimana cara mensyukuri nikmat Allah.
Geugeu kecil adalah sama seperti anak-anak lain pada umumnya, bermain, bercerita, tertawa sesekali menangis kalo di ledek teman laki-lakinya, secara keseluruhan geugeu adalah anak yang menyenangkan dan siswi berprestasi di sekolahnya. Geugeu kecil selalu dipenuhi pemikiran dan perasaan positif. Yah..tidak banyak orang tau kalo geugeu sering mendapatkan perilaku bullying juga dari sebagian teman bermainnya.
Salah satu perilaku bullying yang pernah Geugeu alami adalah setiap pulang sekolah. Geugeu selalu bermain bersama teman-temannya, entah karena kesal atau sekedar mengejek salah satu temannya menyodorkan sejenis roti yang tinggal separuh.
“Geu, sini kamu...Nih makan roti bekas aku!”. Tutur mereka.
Betapa polosnya. Ia terima roti yang sudah tidak utuh, karena menghargai pemberian temannya dibawa pulang lah roti bekas itu, tanpa berfikir macam-macam. Dengan gaya khas anak-anak geugeu menceritakan kebaikan temannya kepada neneknya yang sudah berbagi makanan dan bermain, Astagfirullaah..begitu sang nenek berucap dengan mata yang berkaca kaca, bisa dibayangkan kan seperti apa bentuk rotinya? tidak lama setelah itu Geugeu langsung bergegas untuk pergi sekolah agama.
Sekolah agama adalah istilah mengaji di siang hari sampai setelah ashar. Ilmu yang dipelajari seperti baca al quran, ilmu tajwid, imla, tarikh islam. Di sekolah agama pun Geugeu merupakan siswi terbaik dan berprestasi. Sehingga banyak teman-temannya yang iri. Ada yang terang-terangan mengaku pada Geugeu bahwa apapun yang Geugeu lakukan akan ia tiru agar bisa seperti Geugeu. Nida salah satunya, ia sangat terobsesi sekaligus iri dengan apapun yang menjadi milik Geugeu.
“Geu, pokoknya aku mau niru cara kamu nulis, biar nilai tulisan aku sebagus kamu Geu”. Begitu ucapnya...sayangnya nida lebih memilih cara-cara yang tidak baik untuk bersaing dengan geugeu, sering nyontek..bahkan sampe terpikir memfitnah..naudzubillaah.
“Iyah boleh... silahkan aja, aku ga keberatan ko”. Tutur Geugeu.
Hampir setiap hari selalu saja ada yang usil karena mempunyai rasa iri terhadap Geugeu. Entah tas Geugeu yang ditaruh di atas jendela yang tinggi sehingga sulit untuk diambil, penghapus papan tulis yang dilempar tepat di wajah Geugeu, semua buku Geugeu dibasahi air, tubuh Geugeu disirami air hingga Geugeu basah kuyup, kata-kata kasar yang sangat tidak pantas diucapkan kepada anak perempuan. Tapi, geugeu memang anak yang terbilang istimewa, selalu memaafkan perlakuan teman temannya.
Selain sekolah agama sore, Geugeu juga ikut mengaji di sebuah masjid yang sedikit jauh dari rumahnya. Di sana temanteman Geugeu lebih baik dan lebih sopan. Tapi tetap saja ada yang bertipe pembuly. Seperti pada saat geugeu sukses melapalkan juz 30 nya, ada anak yang dengan sengaja merobek sertifikat hafalan.
Rasanya hati Geugeu begitu sakit dan penuh kekecewaan, tetapi tiba-tiba Geugeu teringat pepatah ustadzahnya yang mengatakan “Harta, kedudukan dan cantikmu hanyalah titipan nak... tidak peduli seberapa sakitnya dirimu ketika didzolimi, bersabarlah kamu, buatlah dirimu sabar seluas samudera... karena yang membedakan setiap makhluk hanyalah akhlaknya, kalau akhlakmu pun tidak baik,lantas apa yang bisa Allah SWT banggakan darimu nak?”. Itulah yang membuat Geugeu menghapuskan dan memaafkan semua yang dilakukan oleh teman-temannya.
Tak terasa geugeu kecil sudah menginjak kelas 4 sd. Selain mengaji dan sekolah agama, kegiatan geugeu di malam hari adalah mengikuti les privat pelajaran sekolah. Seperti tak kenal lelah, geugeu mengikuti les dengan penuh semangat dan ceria. Setiap mata pelajaran selalu disimak dengan baik. Karena semangat dan keseriusannya geugeu selalu mendapatkan nilai terbaik.
selain berprestasi, geugeu juga termasuk anak yang serba ingin tau. Dia mulai menyukai membaca buku. Dan sering bertanya banyak hal kepada gurunya. Seperti pelajaran sekolah, pengetahuan umum. Kadang demi hobi membacanya dia rela nmengulur jam tidurnya. Yang seharusnya jam 9, bisa jadi jam 10 malam. Namun demikian dia adalah anak kecil yang fisiknya pun masih belum sekuat orang dewasa. Dengan ke aktifan seperti ini, akhirnya geugeu jatuh sakit. Demam yang tinggi membuat geugeu sering mengigau. Hanifah sang nenek merasa sangat cemas dengan keadaan cucunya. Akhirnya neneknya membawanya ke dokter yang prakteknya tak jauh dari rumah. Kata dokter geugeu terkena thypus dan harus beristirahat total.
Entah tercipta dari apa pemikiran anak ini. Bahkan dalam keadaan sakit pun selalu belajar pelajaran sekolah dan tak lupa dengan hobinya membaca buku. Kurang lebih satu bulan geugeu belajar dirumah. Wali kelas dan teman-teman sekelasnya selalu menjenguk setiap hari minggu. Termasuk ketika pelaksanaan THB atau tes hasil belajar, zaman sekarang lebih familiar dengan sebutan UAS, wali kelasnya dengan penuh perhatian mengantarkan soal-soal ke rumah, dengan telaten dan sabar mendampingi geugeu mengerjakan soal sampai selesai.
Dibalik sifat cerdas dan cerianya, ada Satu hal yang membuat Geugeu bersedih, adalah setiap kali teman-teman Geugeu menanyakan di mana ayah Geugeu. Pertanyaan yang sama pula selalu Geugeu ungkapkan kepada Ibunya.
“Bu, kenapa Geugeu hanya punya ibu?...Geugeu ingin punya ayah bu....” tutur Geugeu. “Iyah sayang...banyak berdoa yah...” begitu ibuku menjawab dengan senyum khas nya....“ibu kapan Geugeu punya ayah...?”. pertanyaan itulah yang kerap Geugeu tanyakan kepada ibunya. Mungkin itulah cara berfikir anak seusia geugeu, mempunyai sosok ayah baru terasa begitu mudah.
Sepeninggal suaminya Arumi masih bekerja mencari nafkah. Karena kebutuhan anaknya semakin hari semakin banyak, apalagi 2 tahun kedepan geugeu menginjak bangku smp. Tentu saja butuh biaya yang tidak sedikit. Arumi bekerja di salah satu kota di jawa barat. Dengan waktu tempuh sekitar 6 jam dari rumah hanifah sang ibu. Jarak yang cukup jauh dan kesibukan bekerja yang padat, membuat Arumi harus mengatur waktu dengan cermat, agar bisa menjenguk geugeu setiap satu bulan sekali.
\tAwal \tbulan \tini \tArumi \tberniat \tmengambil \tcuti tahunannya yang belum diambil sama sekali. Setelah melewati prosedur pengambilan cuti, Arumi bergegas pulang untuk menjenguk anak semata wayangnya. Pengajuan lama cuti satu minggu, rupanya di acc dengan mudah oleh atasannya. Semua barang bawaan dan oleh-oleh sudah Arumi siapkan sejak minggu lalu. Tinggal menunggu travel menjemput saja.
Enam jam perjalanan, lumayan sangat melelahkan. Tapi semua tak terasa ketika geugeu menyambutnya di depan pagar pintu masuk, geugeu berlari memeluk ibunya dengan erat. Suasana menjadi hangat dan ceria. Seisi rumah saling melepas rindu dengan bertukar cerita. Sang kakek, tante wita, om dimas dan om nunu, semuanya hadir dan sesekali melepas tawa bersama.
Selama arumi di rumah ibunya, dia yang bertugas menemani geugeu pergi sekolah. Meskipun dengan berjalan kaki, tapi arumi tak ingin melewatkan hari-hari bersama anaknya dengan sia-sia. Sore hari setelah sekolah agama mereka berjalan jalan ke pusat perbelanjaan terdekat. Mereka makan bersama atau pergi ke toko buku. Arumi adalah sosok ibu yang tidak memanjakan anaknya dengan memenuhi semua keinginan yang diminta. Arumi selalu mengajarkan untuk hidup hemat, belajar memilih antara keinginan dan kebutuhan. Belajar untuk hidup apa adanya tidak gila pujian. Arumi ingin anaknya dihargai karena akhlak dan prestasi, bukan karena apa yang dia miliki atau apa yang dia kenakan.
Satu minggu terasa sangat sebentar ketika kita bersama orang orang yang kita sayangi. Tiba waktunya Arumi pulang ke kota tempatnya bekerja. Sambil berkemas, arumi memberi nasehat dan motivasi untuk anak semata wayangnya.
“ geugeu, yang sholehah ya..jangan merepotkan nenek. Jangan lupa lanjutkan hapalan al qurannya, belajar yang rajin, samaaa satu lagi...hmmm ...apa coba?”
“ jangan punya musuh dan selalu belajar memaafkan” geugeu melanjutkan kalimat nasehat ibunya dengan lugas.
“ pinteeer..., jangan lupa bantu nenek yaa...beresin rumah dan menyapu” lanjut Arumi dengan lembut. Geugeu mengangguk tanda mengerti semua nasehat ibunya.
Arumi adalah sosok ibu yang lembut tapi tegas. Sebagai anak sulung ia terbiasa hidup mandiri dan memiliki mental yang kuat. Sifat inilah yang dia wariskan kepada geugeu.
“Bu, Geugeu pengen ikut ibu”.
“mau ikut ibu sayang?” kata ibu.
“iya..aku masih pengen sama ibu” begitu geuegeu menjawab, sang ibu mengelus rambut geugeu sambil berkata. “ geugeu kan anak yang baik dan kuat, jadi jangan sedih ya nak, bulan depan inshaallah ibu balik lagi, suatu saat nanti kita akan berkumpul sama sama yaa, doakan ibu ya..”
\tSelepas travel yang membawa arumi pergi, geugeu
langsung berlari ke kamarnya, neneknya mengejar di belakang. Dia benamkan wajahnya di bantal, sambil menangis. sekuat apapun geugeu, dia tetap anak kecil. Kecewa...yah seperti itu perasaan geugeu saat itu, tidak merasakan kasih sayang ayah sejak bayi, tidak bisa berlama lama melepas rindu dengan sang ibu, di bully oleh sebagian teman temannya. Tinggal bersama neneknya, yang complicated. Neneknya berusaha menenangkan dan menghibur. Tak perlu waktu lama geugeu sudah tersenyum kembali.
Tak terasa Waktu berlalu begitu cepat, tiba saatnya Arumi menemukan calon ayah sambung untuk Geugeu..Dia bernama Irman Sofyan, lelaki berperawakan tinggi tegap, sangat berwibawa, Irman adalah seorang wirausahawan yang lumayan mapan. Memiliki sebuah bengkel motor dan las listrik. Dia juga seorang duda yang sudah lima tahun bercerai dengan istrinya, tapi tidak punya keturunan dari istri pertamanya. Bagi arumi, Irman adalah calon ayah sambung yang baik, meskipun dia berwatak agak keras dan intonasi bicaranya juga keras, tapi secara keseluruhan dia adalah pria yang baik.
Setelah menikah, keputusan besar diambil oleh arumi. Dia memutuskan untuk berhenti bekerja, dan mengabdikan seluruh hidupnya untuk keluarga dan menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab kepada suaminya. Geugeu pun turut bersama...demi kebaikan bersama, agar geugeu mendapat perhatian penuh dari ibu dan ayah sambungnya.
Tapi, niat Arumi untuk membawa serta geugeu tidak semudah yang difikirkan. Hanifah sang nenek merasa sangat berat melepas cucu yang ia rawat dari sejak bayi. Berhari hari menangis merasa kehilangan, dan akhirnya jatuh sakit. Tapi sang kakek selalu memberikan semangat kepada hanifah. Lambat laun hanifah mulai terbiasa tanpa geugeu disampingnya. Dan kesehatannya pun mulai pulih.
Hal yang sama rupanya dirasakan geugeu..Chemistry yang terbangung antara nenek dan cucu ini juga berpengaruh dalam kehidupan geugeu. Kurang lebih satu bulan geugeu terlihat murung tidak bergairah. Keceriaan selama ini tidak tampak, rupanya hatinya masih melekat di rumah dimana ia tinggal bersama neneknya.
Dua tahun berlalu, geugeu sudah duduk di kelas 6. Arumi pun sudah melahirkan 2 anak kembar, satu laki-laki bernama Zaki dan satu lagi perempuan bernam Ziana. Sedangkan geugeu sudah hampir meyelesaikan semester akhirnya dikelas 6. Hari-hari disekolahnya yang baru ikut membentuk kepribadiannya. Umurnya mungkin baru belasan tahun, tapi nyatanya dia lebih dewasa dibandingkan anak anak seusianya. Semangat pantang menyerah yang selalu ditanamkan oleh ayah dan ibunya, begitu terpatri dalam dirinya.
“Memang benar sebuah karya seni ukir akan terlihat indah dan menjadi sangat mahal karena perjuangan sang seniman”.
Geugeu juga sangat suka menulis dan menyanyi, bakat ini yang diturunkan dari Arumi. Apa saja yang tergambar difikirannya biasa ia curahkan dalam bentuk puisi atau tulisan. Seperti sepucuk surat yang geugeu tujukan untuk ayah kandungnya. Puisi dari seorang anak sd yang tak pernah mengenal wajah ayah kandungnya dan tak sempat merasakan kasih sayangnya.
“Jika kamu ingin hidupmu menjadi kisah yang agung, maka mulailah dengan merealisasikan bahwa kamu adalah author dan setiap hari kamu mempunyai kesempatan untuk menulis pada lembaran yang baru, putih, bersih”.
- \tGeugeu
Surat Geugeu untuk Ayah
Ayah.. kenapa ayah pulang sangat cepat?, Guegeu bahkan belum sempat melihat wajah ayah... Ayah, Guegeu rindu ayah... Geugeu ingin bertemu ayah, Geugeu ingin digendong ayah, Geugeu ingin bermain bersama ayah. Geugeu ingin jalan-jalan bersama ayah. Geugeu ingin seperti anak-anak lainnya ayah...Geugeu ingin dilindungi oleh ayah supaya teman-teman laki-laki Geugeu tidak mengganggu Geugeu seenaknya yah...
Ayah... kenapa ayah begitu jauh dari Geugeu... Geugeu tidak bisa memeluk ayah...Geugeu sayang Ayah.... ayah, kasihan ibu... dia bekerja sendirian yah...
Ayah, besok Geugeu ujian tahfidz... semoga ujian Geugeu diberi kemudahan oleh Allah... Geugeu mau ayah bahagia di sana yah, jadi Geugeu harus belajar terus yah, supaya Allah makin sayang ke Geugeu dan ayah di sana tenang...
Salam sayang Geugeu untuk ayah.....