Try new experience
with our app

INSTALL

JANJI JIWA (PROMISE) 

HUJAN NOVEMBER

HUJAN NOVEMBER

 

Perlahan Rey bisa menenangkan diri dari semua permasalahan yang akan merenggut masa depannya dengan menyibukkan diri pergi ke luar kota. Bukan lari dari masalah, namun jadwal Rey pada minggu ini disibukkan dengan mengisi acara di sebuah stasiun televisi nasional.

Selain itu untuk jadwal siaran radio, kadang Ia meminta sahabatnya Bram untuk menggantikan dirinya. Rey mantap akan menikahi Sarah, Ia sudah beberapa kali memastikan Bulan Desember akan tunangan dan tahun depan akan menikah. Meskipun Rey menutup rapat masalah, tapi Ia masih khawatir dengan sewaktu-waktu Linda akan datang kembali. Rey pun sudah berjanji pula akan bertanggung jawab pada Linda. Namun yang tak habis pikir, setelah dihantui rasa bersalah, Rey merasa selalu ada yang menguntit kehidupan pribadinya. Ia masih penasaran dengan sosok wanita yang selalu datang disetiap Rey mempunyai masalah.

Saat ini Rey menginap di sebuah wisma yang diperuntukkan untuk Rey oleh team kreatif, agar dirinya bisa on time setiap mengisi acara. Selesai kegiatan, Rey langsung pulang ke wisma yang tenang ini. Selama dua pekan, Ia akan mengisi acara local kedaerahan, mau tak mau Ia harus rela jauh dari rumah. Dengan keadaan yang suntuk sendirian di kamar wisma, Ia pun ingin keluar untuk jalan-jalan. Setelah melalui loby, Rey dipanggil oleh salah satu petugas receiptionis.

“Maaf, dengan Pak Rey yang tinggal di kamar 105 ya?” Tanya Receiptionis pada Rey.

“Iya, ada apa ya Mas?”

“Ini ada titipan yang baru dikirim barusan, tadinya saya mau antar dan Pak Rey sudah ada di sini.”

“Ohh, terima kasih Mas.” Rey pun menerima barang kiriman dari receiptionis tersebut.

Rey beberapa kali terkejut dan bingung, entah keberapa kalinya barang tersebut selalu dikirim. Bahkan pengirimnya sampai tahu kalau Rey menginap di wisma ini. Penggemar gila macam apa ini?? Belum berlangsung lama, Rey yang sedang dilanda kebingungan dikejutkan dengan suara pesan masuk dari pager. 

“Mas, barangnya sudah di terima? (Anne)”

“Ya Tuhan! Berapa kali wanita gila ini selalu datang padaku?!”Rey beberapa kali mengusap dada mencoba menenangkan diri. “Sebenarnya siapa Dia dan apa mau nya?”Dengan kesal Rey membalas pesan barusan yang mengatasnamakan Anne.

Sebenarnya siapa kamu? Apa mau mu?!”

Lima belas menit kemudian, pesan balasan datang dan membuat Rey jengkel setengah mati.

Nanti juga kau akan tahu siapa diri ku, tunggu ya!”

“Dasar wanita gila!! Jangan kau kirim lagi barang-barang mu!”

Rey kembali membalas pesan wanita tersebut tanpa ada balasan lagi. Ia heran setelah Lidya, wanita bahkan mantan kekasih mana lagi yang akan menterornya. Rey masih curiga dengan keberadaan Anne yang selama ini, jangan-jangan ia adalah Linda dan mengaku bernama Anne. Sambil jalan dan mengisap rokok yang mengeluarkan asap mengepul dari mulutnya, Ia segera mencari wartel umum. Barang kiriman tadi langsung Ia buang di tong sampah. Ia ingin menelepon dan menanyakan kabar ibunya di rumah.

“Krrriiiiiiiiinnnnng,,,,,,,,,Krrriiiiiiiinnnnng,,,,,,,,,,Kriiiiiiinnnng!”

“Hallo, dengan siapa ini?!” Lagi-lagi Nayla mengangkat telepon yang dikira dari pacarnya.

“Ini dengan Rey, Nay mana mama?”

“Ada, bentar ya kak!”

“Ehh Nay, kakak mau tanya!”

“Apa?”

“Akhir-akhir ini, ada telepon dari teman-teman kakak nggak?”

“Nggak ada kak, bentar ya Nay panggil mama!”

“Oke.”

Lama berselang, muncul suara Arini dari kejauhan.

“Hallo, Nak sedang apa di sana? Gimana kabar mu?”

“Baik ma. Mama gimana kabarnya? Rey kangen. Mungkin Selasa depan Rey bisa pulang.”

“Oke Nak. Ohh Iya, jangan lupa telepon Sarah ya! Ia pasti menunggu mu.”

“Pasti dong ma! Nggak mungkin lupa sama calon istri ku hehe.”

Rey merasa lega jika dirinya mengabari atau mendapatkan kabar dari keluarganya. Begitu juga kabar dari Sarah. Ia pun selalu berkirim pesan dengan Sara melalui pagernya. Namun ia penasaran dengan kabar dari sahabatnya Bram. Melalui Bram Rey mendapat kabar jika Linda sudah tak mengunjungi stasion radio Fave. Bahkan sudah lama tak ada kabar dari Linda. Rey pun merasa curiga jika wanita yang mengaku bernama Anne itu adalah Linda.

Setelah tugas Rey berlangsung lama dan usai, Rey segera kembali pulang ke rumah. Ibu dan Nayla menyambut kedatangan Rey dengan senang. Di tambah lagi mereka mengadakan acara temu keluarga Sarah dan Rey. Mereka sudah berkumpul di rumah, Rey terkejut dan senang.

“Aku tak menyangka setelah datang dari luar kota akan ada acara penyambutan luar biasa seperti ini?” Rey tak habis-habisnya mengembangkan senyum meski lelah.

“Kami datang kemari, karena untuk mengukuhkan keluarga kita dengan keluarga mu Rey!” Nenek Sarah membuka obrolan dengan menjawab pernyataan dari Rey.

“Rey, Mama mengadakan acara makan bersama di rumah, jadi jangan dilewatkan dan jangan langsung tidur ya!”

“Halahh kebiasan kakak biasanya molor!” Nayla menyahut dengan ketus.

“Heehh sembarangan yah?!” Rey tak henti-hentinya melotot pada Nayla.

“Emang kebiasaan kok, aku sudah tahu kakak mu seperti itu, wajar ya Nay.” Sarah ikut menimpali.

“Kalian ini wanita-wanita penggosip jahanam yah!” dengan datar, Rey menjawab tanpa kontrol. Padahal ada kedua orang tua mereka di sebelahnya. Arini pun menyudahi pertikaian itu dengan menghidangkan berbagai masakan di meja makan. 

Setelah semua di ajak ke ruang makan dan akan makan malam bersama. Tiba-tiba terdengar suara telepon berdering, dan lagi-lagi Nayla mengangkat telepon.

“Kaaakkkkkaaaaaaaakkkkk, ada telepon dari Linda!” Nay tak sengaja berteriak memanggil Rey lalu tersadar dari keluguannya, Nayla menutup mulutnya karena takut terdengar oleh Sarah yang selalu cemburu pada kakaknya.

Jantung Rey seolah pecah, karena tiba-tiba Linda menelepon, selain itu Rey takut Sarah mendengar percakapannya.

“Hallo.” Rey menjawab telpon dengan ragu.

“Sayang kau sudah pulang?”

“Hey, ada apa lagi kau telepon aku?!” Rey sengaja mengecilkan suara dengan bernada geram.

“Sayang, besok aku akan mengecek kandungan ku ke dokter, bentar lagi akan menginjak usia tiga bulan. Kamu mau kan mengantar aku?” Linda memelas pada Rey.

“Besok aku tak bisa, ada siaran di radio. Nanti saja lusa, aku akan mengantar mu!” Padahal besok Rey dan Sarah akan mencari cincin untuk acara tunangan. 

“Tapi jadwalnya besok Reyyy,…..!” Belum juga melanjutkan bicara sudah dipotong oleh Rey.

“Kamu cari aja dulu Dokter yang lain, nanti lusa aku akan mengantarmu yah?!” Rey pun segera mengakhiri pembicaraannya dengan Linda di telepon.

Segera setelah semuanya selesai, di ruang sebelah semua menatap heran pada Rey. Bahkan Sarah tak henti-hentinya memandang dengan tatapan tajam pada Rey. Sesekali Rey menundukkan pandangan pada Sarah, ia merasa bersalah telah membuat kesalahan lagi. Nayla memandang sinis kakaknya. Karena semua hening dan terdiam, Arini membuka pembicaraan dan melanjutkan makan malam bersama hingga selesai. 

Setelah semuanya selesai dan beranjak pulang, tiba-tiba Sarah menolak tawaran di antar pulang oleh Rey. Sedangkan Nenek Sarah tak bisa apa-apa ketika melihat cucunya sendiri yang keras kepala. Mereka pun pulang dengan kembali menaiki taksi.

“Nenek heran dengan pikiran mu Ra!” Di dalam taxi mereka terlibat perbincangan.

“Kenapa Nek?” Sarah menjawab dengan lemas.

“Rey dengan tulus menawari untuk mengantar pulang tapi kau tolak, apa kalian kembali bertengkar?!”

“Tidak, Rey kan baru pulang dari luar kota. Kasihan saja ia sudah lelah dan memaksa harus mengantar kita Nek.”

“Syukurlah, Nenek kira kalian kembali bertengkar.”

Rey merasa Sarah sudah mengetahui masalah yang sedang dialami. Ia resah karena dengan tiba-tiba Sarah menolak di antar pulang. Sedangkan biasanya Sarah selalu merengek, memaksa minta diantar jemput kerja oleh Rey. Ia pun berpikir jika suatu saat perlahan-lahan Sarah akan mengetahui masalah yang sedang dihadapinya.

********

 

 

Di seberang sana Sarah memikirkan Rey yang hingga kini seperti menyembunyikan sesuatu darinya. Intuisi yang sangat tajam, yang berasal dari kepalanya selalu muncul disaat Sarah mengalami keraguan. Hal ini pun yang selalu membuat kenyataan di dalam hidupnya.

Mata nya yang selalu tajam dan terasah semenjak kecil bisa menutupi trauma masa lalunya. Ia sangat takut jika kemunculan-kemunculan periode masa lalunya akan kembali datang. Hal satu-satunya yang Ia ingat adalah kebahagian bersama kedua orang tuanya di renggut oleh wanita sialan. Ayahnya berpaling pada wanita lain dan segera menceraikan ibunya. Hingga Ia dipisahkan dari ibunya dan tinggal bersama dengan wanita yang dianggap sialan oleh Sarah. Ibunya meninggal tragis dalam kecelakaan lalu lintas. Hingga Ayahnya menyusul tiba-tiba setelah menikah dengan wanita sialan tersebut.

Belum sampai mengingat dengan jelas dan terisak menangis, Nenek datang ke kamar Sarah.

“Sarah, Nenek ingin tidur dengan mu boleh kan?”

“Ayo Nek, tidur sama Sarah!”

“Kamu nangis? Kenapa nak?! Kamu masih ingat dengan masa lalu mu?”

Sambil menangis Sarah mengangguk pelan.

“Jangan kau ingat lagi, sudah ada Nenek! Maafkan Nenek yah?! Nenek pun turut menangis.

Mereka tersadar bayangan masa lalu yang sudah dilupakan belasan tahun lamanya. Siapapun tak ada yang tahu tentang mereka berdua. Bahkan calon besan Nenek pun tak tahu jika Nenek tak ada hubungan keluarga dengan Sarah. 

*******