Try new experience
with our app

INSTALL

JANJI JIWA (PROMISE) 

SEPOTONG RAHASIA

Sepotong Rahasia

 

Setelah menerima berbagai surat dan barang, Rey pun pamit pada rekan-rekannya di radio Fave. Hari itu telah sore dan ingin segera melepas penat untuk beristirahat di rumah. Dengan berjalan kaki setiap hari pulang pergi, Rey sesekali memandang setiap sudut jalan. Rumahnya tak begitu jauh dari tempat kerjanya. Namun setiap melangkahkan kaki, Rey merasa ada yang mengikutinya dari belakang. Beberapa kali Ia menengok ke belakang, tak ada siapapun yang dicurigainya. Namun setelah sampai di rumah, tak sengaja Rey penasaran dan melihat dari dalam jendela rumahnya. Ia heran, ada sosok seorang wanita yang membelakanginya, seperti sedang menunggu seseorang di luar pagar rumah Rey. 

Karena penasaran, Rey pun segera keluar kembali untuk menanyakan sesuatu pada wanita tersebut. Belum juga sampai, wanita tersebut sudah menghilang, meskipun Rey sampai mencarinya keluar pagar. Rey merasa wanita tadi mengikutinya dari belakang. Perawakan tubuhnya seperti Linda, mantan kekasih Rey yang tempo hari datang kembali ke kantornya. Rey merasa bersalah dan sekaligus gelisah, apakah Linda akan membuat masalah? Apalagi Dia akan mengancam sesuatu pada Rey, saat tempo hari Rey mengusir Linda. Karena baginya saat ini yang terpenting adalah pernikahan bersama Sara.

******

 

Pagi hari pintu rumah Rey dikejutkan dengan suara bel yang nyaring. Beberapa kali seseorang memencet dari luar pintu rumah dengan ingin segera masuk.

“Hei, Kau….. Hari ini libur ya?! Tukas Rey

“Yups, Bro! Kemarin kan Aku janji mau datang ke sini, mumpung libur nih bosan di kosan terus. Oh iya, Kau punya masalah apalagi, sampai Aku mesti datang ke rumah mu?! Pria bertubuh subur ini pun mengutarakan pertanyaannya pada Rey.

“Aku mau curhat Bram, selain itu butuh masukan.” Bram pun diajak untuk masuk ke dalam kamar Rey. Khawatir jika ada ibu dan adiknya menguping masalah Rey.

Pagi yang mendung dan sedikit mencurahkan gerimis pun mengundang kehangatan dari secangkir kopi yang dituangkan oleh Rey untuk menemani mereka saat mengobrol di balkon depan kamar Rey.

“Kau tak membuat masalah lagi kan?!” Bram beberapa kali memborong pertanyaan yang diselimuti penasaran pada Rey.

Rey hanya terdiam, mau dimulai darimana arah pembicaraannya. Apalagi Ia takut jika sahabatnya bosan mendengarkan beberapa kali keluhan atas masalah yang sering ditimbulkan oleh Rey.

“Reyyy!” Bram sekali lagi menatap wajah Rey, untuk memastikan tidak ada masalah yang berat. ”Kau baik-baik saja kan?!” 

“Aku bingung Bram, kau masih ingat dengan perempuan yang tempo hari datang ke kantor ku?!” 

“Ya, Dia mantan mu si Linda itu ya?!” Bram cepat menyambar pertanyaan Rey. “Ada apa dengan si Linda mantan mu itu Rey? Kau tak main-main lagi dengan wanita itu kan? Ingat! kau akan menikah!” Bram pun mengingatkan Rey untuk fokus.

“Iya Bram, Dia,,,,,Diaaa,,,,”

“Dia apa Rey? Minta balikan? Haahh! Alis Bram mengacung terangkat saat menginterogasi Rey untuk segera menjawab.

“Diaaa,,,, hamil! Linda mengandung anak ku!” Rey pun menjawab dengan datar.

“Haaaahhhh???!!! Kau gila ya!! Bram terperangah kaget.

Bukannya kau udah tobat?! Udah berapa bulan? Kapan kau terakhir melakukannya??!! Aaahhh sialan! kau sudah membuat kesalahan lagi!!!” Sambil melotot ke arah Rey, Bram masih tak percaya dengan pernyataan dari Rey.

“Iya, Dia hamil dua bulan! Aku bingung harus berbuat apa untuk menutupinya? Apalagi Aku akan menikah dengan Sarah. Kalau Ibu tahu dengan masalah ini, celaka lah Aku!!!”

“Entah, untuk masalah ini aku nggak bisa apa-apa sobat. Ini saatnya kau harus tanggung jawab, kalau kau memang benar-benar lelaki sejati!” Bram menekan Rey dengan logat Medan.

“Aku berencana untuk menyuruh Linda menggugurkan kandungannya, atau Aku membatalkan pernikahan ku dengan Sarah.”

“Bro, Aku sudah bingung dengan jalan pikiran mu saat ini! Itu terserah dirimu jika kau tak kasihan dengan anak mu yang dikandung oleh Linda.”

“Aku bingung Bram, entah cara apalagi yang harus Aku lakukan! Aku sudah memutuskan hubungan dengan Linda, namun Ia datang lagi padaku agar Aku kembali, dan di saat itu Aku kembali khilaf Bram!”

“Entah, Aku tak bisa bantu kamu Rey, lebih baik kau bicarakan dengan keluarga mu dan Sarah!” Bram pun menolak untuk memberi solusi karena beberapa kali Rey selalu membuat masalah.

“Kakakkk,,,,,,,! Ada telepon!!” Suara dari lantai bawah pun menggema memanggil Rey untuk turun ke bawah. 

Rey pun segera turun ke bawah untuk menerima telepon yang disampaikan Nayla. Namun setelah diangkat tak ada suara sedikit pun yang menyahut dan hanya suara sambungan telepon. Ia pun kembali memanggil Nayla untuk menanyakan tentang penelepon.

“Kau mau main-main lagi dengan ku?! Jangan kau anggap ini candaan lagi!! Mata Rey pun melotot keluar. 

“Aku nggak main-main, nggak seperti kakak! Dia nelpon kamu! Pacar mu si Anne!!”

“Heehh, kau meledek ku?! Rey pun menjambak rambut Nayla.

“Apa yang kau lakukan! brengsekk!” Nayla pun membentak dan melawan kakaknya.

Setelah terdengar teriakan Nayla dan Rey yang gaduh di lantai bawah, Bram segera turun ke bawah dan melerai Nayla maupun Rey.

“Heii Bro, apa-apaan kau?!” kau berani siksa adikmu sendiri?” Rey hanya melotot ke arah adik dan sahabatnya.

“Maafkan kakak mu ya Nay! Dia lagi banyak masalah.” Bram pun menjelaskan pada adik Rey.

“Kalau ada masalah nggak usah melampiaskan pada adik sendiri lah!” Nayla pun menatap sinis pada kakaknya. 

“Sudah lah, Kalian lebih baik selesaikan masalah yang sekarang lebih pelik lagi!” Bram pun mencoba mengungkap masalah Rey. Namun dengan segera mata Rey menyuruh agar Bram tidak membuka suara.

“Emang ada masalah apa Kak Bram?!”Tanya Nayla pada Bram.

“Tanya pada Kakak mu! Aku sudah malas menjawabnya!” Bram pun berpikir untuk segera pamit pada mereka.

“Aku pamit pulang ya! Yang tabah dan selesaikan baik-baik ya!”

“Hei Bram, mau kemana kau? Cepat sekali kau datang dan sekarang akan beranjak pergi lagi?!”Rey mencoba menahan Bram untuk tetap singgah di rumahnya.

“Aku ada acara lain Rey, maafkan Aku ya! Lain kali Aku akan mampir lagi.”Bram pun segera berlalu dan akan meraih gagang pintu rumah untuk keluar pulang. Rey yang ingin menahan Bram pun luluh, Dia sudah tahu kalau Bram bosan dengan keluhannya.

Setelah pamit dan berlalunya Bram, sekarang menyisakan masalah pelik yang akan dihadapi Rey dan belum kunjung mendapatkan solusi. Ia pun ragu untuk mengutarakan masalahnya pada Ibunya bahkan adiknya sekalipun. Jangankan memberitahu, mengingatnya saja Rey tak mau. Masa depan yang diharapkan Rey terancam hancur hanya karena perbuatannya sendiri. 

Semenjak memutuskan hubungannya dengan Linda, Ia pun meninggalkan dosa atas perbuatannya sendiri. Hubungan terlarang seperti suami istri beberapa kali dilakukan terhadap Linda. Namun tak pernah sekalipun Linda mengandung anak dari Rey. Hal ini pun dilakukan karena suka sama suka. Petualangan Rey pun diakhiri dengan memutuskan segera hubungan dengan Linda dan menjalin hubungan serius bersama Sarah. Tak dinyana, ternyata Linda mengandung benih dari Rey. Tempo hari , wanita cantik berkulit langsat ini datang menemuinya di tempat kerja Rey untuk meminta pertanggung jawaban. Hal ini menimbulkan hubungan Rey bersama Sarah hampir rusak. 

******

 

Beberapa kali Rey berpikir untuk menyuruh Linda menggugurkan kandungannya, namun resiko itu terlalu besar. Jika dilakukan dan bila terjadi sesuatu pastilah Rey kembali harus bertanggung jawab. Sampai malam hari pun Rey masih termenung akan masalah yang dihadapinya. Adiknya pun tak mau ikut campur masalah Rey dan membiarkannya, Ia takut di bentak lagi oleh kakaknya. 

Setelah Arini pulang ke rumah , Ia heran mendapati puteranya menjadi pendiam dan selalu melamun sendirian di kamarnya. Ia tak pernah melihat puteranya terdiam seperti ini, malahan selalu ceria setiap saat. 

“Nak apa yang Kau pikirkan?!”

“Tak ada Bu.” Jawab Rey dengan datar

“Apa Kau ada masalah dengan Sarah?” Arini tetap penasaran dan menyelidiki dengan beberapa pertanyaan.

“Tidak Bu.”

“Lantas kenapa kau termenung seperti itu?”

“Maklumi saja Bu, Rey akan menikah dan akan meninggalkan rumah ini.”Dengan segera Rey menutupi masalah dengan jawaban yang menggembirakan Ibunya.

“Ohh, Ibu kira kau ada masalah dengan Sarah. Ahh sudah lah, Ibu juga dulu mengalaminya saat akan menikah dengan ayahmu.”

Semakin ditutupi tetap saja masalah itu akan muncul dipermukaan. Hal ini sudah diduga oleh Rey. Linda berkali-kali menelepon ke rumah Rey, Nayla yang selalu kebagian menerima telepon merasa jengah. Jangankan Linda, nama Anne pun selalu muncul di barisan jam-jam berikutnya untuk menanyakan keberadaan Rey di rumah. Tentu saja Rey merasa dihantui oleh perempuan gila macam mereka. Rey sudah pusing untuk menyelesaikan masalahnya. Hingga berujung kembali pertengkaran dengan Sarah. Calon tunangannya itu, dari dulu seolah selalu tau dengan berbagai masalah yang dihadapi Rey. 

Karena sikap Rey yang tertutup inilah yang membuat Sarah bertengkar hebat. Jangankan Sarah, bahkan ibunya pun tak pernah tahu jika anaknya adalah seorang petualang cinta. Yang tahu benar dengan watak Rey hanyalah Bram sebagai sahabat di kampus nya dulu. Lain dengan Rey, lain pula dengan Bram, pria ini jarang mengambil resiko terbesar. Bahkan mencoba seperti seperti Rey bermain dengan para wanita, Bram pun tak sanggup. Dia bahkan belum pernah sama sekali menjalin hubungan dengan wanita sampai saat ini. Nasib baiknya dalam percintaan, selalu di ambil oleh sahabatnya Rey. 

Kadang itu pula yang membuat Bram berpikir untuk menaksir Nayla demi barter dari wanita-wanita yang telah direnggut oleh Rey. Namun Rey selalu menolak dan tak mengijinkan Bram untuk dekat dengan adiknya. Hal itu pula yang selalu memacu sumber kebencian Bram terhadap Rey. 

********