Contents
JANJI JIWA (PROMISE)
AWAL
AWAL
Mataram sedang dilanda kisruh, bagaimana tidak saat itu terjadi perang saudara. Perang ini melibatkan amarah, dendam, maupun cinta. Semua berkecamuk karena tidak bisa berpikir jernih di saat negeri sedang dilanda perang. Segala cara dan upaya dikeluarkan oleh para petinggi untuk meredamnya. Hanya ada salah satu seorang pemuda, putra dari Adipati Arya Jingga yang bisa meredam semuanya. Putra adipati yang bernama Mahesa Asmaya itu dikenal karena selalu turun tangan setiap ada perang maupun acara kenegaraan. Dia berwajah rupawan dan kharismanya menawan. Sehingga menjadi idaman setiap para wanita maupun putri petinggi kerajaan melihatnya. Namun ada satu rahasia yang Ia simpan hingga saat usai ajalnya, yaitu kekasih setia yang selalu membantu setiap Ia kesulitan. Kekasih yang bernama Gandring Kemuning itu mencintai Mahesa hingga saat ini. Begitu pun dengan Mahesa yang sudah kadung terlanjur cinta kepada Gandring Kemuning.
“Adinda, tunggulah Aku di sini! Setelah pertempuran ketiga kalinya, Aku akan tetap membawa serta dirimu pergi membuka hidup baru untuk bersama! Tutur Mahesa dengan tegas.
“Bukankah Ayahmu tidak menyetujui Kita?! Bahkan Ayahku pun mengancam ku, akan di usir dari istana mayapada”.
“Tunggulah Aku! Aku berjanji akan datang kembali untuk membawa mu kehidupan yang baru dan bersama.”
“Aku akan menunggu mu di sini Kanda! Sambil membuka ikatan rambut dan mencabut tusuk gelung, Gandring segera menyodorkan nya kepada Mahesa. “Ini, peganglah! Demi kepercayaan ku padamu, Aku rela menyerahkan pusaka ini pada mu! Aku tidak serta merta ikut bertempur lagi, tapi Aku akan mengirimkan pasukan untuk bertempur bersama mu. Aku akan bermeditasi mengumpulkan kekuatan secara batin di goa ini agar engkau menang.”
Mahesa mengangguk dan meyakinkan Gandring, hingga segera saja tusukan gelung itu berubah menjadi sebuah keris berlapis emas, setelah berpindah tangan pada Mahesa. Dengan langkah mantap dan akan menyongsong pertempuran dua hari lagi, Mahesa yakin akan menang, apalagi dibekali pusaka pemberian Gandring.
*******
Di sebuah ruangan pendopo itu Arya jingga duduk. Tak berhenti, matanya menerawang jauh ke depan sambil sesekali mengatupkan kelopak matanya, menutup dan kembali membuka matanya. Tak jauh didekatnya Mahesa sedang menulis sebuah strategi untuk penyerangan berikutnya pada wilayah pemberontak.
“Anakku, perang ini sudah menghabiskan waktu mu! Setelah kau menyelesaikan semua ini, kau harus segera kembali ke pendopo ini! Jangan kembali lagi ke hutan larangan!
“Maaf Ayah, Aku tak bisa! Ada janji yang harus ku upayakan!” Tegas Mahesa pada Ayahnya.
“Kau masih menjalin hubungan dengan iblis betina itu?! Arya pun marah pada Mahesa.
“Aku mencintainya Ayah! Aku sudah berjanji akan hidup bersamanya, Dia sudah membantuku dalam setiap pertempuran.”
“Sekali lagi Aku ingatkan! Jauhi iblis betina itu! Kalian ditakdirkan tidak bisa bersama karena berbeda!”
“Jauhi Dia nak! Ibu tak rela harus kehilangan kau karena pengaruh iblis itu! Renggali datang sambil terisak meminta putranya agar menjauhi kekasihnya yaitu seorang putri memedi dari janggring mayapada. Ibunya mengancam akan bunuh diri jika putranya Mahesa berkukuh menjalin hubungan dengan Gandring. Hati Mahesa pun luluh dan terpaksa mengikuti kemauan orang tuanya.
Setelah pulang dari pertempuran, Mahesa segera dinikahkan dengan kerabat istana. Putri dari sepupu raja itu telah jauh hari dijodohkan dengan Mahesa. Agar kelak kedudukan Mahesa lebih tinggi dan mempunyai trah kebangsawanan yang di berikan oleh istana.
Jauh dari penduduk di ujung sana, Gandring Kemuning menunggu Mahesa sampai saat ini. Rambutnya dibiarkan terurai berantakan karena sebuah janji, yang akan diupayakan oleh Mahesa. Ia pun marah karena Mahesa tak kunjung datang dan segera tahu bahwa kekasihnya sudah menikah dengan bangsa manusia. Ditambah lagi Ayahnya, yang merupakan raja bangsa siluman di hutan larangan itupun mengusir Gandring dari istananya. Dia di usir, karena mencintai manusia dan memberikan pusakanya secara cuma-cuma kepada manusia. Karena kekuatannya yang besar di salah gunakan, Gandring pun dikurung di dalam batu pualam di sebuah bukit oleh ayahnya dan dijaga oleh pengawal ayahnya berupa dua harimau gaib.
Setiap malam, dari kejauhan selalu terdengar tangisan yang menyayat dari sebuah bukit di dalam goa. Tangisan itu berasal dari Gandring. Dia tak bisa bebas sampai waktu dan takdir yang bicara untuk membebaskannya.
******
Seorang Anak kecil menutup sebuah cerita yang diutarakan kepada neneknya. Dia senang, jika nenek mendengarkannya. Menurutnya cerita itu nyata dan akan kembali terulang dengan melibatkan dirinya.
“Nek, cerita ini nyata lho! Nenek percaya kan?!”
“Iya nak! Nenek percaya.” Nenek segera menutup pertanyaan tersebut dengan menjawabnya agar cucunya senang.
“Cerita ini selalu muncul di mimpiku, Ia akan datang suatu saat nanti! Nenek harus siap ya!”
Neneknya pun mengangguk demi cucunya, sedikit membantu menyenangkan cucunya. Meski membuka lembaran hidup baru tanpa putrinya yang sudah melupakannya. Namun cucunya ini selalu lemah, terutama jika melihat mahluk halus disekitarnya. Badannya selalu diserang demam secara tiba-tiba dan perlu waktu lama untuk menyembuhkannya. Meski bukan cucu kandung, Ia akan membesarkannya demi membalas budi orang tuanya.
******